Rabu, 20 Juni 2012

sembalun desa





h

TUGAS INFOKES DAFTAR ISI

Daftar isi


BAB 1
PENDAHULUAN

  1. LATARBELAKANG
    1. Pengertian
      Kesehatan pribadi adalah badan diri seseorang yang bersih dari segala penyakit yaitu berasal dari dalam tubuh manusia maupun luar tubuh manusia tersebut.
    2. Pesan Sponsor
      Pribadi yang sehat bisa dikatakan sehat bila luar dan dalam tubuh pribadi seseorang itu sudah bersih dari segala penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan pribadi tersebut.
  1. Cara Pemeliharaan Kesehatan
          a) Memelihara Kesehatan Jasmani
          Dengan cara pemeliharaan kesehatan pribadi khususnya dengan cara memelihara kesehatan jamani dapat dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut :
      1. Makan, minum 4 sehat 5 sempurna
        Makan, minum 4 sehat 5 sempurna:
      1. Makanan pokok antara lain : nasi, jagung, roti, gandum dan lain-lain
      2. Lauk pauk antara lain daging yang berprotein tinggi, tahu, tempe, dan sebagainya
      3. Sayuran, dan Susu
        Namun pada kaitannya makan, minum 4 sehat 5 sempurna seringkali penambahan 5 sempurna yaitu susu, sering tidak terpenuhi karena pemahaman bahwa susu adalah kebutuhan yang mewah. Namun sekarang sudah ada solusi cerdas dengan menggantinya dengan susu kedelai yang tidak kalah nilai gizinya dengan susu-susu pada umumnya.
        1. Olahraga
          Olah raga yang cukup akan memperlancar aliran dalam tubuh, karena berolah raga bisa dilakukan dimana saja dan kapanpun dengan cara sering bergerak saja kita sudah bisa dikatakan berolah raga karena prinsip dasar olah raga adalah mengolah tubuh dengan kata lain bergerak.
    Namun pada umumnya berolah raga dilakukan denganpermainan-permainan seperti :
    1. Sepak bola
    2. Renang
    3. Bola basket
    4. Boling 2
    5. Bola voli
    6. sLomba lari, dsb
    diantara dua syarat-syarat kesehatan pribadi di atas, sangat diperlukan Belencing (keseimbangan) diantara dua syarat tersebut. Karena bila tubuh sudah memenuhi syarat pertama yaitu makan, minum 4 sehat 5 sempurna tetapi tidak menjalankan syarat yang kedua, maka akan ada gangguan dalam pribadi tersebut dan begitu pula sebaliknya.
  1.  Cara Pemeliharaan Kesehatan Rohani
    Kesehatan rohani dapat diperoleh dengan selalu berfikir positif disetiap waktu dan juga bisa menjaga perasaan dan tak terombang-ambing oleh perasaan tersebut. Maka dalma mencari pikiran yang posiyif tersebut kita dihadapkan dengan suatu yang dapat membimbing kita ke arah positif yaitu agama. Agama yang kita peluk akan memberi pencerahan dan siraman-siraman rohani yang membuat kita selalu berfikir positif.

















BAB II
pembahasan

A. Pengertian
    Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan adalah tempat dimana pribadi itu tinggal.
    Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat.
B. Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat
      1. Keadaan Air
    Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu 1000C, sehingga bakteri yang di dalam air tersebut mati.
2. Tanah yang sehat

      3. Keadaan Tanah
    Tanah yang sehat adalah tamah yamh baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
      C. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
        • Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
        • Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
        • Mengolah tanah sebagaimana mestinya
        • Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong

    D. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
      1. Mengurangi Pemanasan Global
        Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan zat tidak langsung zat CO2 (carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.

      1. MenjagaKebersihanLingkungan
        Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan sampah.

Hari-hariku


2012-06-16
Aku merasakan kegalauan yang amat menyakitkan hati mungil ini sejak minggu lalu.tak bisa berhenti menangis meratapi nasib,aku gak kuasa menahan air mata yang jatuh,sudah seminggu uang habis smz ortu,adek, gk di bales2 apa sih mau kalian kalau mau hikum jangan begini caranya  rasanya sangat menyakitkan lebih sakit di tusuk jarum hati ini sangat terluka,makan 1 kali sehari uhh terasa anak jalanan,mau pinjem ma temen malu terpaksa menahan lapar + nangis tersedu-sedu malang banget masibku udah merantau jauh di kota orang  gk di perhatiin lengkap deh penderitaan ini yaaa mboo kalo gk da uang kasih tau lah biyar bisa pinjem ma temen,orantuaku tu emang pemales gk pernah berubah yaa dah tau anaknya merantau jauh gak ada keluarga ya ngirim uangnya tu jangan terlampau lama.minggu yang sangat menyebalkan.


2012-06-20

Ini adalah hari yang memalukan buat saya,,,,,,,,, gimana yaaa udah terlanjur,,, cuma terdiam gak bisa berbuat apa-apa "Nasi sudah menjadi bubur" hadapi dengan senyuman aja  SEMANGAT AKU PASTI BISA

SEMBALUN


Desa Sembalun : Pintu Timur Pendakian Ke Gunung Rinjani Lombok Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk. Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu. Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor. Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belik. Selain itu hasik tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini. Ketegaran Gunung Berapi Rinjani di Pulau Lombok berketinggian 3.750 meter dari permukaan laut, selain terkenal akan keindahan dan mempesonanya keindahan Danau Segara Anak yang konon bila berendam atau mandi di lokasi ini dapat menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Meski keangkeran Gunung Rinjani di daratan Pulau Lombok banyak dipercaya orang, namun dibalik itu semua ternyata menyimpan pesona alam yang tiada taranya. Karenanya tak mengherankan bila Gunung Rinjani, gunung kebanggaan masyarakat Bumi Gora Pulau Lombok ini justru setiap tahunnya banyak didaki oleh ribuan wisatawan yang berasal dari berbagai negara maupun wisatawan lokal sendiri. Keindahan Gunung Rinjani dengan daya tarik tambahan Danau Segara anak secara spontanitas memberikan nilai lebih bagi daerah-daerah atau desa-desa yang berada di lereng Gunung Rinjani, disamping potensi wisata yang dimiliki desa-desa ini, kecuali itu pula desa-desa tersebut secara otomatis dikembangkan menjadi desa-desa wisata yang cukup disenangi para wisatawan. Desa-desa yang sudah lama dikembangkan dan akan tetap menjadi perhatian Pemda Lombok Timur, Lombok barat maupun Pemda Tingkat I Nusa Tenggara Barat di antaranya Desa Sembalun Lawang, Sembalun Bumbung, Desa Sajang dan Desa Senaru. Desa-Desa ini telah dikembangkan menjadi Desa wisata, desa budaya dan desa agrowisata. Sejumlah desa yang tersebut di atas memiliki sumber daya alam wisata yang cukup memikat para wisatawan. Selain itu daya tariknya yang khas dan bentangan alam yang indah menghijau, persawahan yang terhampar luas dan tanah pertanian dengan berbagai jenis tanaman produktif. Dalam buku arkeolog yang diterbitkan Bidang Museum dan Sejarah, Kanwil Depdiknas Propinsi Nusa Tenggara Barat mencatat, bahwa Desa Sembalun Lawang merupakan desa tua yang menyimpan berbagai jenis peninggalan kuno serta masih mempertahankan rumah tradisional alami yang sebagian besar merupakan warisan nenek moyangnya. Sejak momentum itu dirayakan, nama Sembalun seketika menyembur ke luar dan terkenal dibanding dengan desa-desa lainnya. Sejumlah investor juga tidak menyia-nyiakan komdoti andalan Sembalun ini dengan membangun pabrik pengolahan bawang putih untuk obat dan kosmetika disertai dengan pembangunan penginapan yang cukup luas untuk para tamu mancanegara maupun lokal yang beristirahat sejenak sebelum melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Namun sayangnya, kegemasan orang untuk tidak melupakan Sembalun, meski daya tariknya yang khas di bidang wisata agribisnis maupun alam, secara perlahan-lahan mulai memudar, tatkala musim bawang sudah tidak bisa menunjukkan daya tahannya. Banyak orang yang enggan menyinggahi Sembalun, apalagi berharap banyak dari kunjungan para pejabat. Mantan Kepala Desa Sembalun H Lalu Mustiadi, NH yang kerap dipanggil Uak Mus dan memimpin Sembalun dalam kurun waktu yang cukup lama mengatakan, masyarakatnya memang terkenal masih lugu dengan potensi alam serta peninggalan sejarah yang dimiliki sangat menunjang untuk tetap dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata NTB di masa depan. Peninggalan sejarah dan budaya Sembalun, berupa keris, tombak, Al-Quran yang bertuliskan tangan pada daun lontar, juga terdapat Jatiswara yang berisi hikayat 1001 macam doa. Peninggalan sejarah macam ini masih dikumpulkan di satu tempat yakni di “Rumah Tujuh” yang sudah direnovasi keberadaannya sebagai obyek wisata sejarah Oktober tahun 1998 lalu. Dalam catatan program pembangunan Desa Sembalun, Pemerintah Desa Sembalun telah membangun sebuah rumah besar (rumah adat), tepatnya berlokasi di Desa Sembalun Jarak menuju desa tradisional ini dari Mataram, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat hanya 90 kilometer. Dapat dijangkau melalui Kecamatan Bayan (Kabupaten Lombok Barat), atau Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur dan menuju Desa ini dari Aikmel sekitar 27 kilometer.
Ada dua Sembalun, Desa Sembalun Lawang dan Desa Sembalun Bumbung yang berjarak 2 km. Kedua desa tersebut identik dengan desa adat dan gunung rinjani yang menyimpan sejarah dan profil suku sasak. Kalau dari ketinggian kita melihat sepertinya kedua desa ini berada dalam sebuah danau yang sudah mongering dan berubah menjadi lahan yang subur pada ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut. Nampak di kelilingi oleh 4 gunung yaitu Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.775 m diatas permukaan laut, gunung Selat Dara, sebelah Anak Dara, dan Gunung telaga..

Sembalun sebagai kawasan wisata sudah cukup terkenal didalam dan diluar negeri, karena dari desa ini para pendaki berangkat ke puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak yang memakan waktu 8 jam, disamping menikmati pemandangan alam pegunungan
, di desa Sembalun Lawang terdapat desa beleq yaitu bangunan artifak perumahan tradisional masyarakat Sembalun, makam majapahit atau petilasan Gajah Mada, benda-benda purbakala dan tari Tandang Mendet yang merupakan suatu tarian sakral menurut masyarakat setempat .
Untuk menuju obyek ini bisa menempuh jalur Mataram – Masbagik – Pelabuhan Lombok – Sambelia – Sembalun dengan jarak +/- 139 km. Sembalun yang berjarak +/- 12 km. Sedangkan akomodasi sudah tersedia dengan standar Hotel Melati seperti Wisma Cemara Siu dan P e s a n g g e r a h a n Sembalun Bumbung.

Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.

Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu.

Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor.



Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belek. Selain itu hasil tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini.



informasi tentang tenun sembalun lebih lengkap dapat diperoleh dari situs www.tenun.net yang khusus membahas tentang tenun tradisional lombok. untuk meningkatkan minat dan perkembangan tenun tradisional masyarakat sembalun pengrajin tenun juga memukan kursus tenun untuk para wisatawan lokal ataupun dari mancanegara. adapun tarif dan biaya kursus tenun tergantung dari paket yang diambil. jika berminat untuk mengikuti kursus tenun dapat menghubungi pak armasih di nomer 087863404300 atau mengirim email ke nizarjoe@gmail.com, secepatnya kami akan membeerikan informasi yang Anda butuhkan.

Abstrak

Kebudayaan merupakan esensi kehidupan masyarakat. Mengenal kebudayaan sendiri berarti mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Kebudayaan menunjukkan jati diri seseorang. Perilaku seseorang sebagai individu akan menunjukkan kebudayaan komunitas masyarakat tertentu. Hal ini berkaitan dengan wujud kebudayaan dari suatu masyarakat yang terdiri dari pengetahuan budaya untuk memahami lingkungannya. Cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan merupakan pengetahuan budaya yang penyebarannya dilakukan secara lisan turun temurun. Cerita rakyat menyiratkan pengetahuan budaya dalam bentuk makna-makna berupa norma-norma kehidupan yakni sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan sebagainya. Selain itu, bila dicermati lebih mendalam, cerita rakyat juga menyimpan nilai-nilai berupa kejujuran, rendah hati, kesetiaan, kepahlawanan, hukum karma, yang tentunya dapat dipakai landasan prilaku masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Kata kunci: Cerita rakyat, Norma Prilaku, Kolektivitas/masyarakat.


A. PENDAHULUAN
Cerita rakyat adalah karya sastra, salah satu pengetahuan sosial masyarakat di bidang seni yang dimiliki dan dikembangkan oleh suatu komunitas tertentu, merupakan hasil interaksi internal maupun ekternal di kalangan komunitas tersebut. Ciri-cirinya lebih ditekankan pada konsep lokalitas atau tempatan yang diikat oleh lingkungan tertentu. Cerita rakyat merupakan salah satu budaya lokal. Di dalamnya berisi seperangkat nilai etika, estetika, yang menjadi pedoman perilaku manusia dalam mewujudkan cara-cara hidup. Sebagai warisan budaya, maka masyarakat mempelajarinya dan mematuhi norma-norma serta menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada. Dalam pengembangannya, cerita rakyat merupakan bagian dari sistem kesenian ini di dukung oleh unsur-unsur kebudayaan lain (7 unsur kebudayaan) sehingga antara unsur budaya yang satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan. Dikatakan demikian karena sistem kesenian merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan dengan unsur budaya lainnya sehingga dapat dimanfaatkan oleh pendukung kebudayaan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Keterkaitan ini juga tampak dalam kebudayaan sistem religi atau keagamaan, misal saja seni tari (di Bali) ada yang disakralkan seperti Tari Sangyang, Baris Gede, dan sebagainya yang kaitannya dengan upacara keagamaan di Bali. Seni tenun “ulos” pada orang Batak erat hubungannya dengan berbagai upacara adat, seperti upacara perkawinan atau kematian, dan seterusnya. Kesenian dalam konteks cerita rakyat dapat dipandang sebagai norma atau aturan tak tertulis untuk mengarahkan seseorang bertata krama dalam kehidupan sehari-hari. Aturan-aturan tersebut dapat berlaku dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan formal yang kesemuanya itu merupakan kebudayaan ideal.
Nilai, norma, ataupun aturan-aturan dalam bentuk tata krama juga terdiri dari suatu rangkaian adanya interaksi antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu, dan juga di antara anak-anak (dalam keluarga itu sendiri). Bertumpu pada interaksi ini, para orang tua seyogyanya dapat menitipkan pesan moral kepada anak melalui media cerita rakyat tanpa merasa dipaksakan sebelum mereka tidur.
Karya sastra berupa cerita rakyat merupakan kreativitas para pujangga zaman dulu yang secara substansi selalu mengacu pada ajaran-ajaran dharma sehingga dapat dipakai sebagai landasan bertingkah laku oleh generasi pewarisnya. Cerita rakyat secara umum selalu menyimpan nilai-nilai kearifan yang terselubung dan perlu penyikapan bagi para pembaca karya sastra sehingga makna yang ada di dalamnya dapat dicerna atau ditangkap mendekati kebenarannya. Biasanya nilai yang tertuang tersebut berupa norma-norma kehidupan dalam bentuk etika sopan santun yang perlu dipedomani sebagai wahana kehidupan di masyarakat. Atas dasar konsep pemikiran terurai di atas, maka upaya pelestarian warisan budaya tersebut tidak dapat lepas dari penggalian sumber-sumber kebudayaan daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kebudayaan daerah merupakan sumber potensial bagi terwujudnya kebudayaan nasional yang memberikan corak karakteristik kepribadian bangsa.
Bila ditinjau dari sifat-sifat budaya, kebudayaan tersebut memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya yang antara lain; budaya itu milik bersama, budaya berkaitan dengan situasi masyarakatnya, dan budaya berfungsi untuk membantu manusia, (Mulyadi, 1999). Sejalan dengan hal ini, bahwa budaya berfungsi sebagai pedoman hidup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia, (Suparlan, dalam Mulyadi, 1999). Dengan demikian keberadaan cerita rakyat sebagai warisan budaya sangat perlu dilestarikan sebagai dasar tuntunan prilaku masyarakat.
Fenomena ini sangat dilematis, di satu sisi sebagai masyarakat tradisional (generasi tua) ingin mempertahankan dan melestarikan karya sastra berupa cerita rakyat sebagai warisan budaya para leluhurnya, sedangkan di sisi lain sebagai suatu amcaman karena pengaruh globalisasi ada indikasi keberadaan budaya ini semakin punah.
Peneliti membatasi pembahasan kajian cerita ini, yakni pada kajian nilai dan kelayakan keberadaan cerita rakyat yang ada, dalam rangka pelestarian nilai budaya sebagai warisan para leluhur di wilayah Sembalun Nusa Tenggara Barat ini. Selain itu, peneliti berupaya mencari cerita rakyat yang dianggap paling populer di lingkungan masyarakat Sembalun. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam kajian. Selanjutnya, dan memilah cerita rakyat yang masih dianggap layak dilestarikan dalam kehidupan masyarakat di zaman global ini. Lingkup wilayah penelitian hanyalah terbatas pada Desa Sembalun serta cerita-cerita rakyat yang masih dipertahankan sebagai acuan tingkah laku dari masyarakatnya.
Desa Sembalun Lawan, luas wilayah Desa Sembalun Lawang adalah 9.455 jiwa dengan 2264 kepala keluarga. Desa Sembalun Lawang yang memiliki luas 116,72 km2 dihuni oleh 9455 jiwa dari 6 dusun yang ada, sehingga dapat diketahui kepadatan penduduknya lebih kurang 80,8 jiwa perkilo meter.
Masyarakat Desa Sembalun Lawang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Bidang pertanian yang digeluti penduduk setempat adalah pertanian ladang dan sebagian kecil juga persawahan. Masyarakat petani di daerah ini dalam mengolah lahan pertaniannya sedikit berbeda dengan di daerah lain, di mana pelaksanaannya baik di sawah maupun di ladang juga terlihat melibatkan kaum ibu-ibu, dan bukan hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja. Pola tanam yang dilakukannya adalah padi, bawang putih, dan sayur-sayuran. Untuk lahan sawah dan lahan kering atau tegalan pada umumnya ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan atau perladangan.


B. KAJIAN CERITA RAKYAT MASYARAKAT
DESA SEMBALUN LAWANG

Beberapa Sinopsis Cerita Rakyat
Sebelum lanjut melangkah pada pokok pembahasan, ada baiknya penulis paparkan beberapa sinopsis cerita rakyak yang ada di Desa Sembalun atau yang ada di Nusa Tenggara Barat, karena Desa Sembalun merupakan bagian dari wilayah NTB. Meskipun lain wilayah (desa atau kota) namun masih dalam satu wilayah propinsi, penulis yakin kemiripan bahkan kesamaan alur cerita yang dipakai sampel sinopsis relatif sama. Sebuah cerita rakyat yang ada di satu wilayah akan ada beberapa kemiripan dengan wilayah lain asal masih dalam satu wilayah Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelaziman dalam kehidupan budaya di mana kebudayaan merupakan suatu hal yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Cerita rakyat yang dimiliki oleh masyarakat Desa Sembalun merupakan bagian kebudayaan kolektif masyarakat Suku Sasak NTB, hanya sedikit versinya dikemas disesuaikan dengan alam lingkungan daerah setempat oleh pengarang sehingga bagi para penikmat folklore tersebut itu dirasakan sebagai suatu kenyataan. Ada beberapa sinopsis cerita rakyat yang penulis ambil sebagai sampel untuk bahan kajian sebagai berikut;

1. Kisah Nama Desa Sembalun
Dikisahkan di sebuah tempat ada hidup 7 pasang suami istri yang kehidupa,nnya sangat sederhana. Keadaan alamnya waktu itu masih berupa tanah rawa-rawa yang sulit digunakan untuk sumber penghidupan. Berpuluh-puluh tahun ke-7 pasang suami istri tersebut mendiami kawasan itu tidak pernah mengalami perkembangan, baik dari penghidupan maupun dari jumlah penduduk. Dalam keadaan mandeg seperti itu kemudian ada dua orang pendatang membawa perubahan besar. Kedua orang tersebut bernama Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya.
Dikisahkan kedua Raden ini langsung memanggil ketujuh pasutri ini dan memberikan beberapa pertanyaan, “hai manusia, maukah kalian menjadi manusia yang beradab, dengan berpakaian yang selayaknya? Maukah kalian menyembah Allah sebagai penciptamu? dan seterusnya. Merasakan keadaannya melarat seperti itu akhirnya ketujuh pasutri serempak menyetujuinya. Selanjutnya kedua Raden tersebut memberikan 4 (empat) macam pelajaran sebagai pegangan hidup; 1) Kuberikan kalian adat dan Agama Islam sebagai pegangan hidupmu, 2) Kuberikan kalian Kitab Al-Qur’ an sebagai pedoman adat agamamu, 3) Kuberikan kalian padi (seikat padi merah) sebagai makananmu untuk beribadah, 4) Kuberikan kalian alat untuk bertani dan senjata membela adat serta agamamu. Kemudian kedua raden ini menyiapkan tanah persawahan sebagai tempat untuk menanam padi bagi ketujuh pasutri ini. Dikisahkan dalam membuat sawah para raden ini mengucapkan Bismilah sambil memutar-mutar tongkatnya dengan ucapan “sawah enjang-enjang” (hiyang-hiyang) yang artinya Allah-lah segala sesuatu bisa terwujud atau sukses dan dengan Allah-lah sesuatu bisa hidup dan berkembang. Mulai saat itu ketujuh pasutri diberi nama panggilan Nek Islamin, Nek Kerta Negara, Nek Bagia, Nek Rasani. Setelah keempat pelajaran yang dilengkapi dengan tanah yang luas selesai maka kedua raden tersebut berkata, “ Mulai saat ini tanah bumi atau tanah tempat kalian hidup kuberi nama Sembahulun atau tanah Sembahulun. Kalian ingat dan waspada, bahwa waktu-waktu mendatang akan menghadapi peperangan, namun jangan khawatir kalian pasti mendapat pertolongan.

2. Bening dan Gagak
Dikisahkan ada seorang anak bernama “Bening” tinggal dengan ayah dan ibu tirinya. Ibu tirinya sangat kejam terhadap Bening bila ayahnya tidak ada di rumah. Apa bila ayahnya di rumah, ibu tiri Bening menunjukkan kasih sayang berlebihan terhadap Bening, sehingga ayahnya percaya bahwa ibu tiri Bening sangat sayang kepada Bening meskipun sang ayah tidak ada di rumah. Akhirnya suatu ketika Si Bening dapat curi dengar pembicaraan ayah dan ibunya yang dalam pembicaraan mengungkap rencana ayahnya akan pergi jauh mencari nafkah sampai berminggu-minggu bahkan bulanan. Mengetahui hal tersebut, Bening ketakutan akan siksaan ibu tirinya bila ayahnya pergi, apalagi berlama-lama. Pada saat itu pula, malam hari Bening memutuskan untuk kabur.
Singkat cerita, karena perginya malam hari tak terasa Bening tiba di sebuah tempat dan ternyata tempat itu adalah hutan rimba yang penuh dengan binatang buas siap menerkam siapa saja. Mengetahui situasi semacam ini, Bening pasrah dan hanya bisa berdoa dengan tulus dan kusuk. Tenyata doa Bening dikabulkan oleh Tuhan sehingga binatang-binatang yang siap menerkam seperti harimau ikut bersedih dan meninggalkan tempat di mana Bening berada. Demikian juga binatang-binatang lain, hanya seekor burung gagak yang masih tinggal di sana karena kasihan melihat kesedihan Si Bening. Dalam kisahnya, si gagak selalu membantu Bening dengan mencarikan berbagai macam buah untuk Bening. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya Bening menjadi bingung, bertanya-tanya dalam hati, siapa sebenarnya si gagak ini? dari mana juga gagak mendapatkan bahan makanan untuk dirinya, karena kebingungan maka Bening memutuskan pasrah diri dan berdo’a minta bantuan petunjuk kepada Tuhan.
Ketika itu Bening bersimpuh mohon petunjuk Tuhan “Ya Allah, perlihatkanlah kebesaran-Mu!, saya tidak yakin kalau gagak sahabatku adalah seekor burung. Tunjukkanlah kebesaran-Mu Ya Allah……! Ucapan itulah yang terucap tak henti-henti sambil menengadahkan kedua tangannya. Setelah Bening mengakhiri do’anya, di samping kanannya duduk seorang laki-laki tampan dalam posisi berdo’a penuh kekhusukan, dengan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah mengampuni dosa-dosanya dan mengembalikan wujudnya semula dari kutukan menjadi seekor gagak karena seringnya menyakiti hati orang tuanya. Demikian juga mengucapkan terima kasih kepada Bening berkat do’anya dia bisa kembali berubah wujud menjadi manusia kembali. Akhirnya Bening diajak pulang ke rumah pemuda tampan tersebut yang tenyata adalah seorang putra raja dari Kerajaan Antah-Barantah, dan mereka pun menikah serta diangkat menjadi raja dan permaisuari hidup bahagia. Bapak dan ibu tiri Bening pada saat itu dikisahkan sudah tua dan sangat menderita, tetapi setelah diketahui demikian kedua orang tuanya ditarik ke istana dan hidup bahagia bersama.

3. Makna Cerita Rakyat bagi Masyarakat
Cerita rakyat merupakan tradisi lisan budaya masyarakat yang penyebarannya dilakukan secara lisan turun-temurun. Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk dari folklor memiliki cirri-ciri khusus yang harus dicermati oleh masyarakat. Ciri-ciri dimaksud antara lain; 1) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, 2) Folklor bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau standar, 3) Folklor ada (exst) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda, karena penyebarannya dari mulut ke mulut, 4) Folklor bersifat anonim, 5) Folklor biasanya mempunyai bentuk perumus atau berpola, 6) Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif, 7) Folklor bersifat prologis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, 8) Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu, 9) Folklor bersifat polos dan lugu, (Danandjaya, 2002 : 4). Cerita yang termasuk bagian dari folklor memiliki cirri-ciri seperti ciri folklor pada umumnya, misalnya cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif suku bangsa, yaitu sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.Di samping mempunyai kegunaan, cerita rakyat juga mengandung makna atau arti yang mendalam bagi penganut kebudayaan dalam suatu kolektif suku bangsa, (Marjanto, 2005 : 10). Seiring dengan kajian ini, berikut akan diuraikan makna yang terkandung dalam cerita rakyat bagi masyarakat Desa Sembalun sebagai salah satu komunitas yang hidup bersama dalam satu wilayah.

a. Cerita Rakyat sebagai Dasar Asal-usul Nama Desa
Sebelum membahas tentang kajian cerita rakyat lebih jauh, ada baiknya diuraikan dahulu unsur-unsur yang ada dalam sebuah cerita rakyat, sehingga kita tahu bagaimana dan ke mana arah isi cerita bersangkutan. Adapun unsur-unsur yang dimaksud antara lain; insiden, latar, tokoh, dan amanat. Insiden dalam sebuah karya sastra adalah peristiwa yang terjadi dalam cipta sastra yang berupa cerita. Latar adalah tempat, waktu, dan suasana peristiwa itu terjadi. Tokoh cerita adalah pelaku yang memainkan cerita tersebut. Amanat dalam cerita merupakan kesan dan pesan yang disampaikan berdasarkan atas pengetahuan pengarang yang ingin disampaikan kepada orang lain melalui perantara cerita yang dikarangnya itu.
Dalam sub bahasan pertama akan mengacu pada sinopsis kisah nama Desa Sembalun, yang dikisahkan tentang keberadaan sekelompok masyarakat primitif, yang digambarkan keberadaannya sangat terkebelakang di segala bidang. Kisah ini berlaku secara kolektif di kalangan masyarakat di Desa Sembalun. Dipandang dari alur ceritanya sangat menarik dan masyarakat setempat yakin dan percaya sampai sekarang bahwa latar belakang nama Sembalun berawal dari cerita tersebut. Masyarakat juga beranggapan bahwa apa yang diceritakan dalam kisah tersebut merupakan sejarah awal berdirinya nama Desa Sembalun, namun bagi kaum sejarawan sepertinya belum tepat bila itu dianggap sejarah karena kurangnya bukti-bukti tertulis sebagai penguat sejarah, seperti diceritakan kedatangan Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya kurang jelas bahkan tidak ada tahun kedatangannya, dan dari mana berasal kedua raden tersebut. Peristiwa yang terjadi memang kelihatan saling kait-mengait secara logis sehingga membangun alur atau plot cerita. Kejadian-kejadian yang erat tak dapat dipisahkan membuat alur cerita sangat bagus dan diyakini oleh masyarakat sampai sekarang.
Bila dikaji lebih mendalam, semua unsur yang ada menjadi satu keterikatan antara insiden, latar, tokoh, dan amanat sehingga isi cerita sangat menarik dan seolah-olah cerita tersebut merupakan sejarah desa yang patut diyakini dan dipercaya oleh masyarakatnya. Dalam alur ceritanya terselip peristiwa yang menunjukkan kedua raden pendatang tersebut memberikan pelajaran berupa empat petunjuk yang salah satunya dinyatakan “wahai engkau manusia, ini kuberikan kalian Kitab Al-Qur’an sebagai pedoman adat agamamu”. Mengingat di Desa Sembalun mayoritas muslim, dalam kisah ini ada indikasi cara-cara penyebaran ajaran Agama Islam oleh Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya, namun sayang asal muasal Beliau tidak diketahui dan tidak diceritakan selanjutnya. Demikian juga setelah Beliau memberikan empat petunjuk pelajaran dan sebidang luas tanah sawah untuk garapan ketujuh pasutri di atas, juga meninggalkan pesan bahwa dalam waktu-waktu mendatang akan ada peperangan yang menurut akal sehat sebagai orang awam hal itu tidak mungkin diketahui. Peristiwa inilah yang membuat bahwa kisah ini merupakan karangan para pujangga atau pemuka masyarakat terdahulu yang diwariskan kepada generasi sampai sekarang.

b. Cerita Rakyat sebagai Dasar Upacara
Seperti pesan yang diamatkan oleh Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya pada kisah di atas, bahwa dalam beberapa tahun mendatang Desa Sembalun akan mengalami peperangan-peperangan sebagai sebuah godaan. Pernyataan kedua raden tersebut dalam kisahnya menjadi kenyataan, berselang beberapa tahun setelah mengalami pertambahan penduduk menghadapi tiga peperangan berturut-turut sebagai berikut:
Perang Ketupat menghadapi Iblis. Pada masa ini masyarakat Sembalun berperang mati-matian melawan iblis yang kuat dan sukar dihancurkan. Dikisahkan bahwa tentara iblis ini tidak bisa dilawan dengan senjata tajam berupa parang ataupun pedang, karena setiap satu iblis ditebas menjadi dua atau tiga potong, jumlahnya semakin banyak, karena potongan tebasan tadi berubah menjadi iblis yang baru, hidup dan menyerang lebih ganas lagi. Keadaan ini mengakibatkan jumlah penduduk semakin berkurang dan jumlah iblis semakin bertambah, hingga suatu ketika muncul bantuan dari tiga orang pendatang seperti yang pernah dijanjikan oleh Raden Hari Pati dan Haria Mangun Jaya. Ketiga pendatang tersebut bernama Raden Ketip Muda, Raden Sayid Hamzah, dan Raden Patih Jorong. Ketiga raden ini dengan mudah mengalahkan tentara iblis yang garang tersebut dengan senjata yang tidak masuk akal yakni berupa “ketupat”. Ketiga penolong tersebut melawan tertara iblis dengan cara melempar ketupat tersebut tiga kali ke arah para iblis, lemparan pertama pada tanggal 5 dengan mengucapkan tanggal 5, lemparan kedua pada tanggal 15 dengan mengucapkan tanggal 15, dan lemparan ketiga pada tanggal 25 dengan mengucapkan tanggal 25. Pada lemparan ketiga dilakukan, tentara iblis hilang lenyap ketika itu juga tanpa bekas. Setelah selesai peperangan, ketiga raden penolong tadi berpesan kepada masyarakat Sembalun yang masih tersisa: 1) Kamu harus mengambil air setiap kali panen padi sebagai tanda kemenangan melawan iblis. 2) Setiap tiga tahun sekali kamu harus memotong kerbau sebagai rasa syukurmu atau kemenangan menghadapi peperangan. Kedua pesan tersebut oleh masyarakat Sembalun dilaksanakan sebagai “Upacara Nagyu Ayu” sebuah nama upacara tradisional yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali oleh masyarakat Sembalun sampai sekarang.
Perang Panah Racun. Setelah iblis dikalahkan oleh penduduk atas bantuan tiga raden terkisah di atas, kali ini para iblis balas dendam menyerang lagi dengan menggunakan panah beracun. Bentuk serangan ini dilakukan dari jarak jauh, karena jarak dekat para iblis tidak berani lagi menginjakkan kakinya di bumi Sembalun. Sasaran para iblis adalah tanaman pertanian penduduk tanah Sembalun. Dalam serangan ini, penduduk tidak bisa berbuat banyak karena dalam peperangan ini pihak musuh tidak menampakkan dirinya, tetapi yang tampak hanyalah racun atau hama yang menyerang tanaman petani. Petani mulai putus asa karena segala jenis tanaman pertanian mereka tiada hasil dan selalu gagal. Adanya situasi yang kurang menguntungkan penduduk petani, ketika itulah datang seorang penolong yakni Raden Patra Guru yang dianggap masih dari kelompok orang-orang sebelumnya. Raden Patra Guru memberi petunjuk kepada penduduk tanah Sembalun cara mengalahkan serangan tersebut yakni dengan memberikan obat penawar berupa air yang diperoleh dari mata air Timba Bau yang konon airnya harum seperti harum mewangi. Perang panah beracun dapat diatasi oleh penduduk Sembalun dan secara berangsur-angsur tanaman di sawah mulai membaik seperti sedia kala dan untuk memperingati kemenangan itu dilakukan “Upacara Biji Tawar”.
Perang Bala. Dalam serangan perang ini penduduk tanah Sembalun menghadapi serangan wabah penyakit yang diderita oleh semua penduduk dan seluruh masyarakat tidak bisa beraktivitas seperti layaknya seorang petani. Perang ini merupakan perang terbesar yang dihadapi oleh penduduk karena tidak bisa saling tolong menolong satu sama lain. Dalam keadaan masyarakat kebingungan, tak disangka datang keenam raden penolong di atas langsung memberikan petunjuk caranya menghadapi perang wabah penyakit dengan senjata ampuh yang disebut senjata “tolak Balak” yaitu berupa Asma Allah “Lailahaillallah” Akhirnya perang melawan balak dengan kemenangan di pihak penduduk tanah Sembalun maka berakhirlah peperangan yang menjadi rintangan perkembangan penduduk Semabalun. Menurut asumsi penulis, awal dari “Upacara Tolak Bala” adalah peristiwa ini yang berlaku sampai sekarang.
Alur cerita di atas merupakan rangkaian kisah sebelumnya yaitu kelanjutan dari kisah sinopsis nama Desa Sembalun di atas. Alur ceritanya berlanjut dari mulai munculnya nama Desa Sembalun sampai keadaan desa mulai normal dan stabil. Bagi masyarakat Desa Sembalun kisah di atas diyakini sebagai sejarah desa mereka sampai sekarang tanpa terikat dengan penulisan kesejarahan yang ada. Kisah tentang asal-usul Desa Sembalun terurai di atas tidak ditemukannya pengarang yang pasti/jelas, demikian juga bila ditinjau dari sudut kesejarahan sepertinya tidak kuat, karena peristiwa dan penokohan kisah di atas kebanyakan bersifat imajinatif, seperti para raden penolong penduduk masyarakat Sembalun asal-muasalnya tidak pasti, peristiwa yang terjadi tidak ada tangal dan tahun yang jelas, yang ada keterkaitan hanyalah latar atau setting peristiwa yang dikemas dengan amanat berdasarkan pengetahuan pengarang sehingga asumsi penulis lebih cenderung pada cerita fiksi. Bila masyarakat memiliki keyakinan bahwa cerita di atas merupakan latar belakang sejarah desa mereka, hal itu juga tidak salah dan sah-sah saja, mereka meyakini karena tempat-tempat peristiwa yang dipakai sebagai latar dalam cerita di atas merupakan kenyataan yang ada sekarang. Hal itu sebenarnya tidak penting untuk dibahas, yang jelas adanya upacara-upara tradisonal masyarakat Sembalun yang dilaksanakan sekarang dilatarbelakangi oleh rangkaian alur cerita terurai di atas.

c. Cerita Rakyat sebagai Dasar Membangun Pekerti Masyarakat.
Membangun karakter pekerti masyarakat penerapannya di lapangan tidak semudah mengucapkannya. Setidaknya hal ini perlu pemahaman tentang keberadaan kebudayaan lokal yang dimiliki. Untuk dapat memahami tentunya dengan dasar pendidikan, sehingga terjadi keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat bersangkutan. Cerita rakyat merupakan bagian dari kebudayaan harus dipelajari untuk dapat dipahami maknanya. H.A.R Tilaar menyebutkan; ada tiga unsur penting dalam kebudayaan yang patut dipahami, yakni kebudayaan sebagai suatu tata kehidupan (order), kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan mempunyai suatu visi tertentu (goals). Aplikasinya di lapangan tentu melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik di dalam masyarakat. Di samping itu, pendidikan juga kata benda yang berarti mempunyai suatu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu proses penaburan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Inilah pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan, (Tilaar, 1999 : 9).

Desa Sembalun : Pintu Timur Pendakian Ke Gunung Rinjani Lombok Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk. Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu. Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor. Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belik. Selain itu hasik tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini. Ketegaran Gunung Berapi Rinjani di Pulau Lombok berketinggian 3.750 meter dari permukaan laut, selain terkenal akan keindahan dan mempesonanya keindahan Danau Segara Anak yang konon bila berendam atau mandi di lokasi ini dapat menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Meski keangkeran Gunung Rinjani di daratan Pulau Lombok banyak dipercaya orang, namun dibalik itu semua ternyata menyimpan pesona alam yang tiada taranya. Karenanya tak mengherankan bila Gunung Rinjani, gunung kebanggaan masyarakat Bumi Gora Pulau Lombok ini justru setiap tahunnya banyak didaki oleh ribuan wisatawan yang berasal dari berbagai negara maupun wisatawan lokal sendiri. Keindahan Gunung Rinjani dengan daya tarik tambahan Danau Segara anak secara spontanitas memberikan nilai lebih bagi daerah-daerah atau desa-desa yang berada di lereng Gunung Rinjani, disamping potensi wisata yang dimiliki desa-desa ini, kecuali itu pula desa-desa tersebut secara otomatis dikembangkan menjadi desa-desa wisata yang cukup disenangi para wisatawan. Desa-desa yang sudah lama dikembangkan dan akan tetap menjadi perhatian Pemda Lombok Timur, Lombok barat maupun Pemda Tingkat I Nusa Tenggara Barat di antaranya Desa Sembalun Lawang, Sembalun Bumbung, Desa Sajang dan Desa Senaru. Desa-Desa ini telah dikembangkan menjadi Desa wisata, desa budaya dan desa agrowisata. Sejumlah desa yang tersebut di atas memiliki sumber daya alam wisata yang cukup memikat para wisatawan. Selain itu daya tariknya yang khas dan bentangan alam yang indah menghijau, persawahan yang terhampar luas dan tanah pertanian dengan berbagai jenis tanaman produktif. Dalam buku arkeolog yang diterbitkan Bidang Museum dan Sejarah, Kanwil Depdiknas Propinsi Nusa Tenggara Barat mencatat, bahwa Desa Sembalun Lawang merupakan desa tua yang menyimpan berbagai jenis peninggalan kuno serta masih mempertahankan rumah tradisional alami yang sebagian besar merupakan warisan nenek moyangnya. Sejak momentum itu dirayakan, nama Sembalun seketika menyembur ke luar dan terkenal dibanding dengan desa-desa lainnya. Sejumlah investor juga tidak menyia-nyiakan komdoti andalan Sembalun ini dengan membangun pabrik pengolahan bawang putih untuk obat dan kosmetika disertai dengan pembangunan penginapan yang cukup luas untuk para tamu mancanegara maupun lokal yang beristirahat sejenak sebelum melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Namun sayangnya, kegemasan orang untuk tidak melupakan Sembalun, meski daya tariknya yang khas di bidang wisata agribisnis maupun alam, secara perlahan-lahan mulai memudar, tatkala musim bawang sudah tidak bisa menunjukkan daya tahannya. Banyak orang yang enggan menyinggahi Sembalun, apalagi berharap banyak dari kunjungan para pejabat. Mantan Kepala Desa Sembalun H Lalu Mustiadi, NH yang kerap dipanggil Uak Mus dan memimpin Sembalun dalam kurun waktu yang cukup lama mengatakan, masyarakatnya memang terkenal masih lugu dengan potensi alam serta peninggalan sejarah yang dimiliki sangat menunjang untuk tetap dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata NTB di masa depan. Peninggalan sejarah dan budaya Sembalun, berupa keris, tombak, Al-Quran yang bertuliskan tangan pada daun lontar, juga terdapat Jatiswara yang berisi hikayat 1001 macam doa. Peninggalan sejarah macam ini masih dikumpulkan di satu tempat yakni di “Rumah Tujuh” yang sudah direnovasi keberadaannya sebagai obyek wisata sejarah Oktober tahun 1998 lalu. Dalam catatan program pembangunan Desa Sembalun, Pemerintah Desa Sembalun telah membangun sebuah rumah besar (rumah adat), tepatnya berlokasi di Desa Sembalun Jarak menuju desa tradisional ini dari Mataram, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat hanya 90 kilometer. Dapat dijangkau melalui Kecamatan Bayan (Kabupaten Lombok Barat), atau Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur dan menuju Desa ini dari Aikmel sekitar 27 kilometer.
Ada dua Sembalun, Desa Sembalun Lawang dan Desa Sembalun Bumbung yang berjarak 2 km. Kedua desa tersebut identik dengan desa adat dan gunung rinjani yang menyimpan sejarah dan profil suku sasak. Kalau dari ketinggian kita melihat sepertinya kedua desa ini berada dalam sebuah danau yang sudah mongering dan berubah menjadi lahan yang subur pada ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut. Nampak di kelilingi oleh 4 gunung yaitu Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.775 m diatas permukaan laut, gunung Selat Dara, sebelah Anak Dara, dan Gunung telaga..

Sembalun sebagai kawasan wisata sudah cukup terkenal didalam dan diluar negeri, karena dari desa ini para pendaki berangkat ke puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak yang memakan waktu 8 jam, disamping menikmati pemandangan alam pegunungan
, di desa Sembalun Lawang terdapat desa beleq yaitu bangunan artifak perumahan tradisional masyarakat Sembalun, makam majapahit atau petilasan Gajah Mada, benda-benda purbakala dan tari Tandang Mendet yang merupakan suatu tarian sakral menurut masyarakat setempat .
Untuk menuju obyek ini bisa menempuh jalur Mataram – Masbagik – Pelabuhan Lombok – Sambelia – Sembalun dengan jarak +/- 139 km. Sembalun yang berjarak +/- 12 km. Sedangkan akomodasi sudah tersedia dengan standar Hotel Melati seperti Wisma Cemara Siu dan P e s a n g g e r a h a n Sembalun Bumbung.

Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.

Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu.

Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor.



Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belek. Selain itu hasil tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini.



informasi tentang tenun sembalun lebih lengkap dapat diperoleh dari situs www.tenun.net yang khusus membahas tentang tenun tradisional lombok. untuk meningkatkan minat dan perkembangan tenun tradisional masyarakat sembalun pengrajin tenun juga memukan kursus tenun untuk para wisatawan lokal ataupun dari mancanegara. adapun tarif dan biaya kursus tenun tergantung dari paket yang diambil. jika berminat untuk mengikuti kursus tenun dapat menghubungi pak armasih di nomer 087863404300 atau mengirim email ke nizarjoe@gmail.com, secepatnya kami akan membeerikan informasi yang Anda butuhkan.

Abstrak

Kebudayaan merupakan esensi kehidupan masyarakat. Mengenal kebudayaan sendiri berarti mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Kebudayaan menunjukkan jati diri seseorang. Perilaku seseorang sebagai individu akan menunjukkan kebudayaan komunitas masyarakat tertentu. Hal ini berkaitan dengan wujud kebudayaan dari suatu masyarakat yang terdiri dari pengetahuan budaya untuk memahami lingkungannya. Cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan merupakan pengetahuan budaya yang penyebarannya dilakukan secara lisan turun temurun. Cerita rakyat menyiratkan pengetahuan budaya dalam bentuk makna-makna berupa norma-norma kehidupan yakni sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan sebagainya. Selain itu, bila dicermati lebih mendalam, cerita rakyat juga menyimpan nilai-nilai berupa kejujuran, rendah hati, kesetiaan, kepahlawanan, hukum karma, yang tentunya dapat dipakai landasan prilaku masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Kata kunci: Cerita rakyat, Norma Prilaku, Kolektivitas/masyarakat.


A. PENDAHULUAN
Cerita rakyat adalah karya sastra, salah satu pengetahuan sosial masyarakat di bidang seni yang dimiliki dan dikembangkan oleh suatu komunitas tertentu, merupakan hasil interaksi internal maupun ekternal di kalangan komunitas tersebut. Ciri-cirinya lebih ditekankan pada konsep lokalitas atau tempatan yang diikat oleh lingkungan tertentu. Cerita rakyat merupakan salah satu budaya lokal. Di dalamnya berisi seperangkat nilai etika, estetika, yang menjadi pedoman perilaku manusia dalam mewujudkan cara-cara hidup. Sebagai warisan budaya, maka masyarakat mempelajarinya dan mematuhi norma-norma serta menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada. Dalam pengembangannya, cerita rakyat merupakan bagian dari sistem kesenian ini di dukung oleh unsur-unsur kebudayaan lain (7 unsur kebudayaan) sehingga antara unsur budaya yang satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan. Dikatakan demikian karena sistem kesenian merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan dengan unsur budaya lainnya sehingga dapat dimanfaatkan oleh pendukung kebudayaan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Keterkaitan ini juga tampak dalam kebudayaan sistem religi atau keagamaan, misal saja seni tari (di Bali) ada yang disakralkan seperti Tari Sangyang, Baris Gede, dan sebagainya yang kaitannya dengan upacara keagamaan di Bali. Seni tenun “ulos” pada orang Batak erat hubungannya dengan berbagai upacara adat, seperti upacara perkawinan atau kematian, dan seterusnya. Kesenian dalam konteks cerita rakyat dapat dipandang sebagai norma atau aturan tak tertulis untuk mengarahkan seseorang bertata krama dalam kehidupan sehari-hari. Aturan-aturan tersebut dapat berlaku dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan formal yang kesemuanya itu merupakan kebudayaan ideal.
Nilai, norma, ataupun aturan-aturan dalam bentuk tata krama juga terdiri dari suatu rangkaian adanya interaksi antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu, dan juga di antara anak-anak (dalam keluarga itu sendiri). Bertumpu pada interaksi ini, para orang tua seyogyanya dapat menitipkan pesan moral kepada anak melalui media cerita rakyat tanpa merasa dipaksakan sebelum mereka tidur.
Karya sastra berupa cerita rakyat merupakan kreativitas para pujangga zaman dulu yang secara substansi selalu mengacu pada ajaran-ajaran dharma sehingga dapat dipakai sebagai landasan bertingkah laku oleh generasi pewarisnya. Cerita rakyat secara umum selalu menyimpan nilai-nilai kearifan yang terselubung dan perlu penyikapan bagi para pembaca karya sastra sehingga makna yang ada di dalamnya dapat dicerna atau ditangkap mendekati kebenarannya. Biasanya nilai yang tertuang tersebut berupa norma-norma kehidupan dalam bentuk etika sopan santun yang perlu dipedomani sebagai wahana kehidupan di masyarakat. Atas dasar konsep pemikiran terurai di atas, maka upaya pelestarian warisan budaya tersebut tidak dapat lepas dari penggalian sumber-sumber kebudayaan daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kebudayaan daerah merupakan sumber potensial bagi terwujudnya kebudayaan nasional yang memberikan corak karakteristik kepribadian bangsa.
Bila ditinjau dari sifat-sifat budaya, kebudayaan tersebut memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya yang antara lain; budaya itu milik bersama, budaya berkaitan dengan situasi masyarakatnya, dan budaya berfungsi untuk membantu manusia, (Mulyadi, 1999). Sejalan dengan hal ini, bahwa budaya berfungsi sebagai pedoman hidup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia, (Suparlan, dalam Mulyadi, 1999). Dengan demikian keberadaan cerita rakyat sebagai warisan budaya sangat perlu dilestarikan sebagai dasar tuntunan prilaku masyarakat.
Fenomena ini sangat dilematis, di satu sisi sebagai masyarakat tradisional (generasi tua) ingin mempertahankan dan melestarikan karya sastra berupa cerita rakyat sebagai warisan budaya para leluhurnya, sedangkan di sisi lain sebagai suatu amcaman karena pengaruh globalisasi ada indikasi keberadaan budaya ini semakin punah.
Peneliti membatasi pembahasan kajian cerita ini, yakni pada kajian nilai dan kelayakan keberadaan cerita rakyat yang ada, dalam rangka pelestarian nilai budaya sebagai warisan para leluhur di wilayah Sembalun Nusa Tenggara Barat ini. Selain itu, peneliti berupaya mencari cerita rakyat yang dianggap paling populer di lingkungan masyarakat Sembalun. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam kajian. Selanjutnya, dan memilah cerita rakyat yang masih dianggap layak dilestarikan dalam kehidupan masyarakat di zaman global ini. Lingkup wilayah penelitian hanyalah terbatas pada Desa Sembalun serta cerita-cerita rakyat yang masih dipertahankan sebagai acuan tingkah laku dari masyarakatnya.
Desa Sembalun Lawan, luas wilayah Desa Sembalun Lawang adalah 9.455 jiwa dengan 2264 kepala keluarga. Desa Sembalun Lawang yang memiliki luas 116,72 km2 dihuni oleh 9455 jiwa dari 6 dusun yang ada, sehingga dapat diketahui kepadatan penduduknya lebih kurang 80,8 jiwa perkilo meter.
Masyarakat Desa Sembalun Lawang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Bidang pertanian yang digeluti penduduk setempat adalah pertanian ladang dan sebagian kecil juga persawahan. Masyarakat petani di daerah ini dalam mengolah lahan pertaniannya sedikit berbeda dengan di daerah lain, di mana pelaksanaannya baik di sawah maupun di ladang juga terlihat melibatkan kaum ibu-ibu, dan bukan hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja. Pola tanam yang dilakukannya adalah padi, bawang putih, dan sayur-sayuran. Untuk lahan sawah dan lahan kering atau tegalan pada umumnya ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan atau perladangan.


B. KAJIAN CERITA RAKYAT MASYARAKAT
DESA SEMBALUN LAWANG

Beberapa Sinopsis Cerita Rakyat
Sebelum lanjut melangkah pada pokok pembahasan, ada baiknya penulis paparkan beberapa sinopsis cerita rakyak yang ada di Desa Sembalun atau yang ada di Nusa Tenggara Barat, karena Desa Sembalun merupakan bagian dari wilayah NTB. Meskipun lain wilayah (desa atau kota) namun masih dalam satu wilayah propinsi, penulis yakin kemiripan bahkan kesamaan alur cerita yang dipakai sampel sinopsis relatif sama. Sebuah cerita rakyat yang ada di satu wilayah akan ada beberapa kemiripan dengan wilayah lain asal masih dalam satu wilayah Indonesia. Hal ini merupakan suatu kelaziman dalam kehidupan budaya di mana kebudayaan merupakan suatu hal yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Cerita rakyat yang dimiliki oleh masyarakat Desa Sembalun merupakan bagian kebudayaan kolektif masyarakat Suku Sasak NTB, hanya sedikit versinya dikemas disesuaikan dengan alam lingkungan daerah setempat oleh pengarang sehingga bagi para penikmat folklore tersebut itu dirasakan sebagai suatu kenyataan. Ada beberapa sinopsis cerita rakyat yang penulis ambil sebagai sampel untuk bahan kajian sebagai berikut;

1. Kisah Nama Desa Sembalun
Dikisahkan di sebuah tempat ada hidup 7 pasang suami istri yang kehidupa,nnya sangat sederhana. Keadaan alamnya waktu itu masih berupa tanah rawa-rawa yang sulit digunakan untuk sumber penghidupan. Berpuluh-puluh tahun ke-7 pasang suami istri tersebut mendiami kawasan itu tidak pernah mengalami perkembangan, baik dari penghidupan maupun dari jumlah penduduk. Dalam keadaan mandeg seperti itu kemudian ada dua orang pendatang membawa perubahan besar. Kedua orang tersebut bernama Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya.
Dikisahkan kedua Raden ini langsung memanggil ketujuh pasutri ini dan memberikan beberapa pertanyaan, “hai manusia, maukah kalian menjadi manusia yang beradab, dengan berpakaian yang selayaknya? Maukah kalian menyembah Allah sebagai penciptamu? dan seterusnya. Merasakan keadaannya melarat seperti itu akhirnya ketujuh pasutri serempak menyetujuinya. Selanjutnya kedua Raden tersebut memberikan 4 (empat) macam pelajaran sebagai pegangan hidup; 1) Kuberikan kalian adat dan Agama Islam sebagai pegangan hidupmu, 2) Kuberikan kalian Kitab Al-Qur’ an sebagai pedoman adat agamamu, 3) Kuberikan kalian padi (seikat padi merah) sebagai makananmu untuk beribadah, 4) Kuberikan kalian alat untuk bertani dan senjata membela adat serta agamamu. Kemudian kedua raden ini menyiapkan tanah persawahan sebagai tempat untuk menanam padi bagi ketujuh pasutri ini. Dikisahkan dalam membuat sawah para raden ini mengucapkan Bismilah sambil memutar-mutar tongkatnya dengan ucapan “sawah enjang-enjang” (hiyang-hiyang) yang artinya Allah-lah segala sesuatu bisa terwujud atau sukses dan dengan Allah-lah sesuatu bisa hidup dan berkembang. Mulai saat itu ketujuh pasutri diberi nama panggilan Nek Islamin, Nek Kerta Negara, Nek Bagia, Nek Rasani. Setelah keempat pelajaran yang dilengkapi dengan tanah yang luas selesai maka kedua raden tersebut berkata, “ Mulai saat ini tanah bumi atau tanah tempat kalian hidup kuberi nama Sembahulun atau tanah Sembahulun. Kalian ingat dan waspada, bahwa waktu-waktu mendatang akan menghadapi peperangan, namun jangan khawatir kalian pasti mendapat pertolongan.

2. Bening dan Gagak
Dikisahkan ada seorang anak bernama “Bening” tinggal dengan ayah dan ibu tirinya. Ibu tirinya sangat kejam terhadap Bening bila ayahnya tidak ada di rumah. Apa bila ayahnya di rumah, ibu tiri Bening menunjukkan kasih sayang berlebihan terhadap Bening, sehingga ayahnya percaya bahwa ibu tiri Bening sangat sayang kepada Bening meskipun sang ayah tidak ada di rumah. Akhirnya suatu ketika Si Bening dapat curi dengar pembicaraan ayah dan ibunya yang dalam pembicaraan mengungkap rencana ayahnya akan pergi jauh mencari nafkah sampai berminggu-minggu bahkan bulanan. Mengetahui hal tersebut, Bening ketakutan akan siksaan ibu tirinya bila ayahnya pergi, apalagi berlama-lama. Pada saat itu pula, malam hari Bening memutuskan untuk kabur.
Singkat cerita, karena perginya malam hari tak terasa Bening tiba di sebuah tempat dan ternyata tempat itu adalah hutan rimba yang penuh dengan binatang buas siap menerkam siapa saja. Mengetahui situasi semacam ini, Bening pasrah dan hanya bisa berdoa dengan tulus dan kusuk. Tenyata doa Bening dikabulkan oleh Tuhan sehingga binatang-binatang yang siap menerkam seperti harimau ikut bersedih dan meninggalkan tempat di mana Bening berada. Demikian juga binatang-binatang lain, hanya seekor burung gagak yang masih tinggal di sana karena kasihan melihat kesedihan Si Bening. Dalam kisahnya, si gagak selalu membantu Bening dengan mencarikan berbagai macam buah untuk Bening. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya Bening menjadi bingung, bertanya-tanya dalam hati, siapa sebenarnya si gagak ini? dari mana juga gagak mendapatkan bahan makanan untuk dirinya, karena kebingungan maka Bening memutuskan pasrah diri dan berdo’a minta bantuan petunjuk kepada Tuhan.
Ketika itu Bening bersimpuh mohon petunjuk Tuhan “Ya Allah, perlihatkanlah kebesaran-Mu!, saya tidak yakin kalau gagak sahabatku adalah seekor burung. Tunjukkanlah kebesaran-Mu Ya Allah……! Ucapan itulah yang terucap tak henti-henti sambil menengadahkan kedua tangannya. Setelah Bening mengakhiri do’anya, di samping kanannya duduk seorang laki-laki tampan dalam posisi berdo’a penuh kekhusukan, dengan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah mengampuni dosa-dosanya dan mengembalikan wujudnya semula dari kutukan menjadi seekor gagak karena seringnya menyakiti hati orang tuanya. Demikian juga mengucapkan terima kasih kepada Bening berkat do’anya dia bisa kembali berubah wujud menjadi manusia kembali. Akhirnya Bening diajak pulang ke rumah pemuda tampan tersebut yang tenyata adalah seorang putra raja dari Kerajaan Antah-Barantah, dan mereka pun menikah serta diangkat menjadi raja dan permaisuari hidup bahagia. Bapak dan ibu tiri Bening pada saat itu dikisahkan sudah tua dan sangat menderita, tetapi setelah diketahui demikian kedua orang tuanya ditarik ke istana dan hidup bahagia bersama.

3. Makna Cerita Rakyat bagi Masyarakat
Cerita rakyat merupakan tradisi lisan budaya masyarakat yang penyebarannya dilakukan secara lisan turun-temurun. Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk dari folklor memiliki cirri-ciri khusus yang harus dicermati oleh masyarakat. Ciri-ciri dimaksud antara lain; 1) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, 2) Folklor bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau standar, 3) Folklor ada (exst) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda, karena penyebarannya dari mulut ke mulut, 4) Folklor bersifat anonim, 5) Folklor biasanya mempunyai bentuk perumus atau berpola, 6) Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif, 7) Folklor bersifat prologis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, 8) Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu, 9) Folklor bersifat polos dan lugu, (Danandjaya, 2002 : 4). Cerita yang termasuk bagian dari folklor memiliki cirri-ciri seperti ciri folklor pada umumnya, misalnya cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif suku bangsa, yaitu sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.Di samping mempunyai kegunaan, cerita rakyat juga mengandung makna atau arti yang mendalam bagi penganut kebudayaan dalam suatu kolektif suku bangsa, (Marjanto, 2005 : 10). Seiring dengan kajian ini, berikut akan diuraikan makna yang terkandung dalam cerita rakyat bagi masyarakat Desa Sembalun sebagai salah satu komunitas yang hidup bersama dalam satu wilayah.

a. Cerita Rakyat sebagai Dasar Asal-usul Nama Desa
Sebelum membahas tentang kajian cerita rakyat lebih jauh, ada baiknya diuraikan dahulu unsur-unsur yang ada dalam sebuah cerita rakyat, sehingga kita tahu bagaimana dan ke mana arah isi cerita bersangkutan. Adapun unsur-unsur yang dimaksud antara lain; insiden, latar, tokoh, dan amanat. Insiden dalam sebuah karya sastra adalah peristiwa yang terjadi dalam cipta sastra yang berupa cerita. Latar adalah tempat, waktu, dan suasana peristiwa itu terjadi. Tokoh cerita adalah pelaku yang memainkan cerita tersebut. Amanat dalam cerita merupakan kesan dan pesan yang disampaikan berdasarkan atas pengetahuan pengarang yang ingin disampaikan kepada orang lain melalui perantara cerita yang dikarangnya itu.
Dalam sub bahasan pertama akan mengacu pada sinopsis kisah nama Desa Sembalun, yang dikisahkan tentang keberadaan sekelompok masyarakat primitif, yang digambarkan keberadaannya sangat terkebelakang di segala bidang. Kisah ini berlaku secara kolektif di kalangan masyarakat di Desa Sembalun. Dipandang dari alur ceritanya sangat menarik dan masyarakat setempat yakin dan percaya sampai sekarang bahwa latar belakang nama Sembalun berawal dari cerita tersebut. Masyarakat juga beranggapan bahwa apa yang diceritakan dalam kisah tersebut merupakan sejarah awal berdirinya nama Desa Sembalun, namun bagi kaum sejarawan sepertinya belum tepat bila itu dianggap sejarah karena kurangnya bukti-bukti tertulis sebagai penguat sejarah, seperti diceritakan kedatangan Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya kurang jelas bahkan tidak ada tahun kedatangannya, dan dari mana berasal kedua raden tersebut. Peristiwa yang terjadi memang kelihatan saling kait-mengait secara logis sehingga membangun alur atau plot cerita. Kejadian-kejadian yang erat tak dapat dipisahkan membuat alur cerita sangat bagus dan diyakini oleh masyarakat sampai sekarang.
Bila dikaji lebih mendalam, semua unsur yang ada menjadi satu keterikatan antara insiden, latar, tokoh, dan amanat sehingga isi cerita sangat menarik dan seolah-olah cerita tersebut merupakan sejarah desa yang patut diyakini dan dipercaya oleh masyarakatnya. Dalam alur ceritanya terselip peristiwa yang menunjukkan kedua raden pendatang tersebut memberikan pelajaran berupa empat petunjuk yang salah satunya dinyatakan “wahai engkau manusia, ini kuberikan kalian Kitab Al-Qur’an sebagai pedoman adat agamamu”. Mengingat di Desa Sembalun mayoritas muslim, dalam kisah ini ada indikasi cara-cara penyebaran ajaran Agama Islam oleh Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya, namun sayang asal muasal Beliau tidak diketahui dan tidak diceritakan selanjutnya. Demikian juga setelah Beliau memberikan empat petunjuk pelajaran dan sebidang luas tanah sawah untuk garapan ketujuh pasutri di atas, juga meninggalkan pesan bahwa dalam waktu-waktu mendatang akan ada peperangan yang menurut akal sehat sebagai orang awam hal itu tidak mungkin diketahui. Peristiwa inilah yang membuat bahwa kisah ini merupakan karangan para pujangga atau pemuka masyarakat terdahulu yang diwariskan kepada generasi sampai sekarang.

b. Cerita Rakyat sebagai Dasar Upacara
Seperti pesan yang diamatkan oleh Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya pada kisah di atas, bahwa dalam beberapa tahun mendatang Desa Sembalun akan mengalami peperangan-peperangan sebagai sebuah godaan. Pernyataan kedua raden tersebut dalam kisahnya menjadi kenyataan, berselang beberapa tahun setelah mengalami pertambahan penduduk menghadapi tiga peperangan berturut-turut sebagai berikut:
Perang Ketupat menghadapi Iblis. Pada masa ini masyarakat Sembalun berperang mati-matian melawan iblis yang kuat dan sukar dihancurkan. Dikisahkan bahwa tentara iblis ini tidak bisa dilawan dengan senjata tajam berupa parang ataupun pedang, karena setiap satu iblis ditebas menjadi dua atau tiga potong, jumlahnya semakin banyak, karena potongan tebasan tadi berubah menjadi iblis yang baru, hidup dan menyerang lebih ganas lagi. Keadaan ini mengakibatkan jumlah penduduk semakin berkurang dan jumlah iblis semakin bertambah, hingga suatu ketika muncul bantuan dari tiga orang pendatang seperti yang pernah dijanjikan oleh Raden Hari Pati dan Haria Mangun Jaya. Ketiga pendatang tersebut bernama Raden Ketip Muda, Raden Sayid Hamzah, dan Raden Patih Jorong. Ketiga raden ini dengan mudah mengalahkan tentara iblis yang garang tersebut dengan senjata yang tidak masuk akal yakni berupa “ketupat”. Ketiga penolong tersebut melawan tertara iblis dengan cara melempar ketupat tersebut tiga kali ke arah para iblis, lemparan pertama pada tanggal 5 dengan mengucapkan tanggal 5, lemparan kedua pada tanggal 15 dengan mengucapkan tanggal 15, dan lemparan ketiga pada tanggal 25 dengan mengucapkan tanggal 25. Pada lemparan ketiga dilakukan, tentara iblis hilang lenyap ketika itu juga tanpa bekas. Setelah selesai peperangan, ketiga raden penolong tadi berpesan kepada masyarakat Sembalun yang masih tersisa: 1) Kamu harus mengambil air setiap kali panen padi sebagai tanda kemenangan melawan iblis. 2) Setiap tiga tahun sekali kamu harus memotong kerbau sebagai rasa syukurmu atau kemenangan menghadapi peperangan. Kedua pesan tersebut oleh masyarakat Sembalun dilaksanakan sebagai “Upacara Nagyu Ayu” sebuah nama upacara tradisional yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali oleh masyarakat Sembalun sampai sekarang.
Perang Panah Racun. Setelah iblis dikalahkan oleh penduduk atas bantuan tiga raden terkisah di atas, kali ini para iblis balas dendam menyerang lagi dengan menggunakan panah beracun. Bentuk serangan ini dilakukan dari jarak jauh, karena jarak dekat para iblis tidak berani lagi menginjakkan kakinya di bumi Sembalun. Sasaran para iblis adalah tanaman pertanian penduduk tanah Sembalun. Dalam serangan ini, penduduk tidak bisa berbuat banyak karena dalam peperangan ini pihak musuh tidak menampakkan dirinya, tetapi yang tampak hanyalah racun atau hama yang menyerang tanaman petani. Petani mulai putus asa karena segala jenis tanaman pertanian mereka tiada hasil dan selalu gagal. Adanya situasi yang kurang menguntungkan penduduk petani, ketika itulah datang seorang penolong yakni Raden Patra Guru yang dianggap masih dari kelompok orang-orang sebelumnya. Raden Patra Guru memberi petunjuk kepada penduduk tanah Sembalun cara mengalahkan serangan tersebut yakni dengan memberikan obat penawar berupa air yang diperoleh dari mata air Timba Bau yang konon airnya harum seperti harum mewangi. Perang panah beracun dapat diatasi oleh penduduk Sembalun dan secara berangsur-angsur tanaman di sawah mulai membaik seperti sedia kala dan untuk memperingati kemenangan itu dilakukan “Upacara Biji Tawar”.
Perang Bala. Dalam serangan perang ini penduduk tanah Sembalun menghadapi serangan wabah penyakit yang diderita oleh semua penduduk dan seluruh masyarakat tidak bisa beraktivitas seperti layaknya seorang petani. Perang ini merupakan perang terbesar yang dihadapi oleh penduduk karena tidak bisa saling tolong menolong satu sama lain. Dalam keadaan masyarakat kebingungan, tak disangka datang keenam raden penolong di atas langsung memberikan petunjuk caranya menghadapi perang wabah penyakit dengan senjata ampuh yang disebut senjata “tolak Balak” yaitu berupa Asma Allah “Lailahaillallah” Akhirnya perang melawan balak dengan kemenangan di pihak penduduk tanah Sembalun maka berakhirlah peperangan yang menjadi rintangan perkembangan penduduk Semabalun. Menurut asumsi penulis, awal dari “Upacara Tolak Bala” adalah peristiwa ini yang berlaku sampai sekarang.
Alur cerita di atas merupakan rangkaian kisah sebelumnya yaitu kelanjutan dari kisah sinopsis nama Desa Sembalun di atas. Alur ceritanya berlanjut dari mulai munculnya nama Desa Sembalun sampai keadaan desa mulai normal dan stabil. Bagi masyarakat Desa Sembalun kisah di atas diyakini sebagai sejarah desa mereka sampai sekarang tanpa terikat dengan penulisan kesejarahan yang ada. Kisah tentang asal-usul Desa Sembalun terurai di atas tidak ditemukannya pengarang yang pasti/jelas, demikian juga bila ditinjau dari sudut kesejarahan sepertinya tidak kuat, karena peristiwa dan penokohan kisah di atas kebanyakan bersifat imajinatif, seperti para raden penolong penduduk masyarakat Sembalun asal-muasalnya tidak pasti, peristiwa yang terjadi tidak ada tangal dan tahun yang jelas, yang ada keterkaitan hanyalah latar atau setting peristiwa yang dikemas dengan amanat berdasarkan pengetahuan pengarang sehingga asumsi penulis lebih cenderung pada cerita fiksi. Bila masyarakat memiliki keyakinan bahwa cerita di atas merupakan latar belakang sejarah desa mereka, hal itu juga tidak salah dan sah-sah saja, mereka meyakini karena tempat-tempat peristiwa yang dipakai sebagai latar dalam cerita di atas merupakan kenyataan yang ada sekarang. Hal itu sebenarnya tidak penting untuk dibahas, yang jelas adanya upacara-upara tradisonal masyarakat Sembalun yang dilaksanakan sekarang dilatarbelakangi oleh rangkaian alur cerita terurai di atas.

c. Cerita Rakyat sebagai Dasar Membangun Pekerti Masyarakat.
Membangun karakter pekerti masyarakat penerapannya di lapangan tidak semudah mengucapkannya. Setidaknya hal ini perlu pemahaman tentang keberadaan kebudayaan lokal yang dimiliki. Untuk dapat memahami tentunya dengan dasar pendidikan, sehingga terjadi keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat bersangkutan. Cerita rakyat merupakan bagian dari kebudayaan harus dipelajari untuk dapat dipahami maknanya. H.A.R Tilaar menyebutkan; ada tiga unsur penting dalam kebudayaan yang patut dipahami, yakni kebudayaan sebagai suatu tata kehidupan (order), kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan mempunyai suatu visi tertentu (goals). Aplikasinya di lapangan tentu melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik di dalam masyarakat. Di samping itu, pendidikan juga kata benda yang berarti mempunyai suatu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu proses penaburan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Inilah pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan, (Tilaar, 1999 : 9).