Rabu, 20 Juni 2012
TUGAS INFOKES DAFTAR ISI
Daftar isi
Daftar
Isi
- Sayuran, dan SusuNamun pada kaitannya makan, minum 4 sehat 5 sempurna seringkali penambahan 5 sempurna yaitu susu, sering tidak terpenuhi karena pemahaman bahwa susu adalah kebutuhan yang mewah. Namun sekarang sudah ada solusi cerdas dengan menggantinya dengan susu kedelai yang tidak kalah nilai gizinya dengan susu-susu pada umumnya.
- OlahragaOlah raga yang cukup akan memperlancar aliran dalam tubuh, karena berolah raga bisa dilakukan dimana saja dan kapanpun dengan cara sering bergerak saja kita sudah bisa dikatakan berolah raga karena prinsip dasar olah raga adalah mengolah tubuh dengan kata lain bergerak.
diantara dua syarat-syarat kesehatan pribadi di atas, sangat
diperlukan Belencing (keseimbangan) diantara dua syarat tersebut.
Karena bila tubuh sudah memenuhi syarat pertama yaitu makan, minum 4
sehat 5 sempurna tetapi tidak menjalankan syarat yang kedua, maka
akan ada gangguan dalam pribadi tersebut dan begitu pula sebaliknya.
Kesehatan
rohani dapat diperoleh dengan selalu berfikir positif disetiap waktu
dan juga bisa menjaga perasaan dan tak terombang-ambing oleh
perasaan tersebut. Maka dalma mencari pikiran yang posiyif tersebut
kita dihadapkan dengan suatu yang dapat membimbing kita ke arah
positif yaitu agama. Agama yang kita peluk akan memberi pencerahan
dan siraman-siraman rohani yang membuat kita selalu berfikir
positif.
2. Tanah yang sehat
Tanah yang sehat
adalah tamah yamh baik untuk
penanaman suatu tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam
berat.
- Mengurangi Pemanasan Global
Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan zat tidak langsung zat CO2 (carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.
- MenjagaKebersihanLingkungan
Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan sampah.
Hari-hariku
2012-06-16
Aku merasakan kegalauan yang amat
menyakitkan hati mungil ini sejak minggu lalu.tak bisa berhenti menangis
meratapi nasib,aku gak kuasa menahan air mata yang jatuh,sudah seminggu uang
habis smz ortu,adek, gk di bales2 apa sih mau kalian kalau mau hikum jangan
begini caranya rasanya sangat
menyakitkan lebih sakit di tusuk jarum hati ini sangat terluka,makan 1 kali
sehari uhh terasa anak jalanan,mau pinjem ma temen malu terpaksa menahan lapar
+ nangis tersedu-sedu malang banget masibku udah merantau jauh di kota orang gk di perhatiin lengkap deh penderitaan ini
yaaa mboo kalo gk da uang kasih tau lah biyar bisa pinjem ma temen,orantuaku tu
emang pemales gk pernah berubah yaa dah tau anaknya merantau jauh gak ada
keluarga ya ngirim uangnya tu jangan terlampau lama.minggu yang sangat
menyebalkan.
2012-06-20
Ini adalah hari yang memalukan buat saya,,,,,,,,, gimana yaaa udah terlanjur,,, cuma terdiam gak bisa berbuat apa-apa "Nasi sudah menjadi bubur" hadapi dengan senyuman aja SEMANGAT AKU PASTI BISA
SEMBALUN
Desa Sembalun : Pintu Timur Pendakian Ke
Gunung Rinjani Lombok Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah
12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga
bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan
untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5
ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.
Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama
islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih
menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh
ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk
hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa
peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan
lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum
dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat
orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi
menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai
sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu. Kebiasaan lain penduduk
adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi
adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan
lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik
masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi
didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor. Sebagai daerah
yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani,
maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut
juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang
datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian
tradisional yang disebut Gendang Belik. Selain itu hasik tenunan desa Sembalun
lawang juga kita peroleh disini. Ketegaran Gunung Berapi Rinjani di Pulau
Lombok berketinggian 3.750 meter dari permukaan laut, selain terkenal akan
keindahan dan mempesonanya keindahan Danau Segara Anak yang konon bila berendam
atau mandi di lokasi ini dapat menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit.
Meski keangkeran Gunung Rinjani di daratan Pulau Lombok banyak dipercaya orang,
namun dibalik itu semua ternyata menyimpan pesona alam yang tiada taranya.
Karenanya tak mengherankan bila Gunung Rinjani, gunung kebanggaan masyarakat
Bumi Gora Pulau Lombok ini justru setiap tahunnya banyak didaki oleh ribuan
wisatawan yang berasal dari berbagai negara maupun wisatawan lokal sendiri.
Keindahan Gunung Rinjani dengan daya tarik tambahan Danau Segara anak secara
spontanitas memberikan nilai lebih bagi daerah-daerah atau desa-desa yang
berada di lereng Gunung Rinjani, disamping potensi wisata yang dimiliki
desa-desa ini, kecuali itu pula desa-desa tersebut secara otomatis dikembangkan
menjadi desa-desa wisata yang cukup disenangi para wisatawan. Desa-desa yang
sudah lama dikembangkan dan akan tetap menjadi perhatian Pemda Lombok Timur,
Lombok barat maupun Pemda Tingkat I Nusa Tenggara Barat di antaranya Desa
Sembalun Lawang, Sembalun Bumbung, Desa Sajang dan Desa Senaru. Desa-Desa ini
telah dikembangkan menjadi Desa wisata, desa budaya dan desa agrowisata.
Sejumlah desa yang tersebut di atas memiliki sumber daya alam wisata yang cukup
memikat para wisatawan. Selain itu daya tariknya yang khas dan bentangan alam
yang indah menghijau, persawahan yang terhampar luas dan tanah pertanian dengan
berbagai jenis tanaman produktif. Dalam buku arkeolog yang diterbitkan Bidang
Museum dan Sejarah, Kanwil Depdiknas Propinsi Nusa Tenggara Barat mencatat,
bahwa Desa Sembalun Lawang merupakan desa tua yang menyimpan berbagai jenis
peninggalan kuno serta masih mempertahankan rumah tradisional alami yang
sebagian besar merupakan warisan nenek moyangnya. Sejak momentum itu dirayakan,
nama Sembalun seketika menyembur ke luar dan terkenal dibanding dengan desa-desa
lainnya. Sejumlah investor juga tidak menyia-nyiakan komdoti andalan Sembalun
ini dengan membangun pabrik pengolahan bawang putih untuk obat dan kosmetika
disertai dengan pembangunan penginapan yang cukup luas untuk para tamu
mancanegara maupun lokal yang beristirahat sejenak sebelum melakukan pendakian
ke Gunung Rinjani. Namun sayangnya, kegemasan orang untuk tidak melupakan
Sembalun, meski daya tariknya yang khas di bidang wisata agribisnis maupun
alam, secara perlahan-lahan mulai memudar, tatkala musim bawang sudah tidak
bisa menunjukkan daya tahannya. Banyak orang yang enggan menyinggahi Sembalun,
apalagi berharap banyak dari kunjungan para pejabat. Mantan Kepala Desa
Sembalun H Lalu Mustiadi, NH yang kerap dipanggil Uak Mus dan memimpin Sembalun
dalam kurun waktu yang cukup lama mengatakan, masyarakatnya memang terkenal
masih lugu dengan potensi alam serta peninggalan sejarah yang dimiliki sangat
menunjang untuk tetap dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata NTB di masa
depan. Peninggalan sejarah dan budaya Sembalun, berupa keris, tombak, Al-Quran
yang bertuliskan tangan pada daun lontar, juga terdapat Jatiswara yang berisi
hikayat 1001 macam doa. Peninggalan sejarah macam ini masih dikumpulkan di satu
tempat yakni di “Rumah Tujuh” yang sudah direnovasi keberadaannya sebagai obyek
wisata sejarah Oktober tahun 1998 lalu. Dalam catatan program pembangunan Desa
Sembalun, Pemerintah Desa Sembalun telah membangun sebuah rumah besar (rumah
adat), tepatnya berlokasi di Desa Sembalun Jarak menuju desa tradisional ini
dari Mataram, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat hanya 90 kilometer. Dapat
dijangkau melalui Kecamatan Bayan (Kabupaten Lombok Barat), atau Kecamatan
Aikmel, Kabupaten Lombok Timur dan menuju Desa ini dari Aikmel sekitar
27 kilometer.
Ada dua Sembalun, Desa Sembalun Lawang
dan Desa Sembalun Bumbung yang berjarak 2 km. Kedua desa tersebut identik
dengan desa adat dan gunung rinjani yang menyimpan sejarah dan profil suku
sasak. Kalau dari ketinggian kita melihat sepertinya kedua desa ini berada dalam
sebuah danau yang sudah mongering dan berubah menjadi lahan yang subur pada
ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut. Nampak di kelilingi oleh 4 gunung
yaitu Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.775 m diatas permukaan laut, gunung
Selat Dara, sebelah Anak Dara, dan Gunung telaga..
Sembalun sebagai kawasan wisata sudah cukup terkenal didalam dan diluar negeri, karena dari desa ini para pendaki berangkat ke puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak yang memakan waktu 8 jam, disamping menikmati pemandangan alam pegunungan
, di desa Sembalun Lawang terdapat desa beleq yaitu bangunan artifak perumahan tradisional masyarakat Sembalun, makam majapahit atau petilasan Gajah Mada, benda-benda purbakala dan tari Tandang Mendet yang merupakan suatu tarian sakral menurut masyarakat setempat .
Untuk menuju obyek ini bisa menempuh jalur Mataram – Masbagik – Pelabuhan Lombok – Sambelia – Sembalun dengan jarak +/- 139 km. Sembalun yang berjarak +/- 12 km. Sedangkan akomodasi sudah tersedia dengan standar Hotel Melati seperti Wisma Cemara Siu dan P e s a n g g e r a h a n Sembalun Bumbung.
Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.
Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu.
Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor.
Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belek. Selain itu hasil tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini.
informasi tentang tenun sembalun lebih lengkap dapat diperoleh dari situs www.tenun.net yang khusus membahas tentang tenun tradisional lombok. untuk meningkatkan minat dan perkembangan tenun tradisional masyarakat sembalun pengrajin tenun juga memukan kursus tenun untuk para wisatawan lokal ataupun dari mancanegara. adapun tarif dan biaya kursus tenun tergantung dari paket yang diambil. jika berminat untuk mengikuti kursus tenun dapat menghubungi pak armasih di nomer 087863404300 atau mengirim email ke nizarjoe@gmail.com, secepatnya kami akan membeerikan informasi yang Anda butuhkan.
Sembalun sebagai kawasan wisata sudah cukup terkenal didalam dan diluar negeri, karena dari desa ini para pendaki berangkat ke puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak yang memakan waktu 8 jam, disamping menikmati pemandangan alam pegunungan
, di desa Sembalun Lawang terdapat desa beleq yaitu bangunan artifak perumahan tradisional masyarakat Sembalun, makam majapahit atau petilasan Gajah Mada, benda-benda purbakala dan tari Tandang Mendet yang merupakan suatu tarian sakral menurut masyarakat setempat .
Untuk menuju obyek ini bisa menempuh jalur Mataram – Masbagik – Pelabuhan Lombok – Sambelia – Sembalun dengan jarak +/- 139 km. Sembalun yang berjarak +/- 12 km. Sedangkan akomodasi sudah tersedia dengan standar Hotel Melati seperti Wisma Cemara Siu dan P e s a n g g e r a h a n Sembalun Bumbung.
Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.
Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu.
Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor.
Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belek. Selain itu hasil tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini.
informasi tentang tenun sembalun lebih lengkap dapat diperoleh dari situs www.tenun.net yang khusus membahas tentang tenun tradisional lombok. untuk meningkatkan minat dan perkembangan tenun tradisional masyarakat sembalun pengrajin tenun juga memukan kursus tenun untuk para wisatawan lokal ataupun dari mancanegara. adapun tarif dan biaya kursus tenun tergantung dari paket yang diambil. jika berminat untuk mengikuti kursus tenun dapat menghubungi pak armasih di nomer 087863404300 atau mengirim email ke nizarjoe@gmail.com, secepatnya kami akan membeerikan informasi yang Anda butuhkan.
Abstrak
Kebudayaan
merupakan esensi kehidupan masyarakat. Mengenal kebudayaan sendiri berarti
mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Kebudayaan
menunjukkan jati diri seseorang. Perilaku seseorang sebagai individu akan
menunjukkan kebudayaan komunitas masyarakat tertentu. Hal ini berkaitan dengan
wujud kebudayaan dari suatu masyarakat yang terdiri dari pengetahuan budaya
untuk memahami lingkungannya. Cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan
merupakan pengetahuan budaya yang penyebarannya dilakukan secara lisan turun
temurun. Cerita rakyat menyiratkan pengetahuan budaya dalam bentuk makna-makna
berupa norma-norma kehidupan yakni sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes
sosial dan sebagainya. Selain itu, bila dicermati lebih mendalam, cerita rakyat
juga menyimpan nilai-nilai berupa kejujuran, rendah hati, kesetiaan,
kepahlawanan, hukum karma, yang tentunya dapat dipakai landasan prilaku
masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Kata kunci:
Cerita rakyat, Norma Prilaku, Kolektivitas/masyarakat.
A. PENDAHULUAN
Cerita rakyat
adalah karya sastra, salah satu pengetahuan sosial masyarakat di bidang seni
yang dimiliki dan dikembangkan oleh suatu komunitas tertentu, merupakan hasil
interaksi internal maupun ekternal di kalangan komunitas tersebut. Ciri-cirinya
lebih ditekankan pada konsep lokalitas atau tempatan yang diikat oleh
lingkungan tertentu. Cerita rakyat merupakan salah satu budaya lokal. Di
dalamnya berisi seperangkat nilai etika, estetika, yang menjadi pedoman
perilaku manusia dalam mewujudkan cara-cara hidup. Sebagai warisan budaya, maka
masyarakat mempelajarinya dan mematuhi norma-norma serta menjunjung tinggi
nilai-nilai yang ada. Dalam pengembangannya, cerita rakyat merupakan bagian
dari sistem kesenian ini di dukung oleh unsur-unsur kebudayaan lain (7 unsur
kebudayaan) sehingga antara unsur budaya yang satu dengan yang lain saling
memiliki keterkaitan. Dikatakan demikian karena sistem kesenian merupakan satu
kesatuan yang utuh dan saling berkaitan dengan unsur budaya lainnya sehingga
dapat dimanfaatkan oleh pendukung kebudayaan tersebut dalam kehidupannya
sehari-hari. Keterkaitan ini juga tampak dalam kebudayaan sistem religi atau
keagamaan, misal saja seni tari (di Bali) ada yang disakralkan seperti Tari
Sangyang, Baris Gede, dan sebagainya yang kaitannya dengan upacara keagamaan di
Bali. Seni tenun “ulos” pada orang Batak erat hubungannya dengan berbagai
upacara adat, seperti upacara perkawinan atau kematian, dan seterusnya.
Kesenian dalam konteks cerita rakyat dapat dipandang sebagai norma atau aturan tak
tertulis untuk mengarahkan seseorang bertata krama dalam kehidupan sehari-hari.
Aturan-aturan tersebut dapat berlaku dalam lingkungan keluarga, masyarakat
maupun lingkungan formal yang kesemuanya itu merupakan kebudayaan ideal.
Nilai, norma,
ataupun aturan-aturan dalam bentuk tata krama juga terdiri dari suatu rangkaian
adanya interaksi antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu, dan juga di
antara anak-anak (dalam keluarga itu sendiri). Bertumpu pada interaksi ini,
para orang tua seyogyanya dapat menitipkan pesan moral kepada anak melalui
media cerita rakyat tanpa merasa dipaksakan sebelum mereka tidur.
Karya sastra
berupa cerita rakyat merupakan kreativitas para pujangga zaman dulu yang secara
substansi selalu mengacu pada ajaran-ajaran dharma sehingga dapat dipakai
sebagai landasan bertingkah laku oleh generasi pewarisnya. Cerita rakyat secara
umum selalu menyimpan nilai-nilai kearifan yang terselubung dan perlu
penyikapan bagi para pembaca karya sastra sehingga makna yang ada di dalamnya
dapat dicerna atau ditangkap mendekati kebenarannya. Biasanya nilai yang
tertuang tersebut berupa norma-norma kehidupan dalam bentuk etika sopan santun
yang perlu dipedomani sebagai wahana kehidupan di masyarakat. Atas dasar konsep
pemikiran terurai di atas, maka upaya pelestarian warisan budaya tersebut tidak
dapat lepas dari penggalian sumber-sumber kebudayaan daerah yang tersebar di
seluruh pelosok tanah air. Kebudayaan daerah merupakan sumber potensial bagi
terwujudnya kebudayaan nasional yang memberikan corak karakteristik kepribadian
bangsa.
Bila ditinjau
dari sifat-sifat budaya, kebudayaan tersebut memiliki sifat universal, artinya
terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya yang antara lain;
budaya itu milik bersama, budaya berkaitan dengan situasi masyarakatnya, dan
budaya berfungsi untuk membantu manusia, (Mulyadi, 1999). Sejalan dengan hal
ini, bahwa budaya berfungsi sebagai pedoman hidup untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia, (Suparlan, dalam Mulyadi, 1999). Dengan
demikian keberadaan cerita rakyat sebagai warisan budaya sangat perlu
dilestarikan sebagai dasar tuntunan prilaku masyarakat.
Fenomena ini
sangat dilematis, di satu sisi sebagai masyarakat tradisional (generasi tua)
ingin mempertahankan dan melestarikan karya sastra berupa cerita rakyat sebagai
warisan budaya para leluhurnya, sedangkan di sisi lain sebagai suatu amcaman
karena pengaruh globalisasi ada indikasi keberadaan budaya ini semakin punah.
Peneliti
membatasi pembahasan kajian cerita ini, yakni pada kajian nilai dan kelayakan
keberadaan cerita rakyat yang ada, dalam rangka pelestarian nilai budaya
sebagai warisan para leluhur di wilayah Sembalun Nusa Tenggara Barat ini.
Selain itu, peneliti berupaya mencari cerita rakyat yang dianggap paling
populer di lingkungan masyarakat Sembalun. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
dalam kajian. Selanjutnya, dan memilah cerita rakyat yang masih dianggap layak
dilestarikan dalam kehidupan masyarakat di zaman global ini. Lingkup wilayah
penelitian hanyalah terbatas pada Desa Sembalun serta cerita-cerita rakyat yang
masih dipertahankan sebagai acuan tingkah laku dari masyarakatnya.
Desa Sembalun
Lawan, luas wilayah Desa Sembalun Lawang adalah 9.455 jiwa dengan 2264 kepala
keluarga. Desa Sembalun Lawang yang memiliki luas 116,72 km2 dihuni oleh 9455
jiwa dari 6 dusun yang ada, sehingga dapat diketahui kepadatan penduduknya
lebih kurang 80,8 jiwa perkilo meter.
Masyarakat Desa
Sembalun Lawang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Bidang pertanian yang digeluti penduduk setempat adalah pertanian ladang dan
sebagian kecil juga persawahan. Masyarakat petani di daerah ini dalam mengolah
lahan pertaniannya sedikit berbeda dengan di daerah lain, di mana
pelaksanaannya baik di sawah maupun di ladang juga terlihat melibatkan kaum
ibu-ibu, dan bukan hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja. Pola tanam yang
dilakukannya adalah padi, bawang putih, dan sayur-sayuran. Untuk lahan sawah
dan lahan kering atau tegalan pada umumnya ditanami sayur-sayuran dan
buah-buahan atau perladangan.
B. KAJIAN CERITA
RAKYAT MASYARAKAT
DESA SEMBALUN
LAWANG
Beberapa Sinopsis
Cerita Rakyat
Sebelum lanjut
melangkah pada pokok pembahasan, ada baiknya penulis paparkan beberapa sinopsis
cerita rakyak yang ada di Desa Sembalun atau yang ada di Nusa Tenggara Barat,
karena Desa Sembalun merupakan bagian dari wilayah NTB. Meskipun lain wilayah
(desa atau kota) namun masih dalam satu wilayah propinsi, penulis yakin
kemiripan bahkan kesamaan alur cerita yang dipakai sampel sinopsis relatif
sama. Sebuah cerita rakyat yang ada di satu wilayah akan ada beberapa kemiripan
dengan wilayah lain asal masih dalam satu wilayah Indonesia. Hal ini merupakan
suatu kelaziman dalam kehidupan budaya di mana kebudayaan merupakan suatu hal
yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Cerita rakyat yang dimiliki oleh
masyarakat Desa Sembalun merupakan bagian kebudayaan kolektif masyarakat Suku
Sasak NTB, hanya sedikit versinya dikemas disesuaikan dengan alam lingkungan
daerah setempat oleh pengarang sehingga bagi para penikmat folklore tersebut
itu dirasakan sebagai suatu kenyataan. Ada beberapa sinopsis cerita rakyat yang
penulis ambil sebagai sampel untuk bahan kajian sebagai berikut;
1. Kisah Nama
Desa Sembalun
Dikisahkan di
sebuah tempat ada hidup 7 pasang suami istri yang kehidupa,nnya sangat
sederhana. Keadaan alamnya waktu itu masih berupa tanah rawa-rawa yang sulit
digunakan untuk sumber penghidupan. Berpuluh-puluh tahun ke-7 pasang suami
istri tersebut mendiami kawasan itu tidak pernah mengalami perkembangan, baik dari
penghidupan maupun dari jumlah penduduk. Dalam keadaan mandeg seperti itu
kemudian ada dua orang pendatang membawa perubahan besar. Kedua orang tersebut
bernama Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya.
Dikisahkan kedua
Raden ini langsung memanggil ketujuh pasutri ini dan memberikan beberapa
pertanyaan, “hai manusia, maukah kalian menjadi manusia yang beradab, dengan
berpakaian yang selayaknya? Maukah kalian menyembah Allah sebagai penciptamu?
dan seterusnya. Merasakan keadaannya melarat seperti itu akhirnya ketujuh
pasutri serempak menyetujuinya. Selanjutnya kedua Raden tersebut memberikan 4
(empat) macam pelajaran sebagai pegangan hidup; 1) Kuberikan kalian adat dan
Agama Islam sebagai pegangan hidupmu, 2) Kuberikan kalian Kitab Al-Qur’ an sebagai
pedoman adat agamamu, 3) Kuberikan kalian padi (seikat padi merah) sebagai
makananmu untuk beribadah, 4) Kuberikan kalian alat untuk bertani dan senjata
membela adat serta agamamu. Kemudian kedua raden ini menyiapkan tanah
persawahan sebagai tempat untuk menanam padi bagi ketujuh pasutri ini.
Dikisahkan dalam membuat sawah para raden ini mengucapkan Bismilah sambil
memutar-mutar tongkatnya dengan ucapan “sawah enjang-enjang” (hiyang-hiyang)
yang artinya Allah-lah segala sesuatu bisa terwujud atau sukses dan dengan
Allah-lah sesuatu bisa hidup dan berkembang. Mulai saat itu ketujuh pasutri
diberi nama panggilan Nek Islamin, Nek Kerta Negara, Nek Bagia, Nek Rasani.
Setelah keempat pelajaran yang dilengkapi dengan tanah yang luas selesai maka
kedua raden tersebut berkata, “ Mulai saat ini tanah bumi atau tanah tempat
kalian hidup kuberi nama Sembahulun atau tanah Sembahulun. Kalian ingat dan
waspada, bahwa waktu-waktu mendatang akan menghadapi peperangan, namun jangan
khawatir kalian pasti mendapat pertolongan.
2. Bening dan
Gagak
Dikisahkan ada
seorang anak bernama “Bening” tinggal dengan ayah dan ibu tirinya. Ibu tirinya
sangat kejam terhadap Bening bila ayahnya tidak ada di rumah. Apa bila ayahnya
di rumah, ibu tiri Bening menunjukkan kasih sayang berlebihan terhadap Bening,
sehingga ayahnya percaya bahwa ibu tiri Bening sangat sayang kepada Bening
meskipun sang ayah tidak ada di rumah. Akhirnya suatu ketika Si Bening dapat
curi dengar pembicaraan ayah dan ibunya yang dalam pembicaraan mengungkap
rencana ayahnya akan pergi jauh mencari nafkah sampai berminggu-minggu bahkan
bulanan. Mengetahui hal tersebut, Bening ketakutan akan siksaan ibu tirinya
bila ayahnya pergi, apalagi berlama-lama. Pada saat itu pula, malam hari Bening
memutuskan untuk kabur.
Singkat cerita,
karena perginya malam hari tak terasa Bening tiba di sebuah tempat dan ternyata
tempat itu adalah hutan rimba yang penuh dengan binatang buas siap menerkam
siapa saja. Mengetahui situasi semacam ini, Bening pasrah dan hanya bisa berdoa
dengan tulus dan kusuk. Tenyata doa Bening dikabulkan oleh Tuhan sehingga
binatang-binatang yang siap menerkam seperti harimau ikut bersedih dan
meninggalkan tempat di mana Bening berada. Demikian juga binatang-binatang
lain, hanya seekor burung gagak yang masih tinggal di sana karena kasihan
melihat kesedihan Si Bening. Dalam kisahnya, si gagak selalu membantu Bening
dengan mencarikan berbagai macam buah untuk Bening. Begitu seterusnya hingga
pada akhirnya Bening menjadi bingung, bertanya-tanya dalam hati, siapa sebenarnya
si gagak ini? dari mana juga gagak mendapatkan bahan makanan untuk dirinya,
karena kebingungan maka Bening memutuskan pasrah diri dan berdo’a minta bantuan
petunjuk kepada Tuhan.
Ketika itu Bening
bersimpuh mohon petunjuk Tuhan “Ya Allah, perlihatkanlah kebesaran-Mu!, saya
tidak yakin kalau gagak sahabatku adalah seekor burung. Tunjukkanlah
kebesaran-Mu Ya Allah……! Ucapan itulah yang terucap tak henti-henti sambil
menengadahkan kedua tangannya. Setelah Bening mengakhiri do’anya, di samping
kanannya duduk seorang laki-laki tampan dalam posisi berdo’a penuh kekhusukan,
dengan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah mengampuni
dosa-dosanya dan mengembalikan wujudnya semula dari kutukan menjadi seekor
gagak karena seringnya menyakiti hati orang tuanya. Demikian juga mengucapkan
terima kasih kepada Bening berkat do’anya dia bisa kembali berubah wujud
menjadi manusia kembali. Akhirnya Bening diajak pulang ke rumah pemuda tampan
tersebut yang tenyata adalah seorang putra raja dari Kerajaan Antah-Barantah,
dan mereka pun menikah serta diangkat menjadi raja dan permaisuari hidup
bahagia. Bapak dan ibu tiri Bening pada saat itu dikisahkan sudah tua dan
sangat menderita, tetapi setelah diketahui demikian kedua orang tuanya ditarik
ke istana dan hidup bahagia bersama.
3. Makna Cerita
Rakyat bagi Masyarakat
Cerita rakyat
merupakan tradisi lisan budaya masyarakat yang penyebarannya dilakukan secara
lisan turun-temurun. Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk dari folklor
memiliki cirri-ciri khusus yang harus dicermati oleh masyarakat. Ciri-ciri
dimaksud antara lain; 1) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara
lisan, 2) Folklor bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relatif tetap
atau standar, 3) Folklor ada (exst) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang
berbeda, karena penyebarannya dari mulut ke mulut, 4) Folklor bersifat anonim,
5) Folklor biasanya mempunyai bentuk perumus atau berpola, 6) Folklor mempunyai
kegunaan dalam kehidupan kolektif, 7) Folklor bersifat prologis, yaitu mempunyai
logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, 8) Folklor menjadi milik
bersama dari kolektif tertentu, 9) Folklor bersifat polos dan lugu,
(Danandjaya, 2002 : 4). Cerita yang termasuk bagian dari folklor memiliki
cirri-ciri seperti ciri folklor pada umumnya, misalnya cerita rakyat mempunyai
kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif suku bangsa, yaitu sebagai alat
pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.Di
samping mempunyai kegunaan, cerita rakyat juga mengandung makna atau arti yang
mendalam bagi penganut kebudayaan dalam suatu kolektif suku bangsa, (Marjanto,
2005 : 10). Seiring dengan kajian ini, berikut akan diuraikan makna yang
terkandung dalam cerita rakyat bagi masyarakat Desa Sembalun sebagai salah satu
komunitas yang hidup bersama dalam satu wilayah.
a. Cerita Rakyat
sebagai Dasar Asal-usul Nama Desa
Sebelum membahas
tentang kajian cerita rakyat lebih jauh, ada baiknya diuraikan dahulu
unsur-unsur yang ada dalam sebuah cerita rakyat, sehingga kita tahu bagaimana
dan ke mana arah isi cerita bersangkutan. Adapun unsur-unsur yang dimaksud
antara lain; insiden, latar, tokoh, dan amanat. Insiden dalam sebuah karya
sastra adalah peristiwa yang terjadi dalam cipta sastra yang berupa cerita.
Latar adalah tempat, waktu, dan suasana peristiwa itu terjadi. Tokoh cerita
adalah pelaku yang memainkan cerita tersebut. Amanat dalam cerita merupakan
kesan dan pesan yang disampaikan berdasarkan atas pengetahuan pengarang yang
ingin disampaikan kepada orang lain melalui perantara cerita yang dikarangnya
itu.
Dalam sub bahasan
pertama akan mengacu pada sinopsis kisah nama Desa Sembalun, yang dikisahkan
tentang keberadaan sekelompok masyarakat primitif, yang digambarkan
keberadaannya sangat terkebelakang di segala bidang. Kisah ini berlaku secara
kolektif di kalangan masyarakat di Desa Sembalun. Dipandang dari alur ceritanya
sangat menarik dan masyarakat setempat yakin dan percaya sampai sekarang bahwa
latar belakang nama Sembalun berawal dari cerita tersebut. Masyarakat juga
beranggapan bahwa apa yang diceritakan dalam kisah tersebut merupakan sejarah
awal berdirinya nama Desa Sembalun, namun bagi kaum sejarawan sepertinya belum
tepat bila itu dianggap sejarah karena kurangnya bukti-bukti tertulis sebagai
penguat sejarah, seperti diceritakan kedatangan Raden Haria Pati dan Raden
Haria Mangun Jaya kurang jelas bahkan tidak ada tahun kedatangannya, dan dari
mana berasal kedua raden tersebut. Peristiwa yang terjadi memang kelihatan
saling kait-mengait secara logis sehingga membangun alur atau plot cerita.
Kejadian-kejadian yang erat tak dapat dipisahkan membuat alur cerita sangat
bagus dan diyakini oleh masyarakat sampai sekarang.
Bila dikaji lebih
mendalam, semua unsur yang ada menjadi satu keterikatan antara insiden, latar,
tokoh, dan amanat sehingga isi cerita sangat menarik dan seolah-olah cerita
tersebut merupakan sejarah desa yang patut diyakini dan dipercaya oleh
masyarakatnya. Dalam alur ceritanya terselip peristiwa yang menunjukkan kedua
raden pendatang tersebut memberikan pelajaran berupa empat petunjuk yang salah
satunya dinyatakan “wahai engkau manusia, ini kuberikan kalian Kitab Al-Qur’an
sebagai pedoman adat agamamu”. Mengingat di Desa Sembalun mayoritas muslim,
dalam kisah ini ada indikasi cara-cara penyebaran ajaran Agama Islam oleh Raden
Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya, namun sayang asal muasal Beliau tidak
diketahui dan tidak diceritakan selanjutnya. Demikian juga setelah Beliau
memberikan empat petunjuk pelajaran dan sebidang luas tanah sawah untuk garapan
ketujuh pasutri di atas, juga meninggalkan pesan bahwa dalam waktu-waktu
mendatang akan ada peperangan yang menurut akal sehat sebagai orang awam hal
itu tidak mungkin diketahui. Peristiwa inilah yang membuat bahwa kisah ini
merupakan karangan para pujangga atau pemuka masyarakat terdahulu yang
diwariskan kepada generasi sampai sekarang.
b. Cerita Rakyat
sebagai Dasar Upacara
Seperti pesan
yang diamatkan oleh Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya pada kisah di
atas, bahwa dalam beberapa tahun mendatang Desa Sembalun akan mengalami
peperangan-peperangan sebagai sebuah godaan. Pernyataan kedua raden tersebut
dalam kisahnya menjadi kenyataan, berselang beberapa tahun setelah mengalami
pertambahan penduduk menghadapi tiga peperangan berturut-turut sebagai berikut:
Perang Ketupat
menghadapi Iblis. Pada masa ini masyarakat Sembalun berperang mati-matian
melawan iblis yang kuat dan sukar dihancurkan. Dikisahkan bahwa tentara iblis
ini tidak bisa dilawan dengan senjata tajam berupa parang ataupun pedang,
karena setiap satu iblis ditebas menjadi dua atau tiga potong, jumlahnya
semakin banyak, karena potongan tebasan tadi berubah menjadi iblis yang baru,
hidup dan menyerang lebih ganas lagi. Keadaan ini mengakibatkan jumlah penduduk
semakin berkurang dan jumlah iblis semakin bertambah, hingga suatu ketika
muncul bantuan dari tiga orang pendatang seperti yang pernah dijanjikan oleh
Raden Hari Pati dan Haria Mangun Jaya. Ketiga pendatang tersebut bernama Raden
Ketip Muda, Raden Sayid Hamzah, dan Raden Patih Jorong. Ketiga raden ini dengan
mudah mengalahkan tentara iblis yang garang tersebut dengan senjata yang tidak
masuk akal yakni berupa “ketupat”. Ketiga penolong tersebut melawan tertara
iblis dengan cara melempar ketupat tersebut tiga kali ke arah para iblis,
lemparan pertama pada tanggal 5 dengan mengucapkan tanggal 5, lemparan kedua
pada tanggal 15 dengan mengucapkan tanggal 15, dan lemparan ketiga pada tanggal
25 dengan mengucapkan tanggal 25. Pada lemparan ketiga dilakukan, tentara iblis
hilang lenyap ketika itu juga tanpa bekas. Setelah selesai peperangan, ketiga
raden penolong tadi berpesan kepada masyarakat Sembalun yang masih tersisa: 1)
Kamu harus mengambil air setiap kali panen padi sebagai tanda kemenangan
melawan iblis. 2) Setiap tiga tahun sekali kamu harus memotong kerbau sebagai
rasa syukurmu atau kemenangan menghadapi peperangan. Kedua pesan tersebut oleh
masyarakat Sembalun dilaksanakan sebagai “Upacara Nagyu Ayu” sebuah nama
upacara tradisional yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali oleh
masyarakat Sembalun sampai sekarang.
Perang Panah
Racun. Setelah iblis dikalahkan oleh penduduk atas bantuan tiga raden terkisah
di atas, kali ini para iblis balas dendam menyerang lagi dengan menggunakan
panah beracun. Bentuk serangan ini dilakukan dari jarak jauh, karena jarak
dekat para iblis tidak berani lagi menginjakkan kakinya di bumi Sembalun.
Sasaran para iblis adalah tanaman pertanian penduduk tanah Sembalun. Dalam
serangan ini, penduduk tidak bisa berbuat banyak karena dalam peperangan ini
pihak musuh tidak menampakkan dirinya, tetapi yang tampak hanyalah racun atau
hama yang menyerang tanaman petani. Petani mulai putus asa karena segala jenis
tanaman pertanian mereka tiada hasil dan selalu gagal. Adanya situasi yang
kurang menguntungkan penduduk petani, ketika itulah datang seorang penolong
yakni Raden Patra Guru yang dianggap masih dari kelompok orang-orang
sebelumnya. Raden Patra Guru memberi petunjuk kepada penduduk tanah Sembalun
cara mengalahkan serangan tersebut yakni dengan memberikan obat penawar berupa
air yang diperoleh dari mata air Timba Bau yang konon airnya harum seperti
harum mewangi. Perang panah beracun dapat diatasi oleh penduduk Sembalun dan
secara berangsur-angsur tanaman di sawah mulai membaik seperti sedia kala dan untuk
memperingati kemenangan itu dilakukan “Upacara Biji Tawar”.
Perang Bala.
Dalam serangan perang ini penduduk tanah Sembalun menghadapi serangan wabah
penyakit yang diderita oleh semua penduduk dan seluruh masyarakat tidak bisa
beraktivitas seperti layaknya seorang petani. Perang ini merupakan perang
terbesar yang dihadapi oleh penduduk karena tidak bisa saling tolong menolong
satu sama lain. Dalam keadaan masyarakat kebingungan, tak disangka datang
keenam raden penolong di atas langsung memberikan petunjuk caranya menghadapi
perang wabah penyakit dengan senjata ampuh yang disebut senjata “tolak Balak”
yaitu berupa Asma Allah “Lailahaillallah” Akhirnya perang melawan balak dengan
kemenangan di pihak penduduk tanah Sembalun maka berakhirlah peperangan yang menjadi
rintangan perkembangan penduduk Semabalun. Menurut asumsi penulis, awal dari
“Upacara Tolak Bala” adalah peristiwa ini yang berlaku sampai sekarang.
Alur cerita di
atas merupakan rangkaian kisah sebelumnya yaitu kelanjutan dari kisah sinopsis
nama Desa Sembalun di atas. Alur ceritanya berlanjut dari mulai munculnya nama
Desa Sembalun sampai keadaan desa mulai normal dan stabil. Bagi masyarakat Desa
Sembalun kisah di atas diyakini sebagai sejarah desa mereka sampai sekarang
tanpa terikat dengan penulisan kesejarahan yang ada. Kisah tentang asal-usul
Desa Sembalun terurai di atas tidak ditemukannya pengarang yang pasti/jelas,
demikian juga bila ditinjau dari sudut kesejarahan sepertinya tidak kuat,
karena peristiwa dan penokohan kisah di atas kebanyakan bersifat imajinatif,
seperti para raden penolong penduduk masyarakat Sembalun asal-muasalnya tidak
pasti, peristiwa yang terjadi tidak ada tangal dan tahun yang jelas, yang ada
keterkaitan hanyalah latar atau setting peristiwa yang dikemas dengan amanat berdasarkan
pengetahuan pengarang sehingga asumsi penulis lebih cenderung pada cerita
fiksi. Bila masyarakat memiliki keyakinan bahwa cerita di atas merupakan latar
belakang sejarah desa mereka, hal itu juga tidak salah dan sah-sah saja, mereka
meyakini karena tempat-tempat peristiwa yang dipakai sebagai latar dalam cerita
di atas merupakan kenyataan yang ada sekarang. Hal itu sebenarnya tidak penting
untuk dibahas, yang jelas adanya upacara-upara tradisonal masyarakat Sembalun
yang dilaksanakan sekarang dilatarbelakangi oleh rangkaian alur cerita terurai
di atas.
c. Cerita Rakyat
sebagai Dasar Membangun Pekerti Masyarakat.
Membangun
karakter pekerti masyarakat penerapannya di lapangan tidak semudah
mengucapkannya. Setidaknya hal ini perlu pemahaman tentang keberadaan
kebudayaan lokal yang dimiliki. Untuk dapat memahami tentunya dengan dasar
pendidikan, sehingga terjadi keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan,
masyarakat, dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat bersangkutan. Cerita
rakyat merupakan bagian dari kebudayaan harus dipelajari untuk dapat dipahami
maknanya. H.A.R Tilaar menyebutkan; ada tiga unsur penting dalam kebudayaan
yang patut dipahami, yakni kebudayaan sebagai suatu tata kehidupan (order),
kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan mempunyai suatu visi tertentu
(goals). Aplikasinya di lapangan tentu melalui pendidikan, karena pendidikan
merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik di dalam
masyarakat. Di samping itu, pendidikan juga kata benda yang berarti mempunyai
suatu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu
proses penaburan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang hidup dan
dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam
suatu masyarakat. Inilah pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan, (Tilaar,
1999 : 9).
Desa Sembalun : Pintu Timur Pendakian Ke
Gunung Rinjani Lombok Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah
12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga
bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan
untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5
ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.
Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama
islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih
menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh
ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk
hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa
peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan
lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum
dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat
orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi
menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai
sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu. Kebiasaan lain penduduk
adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi
adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan
lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik
masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi
didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor. Sebagai daerah
yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani,
maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut
juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang
datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian
tradisional yang disebut Gendang Belik. Selain itu hasik tenunan desa Sembalun
lawang juga kita peroleh disini. Ketegaran Gunung Berapi Rinjani di Pulau
Lombok berketinggian 3.750 meter dari permukaan laut, selain terkenal akan
keindahan dan mempesonanya keindahan Danau Segara Anak yang konon bila berendam
atau mandi di lokasi ini dapat menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit.
Meski keangkeran Gunung Rinjani di daratan Pulau Lombok banyak dipercaya orang,
namun dibalik itu semua ternyata menyimpan pesona alam yang tiada taranya.
Karenanya tak mengherankan bila Gunung Rinjani, gunung kebanggaan masyarakat
Bumi Gora Pulau Lombok ini justru setiap tahunnya banyak didaki oleh ribuan
wisatawan yang berasal dari berbagai negara maupun wisatawan lokal sendiri.
Keindahan Gunung Rinjani dengan daya tarik tambahan Danau Segara anak secara
spontanitas memberikan nilai lebih bagi daerah-daerah atau desa-desa yang
berada di lereng Gunung Rinjani, disamping potensi wisata yang dimiliki
desa-desa ini, kecuali itu pula desa-desa tersebut secara otomatis dikembangkan
menjadi desa-desa wisata yang cukup disenangi para wisatawan. Desa-desa yang
sudah lama dikembangkan dan akan tetap menjadi perhatian Pemda Lombok Timur,
Lombok barat maupun Pemda Tingkat I Nusa Tenggara Barat di antaranya Desa
Sembalun Lawang, Sembalun Bumbung, Desa Sajang dan Desa Senaru. Desa-Desa ini
telah dikembangkan menjadi Desa wisata, desa budaya dan desa agrowisata.
Sejumlah desa yang tersebut di atas memiliki sumber daya alam wisata yang cukup
memikat para wisatawan. Selain itu daya tariknya yang khas dan bentangan alam
yang indah menghijau, persawahan yang terhampar luas dan tanah pertanian dengan
berbagai jenis tanaman produktif. Dalam buku arkeolog yang diterbitkan Bidang
Museum dan Sejarah, Kanwil Depdiknas Propinsi Nusa Tenggara Barat mencatat,
bahwa Desa Sembalun Lawang merupakan desa tua yang menyimpan berbagai jenis
peninggalan kuno serta masih mempertahankan rumah tradisional alami yang
sebagian besar merupakan warisan nenek moyangnya. Sejak momentum itu dirayakan,
nama Sembalun seketika menyembur ke luar dan terkenal dibanding dengan desa-desa
lainnya. Sejumlah investor juga tidak menyia-nyiakan komdoti andalan Sembalun
ini dengan membangun pabrik pengolahan bawang putih untuk obat dan kosmetika
disertai dengan pembangunan penginapan yang cukup luas untuk para tamu
mancanegara maupun lokal yang beristirahat sejenak sebelum melakukan pendakian
ke Gunung Rinjani. Namun sayangnya, kegemasan orang untuk tidak melupakan
Sembalun, meski daya tariknya yang khas di bidang wisata agribisnis maupun
alam, secara perlahan-lahan mulai memudar, tatkala musim bawang sudah tidak
bisa menunjukkan daya tahannya. Banyak orang yang enggan menyinggahi Sembalun,
apalagi berharap banyak dari kunjungan para pejabat. Mantan Kepala Desa
Sembalun H Lalu Mustiadi, NH yang kerap dipanggil Uak Mus dan memimpin Sembalun
dalam kurun waktu yang cukup lama mengatakan, masyarakatnya memang terkenal
masih lugu dengan potensi alam serta peninggalan sejarah yang dimiliki sangat
menunjang untuk tetap dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata NTB di masa
depan. Peninggalan sejarah dan budaya Sembalun, berupa keris, tombak, Al-Quran
yang bertuliskan tangan pada daun lontar, juga terdapat Jatiswara yang berisi
hikayat 1001 macam doa. Peninggalan sejarah macam ini masih dikumpulkan di satu
tempat yakni di “Rumah Tujuh” yang sudah direnovasi keberadaannya sebagai obyek
wisata sejarah Oktober tahun 1998 lalu. Dalam catatan program pembangunan Desa
Sembalun, Pemerintah Desa Sembalun telah membangun sebuah rumah besar (rumah
adat), tepatnya berlokasi di Desa Sembalun Jarak menuju desa tradisional ini
dari Mataram, ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat hanya 90 kilometer. Dapat
dijangkau melalui Kecamatan Bayan (Kabupaten Lombok Barat), atau Kecamatan
Aikmel, Kabupaten Lombok Timur dan menuju Desa ini dari Aikmel sekitar
27 kilometer.
Ada dua Sembalun, Desa Sembalun Lawang
dan Desa Sembalun Bumbung yang berjarak 2 km. Kedua desa tersebut identik
dengan desa adat dan gunung rinjani yang menyimpan sejarah dan profil suku
sasak. Kalau dari ketinggian kita melihat sepertinya kedua desa ini berada dalam
sebuah danau yang sudah mongering dan berubah menjadi lahan yang subur pada
ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut. Nampak di kelilingi oleh 4 gunung
yaitu Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.775 m diatas permukaan laut, gunung
Selat Dara, sebelah Anak Dara, dan Gunung telaga..
Sembalun sebagai kawasan wisata sudah cukup terkenal didalam dan diluar negeri, karena dari desa ini para pendaki berangkat ke puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak yang memakan waktu 8 jam, disamping menikmati pemandangan alam pegunungan
, di desa Sembalun Lawang terdapat desa beleq yaitu bangunan artifak perumahan tradisional masyarakat Sembalun, makam majapahit atau petilasan Gajah Mada, benda-benda purbakala dan tari Tandang Mendet yang merupakan suatu tarian sakral menurut masyarakat setempat .
Untuk menuju obyek ini bisa menempuh jalur Mataram – Masbagik – Pelabuhan Lombok – Sambelia – Sembalun dengan jarak +/- 139 km. Sembalun yang berjarak +/- 12 km. Sedangkan akomodasi sudah tersedia dengan standar Hotel Melati seperti Wisma Cemara Siu dan P e s a n g g e r a h a n Sembalun Bumbung.
Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.
Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu.
Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor.
Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belek. Selain itu hasil tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini.
informasi tentang tenun sembalun lebih lengkap dapat diperoleh dari situs www.tenun.net yang khusus membahas tentang tenun tradisional lombok. untuk meningkatkan minat dan perkembangan tenun tradisional masyarakat sembalun pengrajin tenun juga memukan kursus tenun untuk para wisatawan lokal ataupun dari mancanegara. adapun tarif dan biaya kursus tenun tergantung dari paket yang diambil. jika berminat untuk mengikuti kursus tenun dapat menghubungi pak armasih di nomer 087863404300 atau mengirim email ke nizarjoe@gmail.com, secepatnya kami akan membeerikan informasi yang Anda butuhkan.
Sembalun sebagai kawasan wisata sudah cukup terkenal didalam dan diluar negeri, karena dari desa ini para pendaki berangkat ke puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak yang memakan waktu 8 jam, disamping menikmati pemandangan alam pegunungan
, di desa Sembalun Lawang terdapat desa beleq yaitu bangunan artifak perumahan tradisional masyarakat Sembalun, makam majapahit atau petilasan Gajah Mada, benda-benda purbakala dan tari Tandang Mendet yang merupakan suatu tarian sakral menurut masyarakat setempat .
Untuk menuju obyek ini bisa menempuh jalur Mataram – Masbagik – Pelabuhan Lombok – Sambelia – Sembalun dengan jarak +/- 139 km. Sembalun yang berjarak +/- 12 km. Sedangkan akomodasi sudah tersedia dengan standar Hotel Melati seperti Wisma Cemara Siu dan P e s a n g g e r a h a n Sembalun Bumbung.
Luas Desa sembalun Lawang secara keseluruhan adalah 12.852 km persegi. Dengan luas daerah yang seperti ini pemanfaatannya juga bermacam-macam, contohnya adalah untuk Sawah dengan luas 524 ha yang digunakan untuk bertani oleh penduduk desa, kebun 978 ha, pemukiman 74,59 ha, kuburan 5 ha, dan selebihnya masih berupa hutan yang tidak digunakan oleh penduduk.
Secara keseluruhan, penduduk desa Sembalun Lawang merupakan penganut agama islam. Tetapi dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, penduduk masih menggunakan kebiasaan yang dipakai sejak dulu, contohnya adalah tidak boleh ngapel kerumah tetangga atau siapapun diatas jam 11.00 malam, dan untuk hukumannya juga masih merupakan hukuman kekeluargaan. Hukumannya dapat berupa peringatan secara lisan bila pertama kali berbuat, apabila melakukan kesalahan lagi dihukum dengan sanksi gotong royong, dan bila masih berbuat lagi dihukum dengan cara direndam dikolam. Sebenarnya apabila melakukan kesalahan yang berat orang yang membuat kesalahan tersebut dapat diusir dari desa, akan tetapi menurut kepala desa hukuman tersebut masih dalam tahap perencanaan, dan sampai sekarang belum ada yang mendapat hukuman seperti itu.
Kebiasaan lain penduduk adalah menganggap sapi sebagai hewan yang istimewa, mereka menganggap sapi adalah bank hidup bagi mereka, karena dengan memiliki sapi, rezeki mereka akan lancar. Selain itu mereka juga memiliki kebiasaan menandai sapi milik masing-masing dengan membuat sayatan di kuping sapi mereka. Adapun jumlah sapi didesa Sembalun Lawang secara keseluruhan berjumlah 2800 ekor.
Sebagai daerah yang berhawa sejuk, dan panorama alam yang indah dibawah kaki gunung Rinjani, maka daerah ini sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Hal tersebut juga didukung oleh sikap masyarakatnya yang ramah terhadap wisatawan yang datang. Didesa Sembalun Lawang kita bisa melihat rumah adat, dan kesenian tradisional yang disebut Gendang Belek. Selain itu hasil tenunan desa Sembalun lawang juga kita peroleh disini.
informasi tentang tenun sembalun lebih lengkap dapat diperoleh dari situs www.tenun.net yang khusus membahas tentang tenun tradisional lombok. untuk meningkatkan minat dan perkembangan tenun tradisional masyarakat sembalun pengrajin tenun juga memukan kursus tenun untuk para wisatawan lokal ataupun dari mancanegara. adapun tarif dan biaya kursus tenun tergantung dari paket yang diambil. jika berminat untuk mengikuti kursus tenun dapat menghubungi pak armasih di nomer 087863404300 atau mengirim email ke nizarjoe@gmail.com, secepatnya kami akan membeerikan informasi yang Anda butuhkan.
Abstrak
Kebudayaan
merupakan esensi kehidupan masyarakat. Mengenal kebudayaan sendiri berarti
mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Kebudayaan
menunjukkan jati diri seseorang. Perilaku seseorang sebagai individu akan
menunjukkan kebudayaan komunitas masyarakat tertentu. Hal ini berkaitan dengan
wujud kebudayaan dari suatu masyarakat yang terdiri dari pengetahuan budaya
untuk memahami lingkungannya. Cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan
merupakan pengetahuan budaya yang penyebarannya dilakukan secara lisan turun
temurun. Cerita rakyat menyiratkan pengetahuan budaya dalam bentuk makna-makna
berupa norma-norma kehidupan yakni sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes
sosial dan sebagainya. Selain itu, bila dicermati lebih mendalam, cerita rakyat
juga menyimpan nilai-nilai berupa kejujuran, rendah hati, kesetiaan,
kepahlawanan, hukum karma, yang tentunya dapat dipakai landasan prilaku
masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Kata kunci:
Cerita rakyat, Norma Prilaku, Kolektivitas/masyarakat.
A. PENDAHULUAN
Cerita rakyat
adalah karya sastra, salah satu pengetahuan sosial masyarakat di bidang seni
yang dimiliki dan dikembangkan oleh suatu komunitas tertentu, merupakan hasil
interaksi internal maupun ekternal di kalangan komunitas tersebut. Ciri-cirinya
lebih ditekankan pada konsep lokalitas atau tempatan yang diikat oleh
lingkungan tertentu. Cerita rakyat merupakan salah satu budaya lokal. Di
dalamnya berisi seperangkat nilai etika, estetika, yang menjadi pedoman
perilaku manusia dalam mewujudkan cara-cara hidup. Sebagai warisan budaya, maka
masyarakat mempelajarinya dan mematuhi norma-norma serta menjunjung tinggi
nilai-nilai yang ada. Dalam pengembangannya, cerita rakyat merupakan bagian
dari sistem kesenian ini di dukung oleh unsur-unsur kebudayaan lain (7 unsur
kebudayaan) sehingga antara unsur budaya yang satu dengan yang lain saling
memiliki keterkaitan. Dikatakan demikian karena sistem kesenian merupakan satu
kesatuan yang utuh dan saling berkaitan dengan unsur budaya lainnya sehingga
dapat dimanfaatkan oleh pendukung kebudayaan tersebut dalam kehidupannya
sehari-hari. Keterkaitan ini juga tampak dalam kebudayaan sistem religi atau
keagamaan, misal saja seni tari (di Bali) ada yang disakralkan seperti Tari
Sangyang, Baris Gede, dan sebagainya yang kaitannya dengan upacara keagamaan di
Bali. Seni tenun “ulos” pada orang Batak erat hubungannya dengan berbagai
upacara adat, seperti upacara perkawinan atau kematian, dan seterusnya.
Kesenian dalam konteks cerita rakyat dapat dipandang sebagai norma atau aturan tak
tertulis untuk mengarahkan seseorang bertata krama dalam kehidupan sehari-hari.
Aturan-aturan tersebut dapat berlaku dalam lingkungan keluarga, masyarakat
maupun lingkungan formal yang kesemuanya itu merupakan kebudayaan ideal.
Nilai, norma,
ataupun aturan-aturan dalam bentuk tata krama juga terdiri dari suatu rangkaian
adanya interaksi antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu, dan juga di
antara anak-anak (dalam keluarga itu sendiri). Bertumpu pada interaksi ini,
para orang tua seyogyanya dapat menitipkan pesan moral kepada anak melalui
media cerita rakyat tanpa merasa dipaksakan sebelum mereka tidur.
Karya sastra
berupa cerita rakyat merupakan kreativitas para pujangga zaman dulu yang secara
substansi selalu mengacu pada ajaran-ajaran dharma sehingga dapat dipakai
sebagai landasan bertingkah laku oleh generasi pewarisnya. Cerita rakyat secara
umum selalu menyimpan nilai-nilai kearifan yang terselubung dan perlu
penyikapan bagi para pembaca karya sastra sehingga makna yang ada di dalamnya
dapat dicerna atau ditangkap mendekati kebenarannya. Biasanya nilai yang
tertuang tersebut berupa norma-norma kehidupan dalam bentuk etika sopan santun
yang perlu dipedomani sebagai wahana kehidupan di masyarakat. Atas dasar konsep
pemikiran terurai di atas, maka upaya pelestarian warisan budaya tersebut tidak
dapat lepas dari penggalian sumber-sumber kebudayaan daerah yang tersebar di
seluruh pelosok tanah air. Kebudayaan daerah merupakan sumber potensial bagi
terwujudnya kebudayaan nasional yang memberikan corak karakteristik kepribadian
bangsa.
Bila ditinjau
dari sifat-sifat budaya, kebudayaan tersebut memiliki sifat universal, artinya
terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya yang antara lain;
budaya itu milik bersama, budaya berkaitan dengan situasi masyarakatnya, dan
budaya berfungsi untuk membantu manusia, (Mulyadi, 1999). Sejalan dengan hal
ini, bahwa budaya berfungsi sebagai pedoman hidup untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia, (Suparlan, dalam Mulyadi, 1999). Dengan
demikian keberadaan cerita rakyat sebagai warisan budaya sangat perlu
dilestarikan sebagai dasar tuntunan prilaku masyarakat.
Fenomena ini
sangat dilematis, di satu sisi sebagai masyarakat tradisional (generasi tua)
ingin mempertahankan dan melestarikan karya sastra berupa cerita rakyat sebagai
warisan budaya para leluhurnya, sedangkan di sisi lain sebagai suatu amcaman
karena pengaruh globalisasi ada indikasi keberadaan budaya ini semakin punah.
Peneliti
membatasi pembahasan kajian cerita ini, yakni pada kajian nilai dan kelayakan
keberadaan cerita rakyat yang ada, dalam rangka pelestarian nilai budaya
sebagai warisan para leluhur di wilayah Sembalun Nusa Tenggara Barat ini.
Selain itu, peneliti berupaya mencari cerita rakyat yang dianggap paling
populer di lingkungan masyarakat Sembalun. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
dalam kajian. Selanjutnya, dan memilah cerita rakyat yang masih dianggap layak
dilestarikan dalam kehidupan masyarakat di zaman global ini. Lingkup wilayah
penelitian hanyalah terbatas pada Desa Sembalun serta cerita-cerita rakyat yang
masih dipertahankan sebagai acuan tingkah laku dari masyarakatnya.
Desa Sembalun
Lawan, luas wilayah Desa Sembalun Lawang adalah 9.455 jiwa dengan 2264 kepala
keluarga. Desa Sembalun Lawang yang memiliki luas 116,72 km2 dihuni oleh 9455
jiwa dari 6 dusun yang ada, sehingga dapat diketahui kepadatan penduduknya
lebih kurang 80,8 jiwa perkilo meter.
Masyarakat Desa
Sembalun Lawang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Bidang pertanian yang digeluti penduduk setempat adalah pertanian ladang dan
sebagian kecil juga persawahan. Masyarakat petani di daerah ini dalam mengolah
lahan pertaniannya sedikit berbeda dengan di daerah lain, di mana
pelaksanaannya baik di sawah maupun di ladang juga terlihat melibatkan kaum
ibu-ibu, dan bukan hanya didominasi oleh kaum laki-laki saja. Pola tanam yang
dilakukannya adalah padi, bawang putih, dan sayur-sayuran. Untuk lahan sawah
dan lahan kering atau tegalan pada umumnya ditanami sayur-sayuran dan
buah-buahan atau perladangan.
B. KAJIAN CERITA
RAKYAT MASYARAKAT
DESA SEMBALUN
LAWANG
Beberapa Sinopsis
Cerita Rakyat
Sebelum lanjut
melangkah pada pokok pembahasan, ada baiknya penulis paparkan beberapa sinopsis
cerita rakyak yang ada di Desa Sembalun atau yang ada di Nusa Tenggara Barat,
karena Desa Sembalun merupakan bagian dari wilayah NTB. Meskipun lain wilayah
(desa atau kota) namun masih dalam satu wilayah propinsi, penulis yakin
kemiripan bahkan kesamaan alur cerita yang dipakai sampel sinopsis relatif
sama. Sebuah cerita rakyat yang ada di satu wilayah akan ada beberapa kemiripan
dengan wilayah lain asal masih dalam satu wilayah Indonesia. Hal ini merupakan
suatu kelaziman dalam kehidupan budaya di mana kebudayaan merupakan suatu hal
yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Cerita rakyat yang dimiliki oleh
masyarakat Desa Sembalun merupakan bagian kebudayaan kolektif masyarakat Suku
Sasak NTB, hanya sedikit versinya dikemas disesuaikan dengan alam lingkungan
daerah setempat oleh pengarang sehingga bagi para penikmat folklore tersebut
itu dirasakan sebagai suatu kenyataan. Ada beberapa sinopsis cerita rakyat yang
penulis ambil sebagai sampel untuk bahan kajian sebagai berikut;
1. Kisah Nama
Desa Sembalun
Dikisahkan di
sebuah tempat ada hidup 7 pasang suami istri yang kehidupa,nnya sangat
sederhana. Keadaan alamnya waktu itu masih berupa tanah rawa-rawa yang sulit
digunakan untuk sumber penghidupan. Berpuluh-puluh tahun ke-7 pasang suami
istri tersebut mendiami kawasan itu tidak pernah mengalami perkembangan, baik dari
penghidupan maupun dari jumlah penduduk. Dalam keadaan mandeg seperti itu
kemudian ada dua orang pendatang membawa perubahan besar. Kedua orang tersebut
bernama Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya.
Dikisahkan kedua
Raden ini langsung memanggil ketujuh pasutri ini dan memberikan beberapa
pertanyaan, “hai manusia, maukah kalian menjadi manusia yang beradab, dengan
berpakaian yang selayaknya? Maukah kalian menyembah Allah sebagai penciptamu?
dan seterusnya. Merasakan keadaannya melarat seperti itu akhirnya ketujuh
pasutri serempak menyetujuinya. Selanjutnya kedua Raden tersebut memberikan 4
(empat) macam pelajaran sebagai pegangan hidup; 1) Kuberikan kalian adat dan
Agama Islam sebagai pegangan hidupmu, 2) Kuberikan kalian Kitab Al-Qur’ an sebagai
pedoman adat agamamu, 3) Kuberikan kalian padi (seikat padi merah) sebagai
makananmu untuk beribadah, 4) Kuberikan kalian alat untuk bertani dan senjata
membela adat serta agamamu. Kemudian kedua raden ini menyiapkan tanah
persawahan sebagai tempat untuk menanam padi bagi ketujuh pasutri ini.
Dikisahkan dalam membuat sawah para raden ini mengucapkan Bismilah sambil
memutar-mutar tongkatnya dengan ucapan “sawah enjang-enjang” (hiyang-hiyang)
yang artinya Allah-lah segala sesuatu bisa terwujud atau sukses dan dengan
Allah-lah sesuatu bisa hidup dan berkembang. Mulai saat itu ketujuh pasutri
diberi nama panggilan Nek Islamin, Nek Kerta Negara, Nek Bagia, Nek Rasani.
Setelah keempat pelajaran yang dilengkapi dengan tanah yang luas selesai maka
kedua raden tersebut berkata, “ Mulai saat ini tanah bumi atau tanah tempat
kalian hidup kuberi nama Sembahulun atau tanah Sembahulun. Kalian ingat dan
waspada, bahwa waktu-waktu mendatang akan menghadapi peperangan, namun jangan
khawatir kalian pasti mendapat pertolongan.
2. Bening dan
Gagak
Dikisahkan ada
seorang anak bernama “Bening” tinggal dengan ayah dan ibu tirinya. Ibu tirinya
sangat kejam terhadap Bening bila ayahnya tidak ada di rumah. Apa bila ayahnya
di rumah, ibu tiri Bening menunjukkan kasih sayang berlebihan terhadap Bening,
sehingga ayahnya percaya bahwa ibu tiri Bening sangat sayang kepada Bening
meskipun sang ayah tidak ada di rumah. Akhirnya suatu ketika Si Bening dapat
curi dengar pembicaraan ayah dan ibunya yang dalam pembicaraan mengungkap
rencana ayahnya akan pergi jauh mencari nafkah sampai berminggu-minggu bahkan
bulanan. Mengetahui hal tersebut, Bening ketakutan akan siksaan ibu tirinya
bila ayahnya pergi, apalagi berlama-lama. Pada saat itu pula, malam hari Bening
memutuskan untuk kabur.
Singkat cerita,
karena perginya malam hari tak terasa Bening tiba di sebuah tempat dan ternyata
tempat itu adalah hutan rimba yang penuh dengan binatang buas siap menerkam
siapa saja. Mengetahui situasi semacam ini, Bening pasrah dan hanya bisa berdoa
dengan tulus dan kusuk. Tenyata doa Bening dikabulkan oleh Tuhan sehingga
binatang-binatang yang siap menerkam seperti harimau ikut bersedih dan
meninggalkan tempat di mana Bening berada. Demikian juga binatang-binatang
lain, hanya seekor burung gagak yang masih tinggal di sana karena kasihan
melihat kesedihan Si Bening. Dalam kisahnya, si gagak selalu membantu Bening
dengan mencarikan berbagai macam buah untuk Bening. Begitu seterusnya hingga
pada akhirnya Bening menjadi bingung, bertanya-tanya dalam hati, siapa sebenarnya
si gagak ini? dari mana juga gagak mendapatkan bahan makanan untuk dirinya,
karena kebingungan maka Bening memutuskan pasrah diri dan berdo’a minta bantuan
petunjuk kepada Tuhan.
Ketika itu Bening
bersimpuh mohon petunjuk Tuhan “Ya Allah, perlihatkanlah kebesaran-Mu!, saya
tidak yakin kalau gagak sahabatku adalah seekor burung. Tunjukkanlah
kebesaran-Mu Ya Allah……! Ucapan itulah yang terucap tak henti-henti sambil
menengadahkan kedua tangannya. Setelah Bening mengakhiri do’anya, di samping
kanannya duduk seorang laki-laki tampan dalam posisi berdo’a penuh kekhusukan,
dengan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah mengampuni
dosa-dosanya dan mengembalikan wujudnya semula dari kutukan menjadi seekor
gagak karena seringnya menyakiti hati orang tuanya. Demikian juga mengucapkan
terima kasih kepada Bening berkat do’anya dia bisa kembali berubah wujud
menjadi manusia kembali. Akhirnya Bening diajak pulang ke rumah pemuda tampan
tersebut yang tenyata adalah seorang putra raja dari Kerajaan Antah-Barantah,
dan mereka pun menikah serta diangkat menjadi raja dan permaisuari hidup
bahagia. Bapak dan ibu tiri Bening pada saat itu dikisahkan sudah tua dan
sangat menderita, tetapi setelah diketahui demikian kedua orang tuanya ditarik
ke istana dan hidup bahagia bersama.
3. Makna Cerita
Rakyat bagi Masyarakat
Cerita rakyat
merupakan tradisi lisan budaya masyarakat yang penyebarannya dilakukan secara
lisan turun-temurun. Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk dari folklor
memiliki cirri-ciri khusus yang harus dicermati oleh masyarakat. Ciri-ciri
dimaksud antara lain; 1) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara
lisan, 2) Folklor bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relatif tetap
atau standar, 3) Folklor ada (exst) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang
berbeda, karena penyebarannya dari mulut ke mulut, 4) Folklor bersifat anonim,
5) Folklor biasanya mempunyai bentuk perumus atau berpola, 6) Folklor mempunyai
kegunaan dalam kehidupan kolektif, 7) Folklor bersifat prologis, yaitu mempunyai
logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, 8) Folklor menjadi milik
bersama dari kolektif tertentu, 9) Folklor bersifat polos dan lugu,
(Danandjaya, 2002 : 4). Cerita yang termasuk bagian dari folklor memiliki
cirri-ciri seperti ciri folklor pada umumnya, misalnya cerita rakyat mempunyai
kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif suku bangsa, yaitu sebagai alat
pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.Di
samping mempunyai kegunaan, cerita rakyat juga mengandung makna atau arti yang
mendalam bagi penganut kebudayaan dalam suatu kolektif suku bangsa, (Marjanto,
2005 : 10). Seiring dengan kajian ini, berikut akan diuraikan makna yang
terkandung dalam cerita rakyat bagi masyarakat Desa Sembalun sebagai salah satu
komunitas yang hidup bersama dalam satu wilayah.
a. Cerita Rakyat
sebagai Dasar Asal-usul Nama Desa
Sebelum membahas
tentang kajian cerita rakyat lebih jauh, ada baiknya diuraikan dahulu
unsur-unsur yang ada dalam sebuah cerita rakyat, sehingga kita tahu bagaimana
dan ke mana arah isi cerita bersangkutan. Adapun unsur-unsur yang dimaksud
antara lain; insiden, latar, tokoh, dan amanat. Insiden dalam sebuah karya
sastra adalah peristiwa yang terjadi dalam cipta sastra yang berupa cerita.
Latar adalah tempat, waktu, dan suasana peristiwa itu terjadi. Tokoh cerita
adalah pelaku yang memainkan cerita tersebut. Amanat dalam cerita merupakan
kesan dan pesan yang disampaikan berdasarkan atas pengetahuan pengarang yang
ingin disampaikan kepada orang lain melalui perantara cerita yang dikarangnya
itu.
Dalam sub bahasan
pertama akan mengacu pada sinopsis kisah nama Desa Sembalun, yang dikisahkan
tentang keberadaan sekelompok masyarakat primitif, yang digambarkan
keberadaannya sangat terkebelakang di segala bidang. Kisah ini berlaku secara
kolektif di kalangan masyarakat di Desa Sembalun. Dipandang dari alur ceritanya
sangat menarik dan masyarakat setempat yakin dan percaya sampai sekarang bahwa
latar belakang nama Sembalun berawal dari cerita tersebut. Masyarakat juga
beranggapan bahwa apa yang diceritakan dalam kisah tersebut merupakan sejarah
awal berdirinya nama Desa Sembalun, namun bagi kaum sejarawan sepertinya belum
tepat bila itu dianggap sejarah karena kurangnya bukti-bukti tertulis sebagai
penguat sejarah, seperti diceritakan kedatangan Raden Haria Pati dan Raden
Haria Mangun Jaya kurang jelas bahkan tidak ada tahun kedatangannya, dan dari
mana berasal kedua raden tersebut. Peristiwa yang terjadi memang kelihatan
saling kait-mengait secara logis sehingga membangun alur atau plot cerita.
Kejadian-kejadian yang erat tak dapat dipisahkan membuat alur cerita sangat
bagus dan diyakini oleh masyarakat sampai sekarang.
Bila dikaji lebih
mendalam, semua unsur yang ada menjadi satu keterikatan antara insiden, latar,
tokoh, dan amanat sehingga isi cerita sangat menarik dan seolah-olah cerita
tersebut merupakan sejarah desa yang patut diyakini dan dipercaya oleh
masyarakatnya. Dalam alur ceritanya terselip peristiwa yang menunjukkan kedua
raden pendatang tersebut memberikan pelajaran berupa empat petunjuk yang salah
satunya dinyatakan “wahai engkau manusia, ini kuberikan kalian Kitab Al-Qur’an
sebagai pedoman adat agamamu”. Mengingat di Desa Sembalun mayoritas muslim,
dalam kisah ini ada indikasi cara-cara penyebaran ajaran Agama Islam oleh Raden
Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya, namun sayang asal muasal Beliau tidak
diketahui dan tidak diceritakan selanjutnya. Demikian juga setelah Beliau
memberikan empat petunjuk pelajaran dan sebidang luas tanah sawah untuk garapan
ketujuh pasutri di atas, juga meninggalkan pesan bahwa dalam waktu-waktu
mendatang akan ada peperangan yang menurut akal sehat sebagai orang awam hal
itu tidak mungkin diketahui. Peristiwa inilah yang membuat bahwa kisah ini
merupakan karangan para pujangga atau pemuka masyarakat terdahulu yang
diwariskan kepada generasi sampai sekarang.
b. Cerita Rakyat
sebagai Dasar Upacara
Seperti pesan
yang diamatkan oleh Raden Haria Pati dan Raden Haria Mangun Jaya pada kisah di
atas, bahwa dalam beberapa tahun mendatang Desa Sembalun akan mengalami
peperangan-peperangan sebagai sebuah godaan. Pernyataan kedua raden tersebut
dalam kisahnya menjadi kenyataan, berselang beberapa tahun setelah mengalami
pertambahan penduduk menghadapi tiga peperangan berturut-turut sebagai berikut:
Perang Ketupat
menghadapi Iblis. Pada masa ini masyarakat Sembalun berperang mati-matian
melawan iblis yang kuat dan sukar dihancurkan. Dikisahkan bahwa tentara iblis
ini tidak bisa dilawan dengan senjata tajam berupa parang ataupun pedang,
karena setiap satu iblis ditebas menjadi dua atau tiga potong, jumlahnya
semakin banyak, karena potongan tebasan tadi berubah menjadi iblis yang baru,
hidup dan menyerang lebih ganas lagi. Keadaan ini mengakibatkan jumlah penduduk
semakin berkurang dan jumlah iblis semakin bertambah, hingga suatu ketika
muncul bantuan dari tiga orang pendatang seperti yang pernah dijanjikan oleh
Raden Hari Pati dan Haria Mangun Jaya. Ketiga pendatang tersebut bernama Raden
Ketip Muda, Raden Sayid Hamzah, dan Raden Patih Jorong. Ketiga raden ini dengan
mudah mengalahkan tentara iblis yang garang tersebut dengan senjata yang tidak
masuk akal yakni berupa “ketupat”. Ketiga penolong tersebut melawan tertara
iblis dengan cara melempar ketupat tersebut tiga kali ke arah para iblis,
lemparan pertama pada tanggal 5 dengan mengucapkan tanggal 5, lemparan kedua
pada tanggal 15 dengan mengucapkan tanggal 15, dan lemparan ketiga pada tanggal
25 dengan mengucapkan tanggal 25. Pada lemparan ketiga dilakukan, tentara iblis
hilang lenyap ketika itu juga tanpa bekas. Setelah selesai peperangan, ketiga
raden penolong tadi berpesan kepada masyarakat Sembalun yang masih tersisa: 1)
Kamu harus mengambil air setiap kali panen padi sebagai tanda kemenangan
melawan iblis. 2) Setiap tiga tahun sekali kamu harus memotong kerbau sebagai
rasa syukurmu atau kemenangan menghadapi peperangan. Kedua pesan tersebut oleh
masyarakat Sembalun dilaksanakan sebagai “Upacara Nagyu Ayu” sebuah nama
upacara tradisional yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali oleh
masyarakat Sembalun sampai sekarang.
Perang Panah
Racun. Setelah iblis dikalahkan oleh penduduk atas bantuan tiga raden terkisah
di atas, kali ini para iblis balas dendam menyerang lagi dengan menggunakan
panah beracun. Bentuk serangan ini dilakukan dari jarak jauh, karena jarak
dekat para iblis tidak berani lagi menginjakkan kakinya di bumi Sembalun.
Sasaran para iblis adalah tanaman pertanian penduduk tanah Sembalun. Dalam
serangan ini, penduduk tidak bisa berbuat banyak karena dalam peperangan ini
pihak musuh tidak menampakkan dirinya, tetapi yang tampak hanyalah racun atau
hama yang menyerang tanaman petani. Petani mulai putus asa karena segala jenis
tanaman pertanian mereka tiada hasil dan selalu gagal. Adanya situasi yang
kurang menguntungkan penduduk petani, ketika itulah datang seorang penolong
yakni Raden Patra Guru yang dianggap masih dari kelompok orang-orang
sebelumnya. Raden Patra Guru memberi petunjuk kepada penduduk tanah Sembalun
cara mengalahkan serangan tersebut yakni dengan memberikan obat penawar berupa
air yang diperoleh dari mata air Timba Bau yang konon airnya harum seperti
harum mewangi. Perang panah beracun dapat diatasi oleh penduduk Sembalun dan
secara berangsur-angsur tanaman di sawah mulai membaik seperti sedia kala dan untuk
memperingati kemenangan itu dilakukan “Upacara Biji Tawar”.
Perang Bala.
Dalam serangan perang ini penduduk tanah Sembalun menghadapi serangan wabah
penyakit yang diderita oleh semua penduduk dan seluruh masyarakat tidak bisa
beraktivitas seperti layaknya seorang petani. Perang ini merupakan perang
terbesar yang dihadapi oleh penduduk karena tidak bisa saling tolong menolong
satu sama lain. Dalam keadaan masyarakat kebingungan, tak disangka datang
keenam raden penolong di atas langsung memberikan petunjuk caranya menghadapi
perang wabah penyakit dengan senjata ampuh yang disebut senjata “tolak Balak”
yaitu berupa Asma Allah “Lailahaillallah” Akhirnya perang melawan balak dengan
kemenangan di pihak penduduk tanah Sembalun maka berakhirlah peperangan yang menjadi
rintangan perkembangan penduduk Semabalun. Menurut asumsi penulis, awal dari
“Upacara Tolak Bala” adalah peristiwa ini yang berlaku sampai sekarang.
Alur cerita di
atas merupakan rangkaian kisah sebelumnya yaitu kelanjutan dari kisah sinopsis
nama Desa Sembalun di atas. Alur ceritanya berlanjut dari mulai munculnya nama
Desa Sembalun sampai keadaan desa mulai normal dan stabil. Bagi masyarakat Desa
Sembalun kisah di atas diyakini sebagai sejarah desa mereka sampai sekarang
tanpa terikat dengan penulisan kesejarahan yang ada. Kisah tentang asal-usul
Desa Sembalun terurai di atas tidak ditemukannya pengarang yang pasti/jelas,
demikian juga bila ditinjau dari sudut kesejarahan sepertinya tidak kuat,
karena peristiwa dan penokohan kisah di atas kebanyakan bersifat imajinatif,
seperti para raden penolong penduduk masyarakat Sembalun asal-muasalnya tidak
pasti, peristiwa yang terjadi tidak ada tangal dan tahun yang jelas, yang ada
keterkaitan hanyalah latar atau setting peristiwa yang dikemas dengan amanat berdasarkan
pengetahuan pengarang sehingga asumsi penulis lebih cenderung pada cerita
fiksi. Bila masyarakat memiliki keyakinan bahwa cerita di atas merupakan latar
belakang sejarah desa mereka, hal itu juga tidak salah dan sah-sah saja, mereka
meyakini karena tempat-tempat peristiwa yang dipakai sebagai latar dalam cerita
di atas merupakan kenyataan yang ada sekarang. Hal itu sebenarnya tidak penting
untuk dibahas, yang jelas adanya upacara-upara tradisonal masyarakat Sembalun
yang dilaksanakan sekarang dilatarbelakangi oleh rangkaian alur cerita terurai
di atas.
c. Cerita Rakyat
sebagai Dasar Membangun Pekerti Masyarakat.
Membangun
karakter pekerti masyarakat penerapannya di lapangan tidak semudah
mengucapkannya. Setidaknya hal ini perlu pemahaman tentang keberadaan
kebudayaan lokal yang dimiliki. Untuk dapat memahami tentunya dengan dasar
pendidikan, sehingga terjadi keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan,
masyarakat, dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat bersangkutan. Cerita
rakyat merupakan bagian dari kebudayaan harus dipelajari untuk dapat dipahami
maknanya. H.A.R Tilaar menyebutkan; ada tiga unsur penting dalam kebudayaan
yang patut dipahami, yakni kebudayaan sebagai suatu tata kehidupan (order),
kebudayaan sebagai suatu proses, dan kebudayaan mempunyai suatu visi tertentu
(goals). Aplikasinya di lapangan tentu melalui pendidikan, karena pendidikan
merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik di dalam
masyarakat. Di samping itu, pendidikan juga kata benda yang berarti mempunyai
suatu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah suatu
proses penaburan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang hidup dan
dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam
suatu masyarakat. Inilah pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan, (Tilaar,
1999 : 9).
Langganan:
Postingan (Atom)