LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA
DIRI RENDAH
A. Masalah Utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. Proses Terjadinya Masalah
1.
Pengertian
Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut
sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
a.
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan
kateter, pemeriksaan perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b.
Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan
pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
2.
Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
a.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat
penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih
karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya :
ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek
dan mengkritik diri sendiri.
c.
Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak
bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d.
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri.
Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e.
Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil
keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
3.
Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko
terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Data
Subyektif :
a.
Mengungkapkan untuk memulai
hubungan/ pembicaraan
b.
Mengungkapkan perasaan malu
untuk berhubungan dengan orang lain
c.
Mengungkapkan kekhawatiran
terhadap penolakan oleh orang lain
Data
Obyektif :
a.
Kurang spontan ketika diajak
bicara
b.
Apatis
c.
Ekspresi wajah kosong
d.
Menurun atau tidak adanya
komunikasi verbal
e.
Bicara dengan suara pelan dan
tidak ada kontak mata saat berbicara
C. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
No
|
Masalah
Keperawatan
|
Data
Subyektif
|
Data Obyektif |
1
|
Masalah utama : Gangguan konsep
diri : harga diri rendah
|
-
Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
-
Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
-
Mengungkpakan tidak bisa apa-apa
-
Mengungkapkan dirinya tidak berguna
-
Mengkritik diri sendiri
|
-
Merusak diri sendiri
-
Merusak orang lain
-
Menarik diri dari hubungan sosial
-
Tampak mudah tersinggung
-
Tidak mau makan dan tidak tidur
|
2
|
MK : Penyebab Tidak efektifnya
koping individu
|
-
Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta
bantuan orang lain
-
Mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu
|
-
Tampak ketergantungan pada orang lain
-
Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas
yang seharusnya dapat dilakukan
-
Wajah tampak murung
|
3
|
MK : Akibat Isolasi sosial :
menarik diri
|
-
Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin
hidup lagi
-
Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang
lain
-
Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang
lain
|
-
Ekspresi wajah kosong
-
Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
-
Suara pelan dan tidak jelas
|
D. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Koping individu tidak efektif
E. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi
sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah
b. Gangguan
konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
efektif
Asuhan keperawatan pasien dewasa dengan
hargadiri rendah
peristiwa yang sangat traumatik menimpa tanah
air kita, dimana saudara-saudara kita di NAD harus berpisah dengan orang-orang
yang di cintai, harus kehilangan harta bahkan nyawa, kehilangan pekerjaan
bahkan berbagai bentuk yang lain. Kejadian ini menyebabkan situasi yang penuh
stress bagi individu, keluarga dan komunitas di NAD bahkan kawasan Asia. Dampak
kehilangan-kehilangan yang sekejap tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu
akan kemampuan dirinya,yang berakibat dapat menggenggu harga diri seorang.
STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
¡ Masalah
: Gangguan konsep diri : harga diri rendah
¡ Pertemuan
: Ke 1 (pertama)
Proses Keperawatan
Kondisi : Klien
telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS,
dan telah melatih satu kemampuan yang telah masuk jadual
kegiatan harian
(ADL)
Diagnosa : Perilaku
kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Isolasi
sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
TUK : 1. Klien dapat memilih kemampuan kedua
yang akan digunakan
2. Klien mencoba kemampuan kedua
3.
Klien memasukkan kemampuan kedua dalam jadual kegiatan
harian (ADL)
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)
Orientasi
a. Salam
terapeutik
Selamat
pagi Heni ……
b. Evaluasi/
Validasi
·
Bagaimana perasaan Heni pagi ini ?
·
Apakah kegiatan yang kita latih kemarin
sudah dilakukan ? Bagus sekali.
·
Coba kita lihat jadualnya, nah kita beri
tanda di sini (di jadual) bahwa Heni telah melakukan. Hebat dong Heni.
c. Kontrak
¡ Topik
Nah, sekarang kita akan latihan
lagi kemampuan yang lain. Bagaimana Heni ?
¡ Tempat
Mau dimana kita bercakap-cakap ?
Bagaimana kalau di tempat yang kemarin lagi, mari.
¡ Waktu
Mau berapa lama ? Bagaimana kalau
15 menit.
Kerja
¡ Nah,
ini daftar kemampuan Heni. Yang ini telah dicoba kemarin. Sekarang Heni pilih
yang mana ? Bagus
¡ Nah,
mari kita praktekkan lagi. Ikuti suster, dan nanti Heni coba sendiri. (Perawat
memberi contoh langkah-langkah pelaksanaannya, sambil memotivasi klien
mengikutinya)
¡ Sekarang
coba Heni lakukan sendiri sambil suster Bantu. Bagus, teruskan, ya benar, nah
Heni bisakan.
Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif
Bagaimana
perasaan Heni setelah mencobanya sendiri. Ya bagus sekali.
b. Evaluasi
Obyektif
·
Jadi sudah berapa kegiatan yang Heni
lakukan ? Bagus, jadi sudah dua kegiatan
·
Coba ulangi cara melakukan kegiatan
kedua. Ya, benar, terus, bagus sekali.
c. Rencana
Tindak Lanjut
·
Nah, bagaimana kalau kegiatan barusan
juga dilakukan teratur ?
·
Bagaimana kalau kita masukkan di jadwal
kegiatan harian Heni ? Bagus
·
Nah, mau jam berapa melakukannya (bawa
jadwal dan tetapkan bersama klien)
d. Kontrak
¡ Topik
:
Nah,
sudah 2 kegiatan yang dilakukan. Bagaimana kalau kita latih lagi kegiatan
ketiga
¡ Tempat
:
Tempatnya
mau di mana ? Bagaimana kalau disini saja.
¡ Waktu
:
Mau jam
berapa ? Bagaimana kalau seperti biasa jam 11.00 Baiklah, sampai nanti ya.
A. Tujuan pembelajaran
setelah mempelajari saudara duharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait harga
diri rendah.
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan data yang di kaji
3. melakukan tindakan keperawatan
kepada pasien
4. melakukan tindakan keperawatan
kepada keluarga
5. mengevaluasi kemampuan pasien dan
keluarga dalam menangani masalah harga diri rendah
6. mendokumentasikan hasil keperawatan
pada pasien dengan harga diri rendah
B. Pengkajian
harga diri rendah adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diriyang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala hargadiri
rendah:
1. mengkritik diri sendiri
2. perasaan tidak mampu
3. pandangan hidup yang pesimis
4. penurunan produktifitas
5. penolakan terhadap kemampuan diri
selain data di atas,saudara dapat
juga mengamati penampilan seorang dengan hargadiri rendah, terlihat dari kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, serta makan kurang,tidak
berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lembut dengan nada
bicara lemah.
C.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Langkah
kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah
menetapkan beberapa tindakan keperawata.
1.
Tindakan keperawatan pada pasien :
a. Tujuan
:
1) pasien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) pasien
dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) pasien
dapat menentukan /memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) pasien
dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih,sesuai kemampuan
5) pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
b. Tindakan
keperawatan :
1) mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
Untuk
membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilikinya , perawat dapat :
·
Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan
dan aspek positif yang dimmiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah
sakit,di rumah,dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.
Beri
pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilain yang negatif.
2) membantu
pasien menilai kemampuan yang dapat didigunakan.
Untuk
tindakan tersebut, saudara dapat :
·
Mendiskusikan dengan pasien kemamapuan
yang masih dapat digunakan saat ini.
·
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
·
Perlihatkan respon yang kondusif dan
menjadi pendengar yang akitf
3) Membantu
pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yan dapat dilakukan
adalah :
·
Mendiskusikn dengan pasien beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.
·
Bantu pasien menetapkan kegiatan mana
yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar
kegiatan sehari-hari pasien.
4) melatih
kemampuan yang dipilih pasien
Untuk
tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
·
Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih
kemampuan yang dipilih
·
Bersama pasien memperagakan kegiatan
yang ditetapkan
·
Berikan dukungan dan pujian pada setiap
kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu
menyusun jadwal pelaksanaan kemamapuan yang dilatih
Untuk
mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut , saudara dapat melakukan hal-hal
berikut :
·
Memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
·
Berikan pujian atas kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiap hari
·
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat
toleransi dan perubahan setiap kegiatan
·
Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan
yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya
setelah pelaksanaan kegiatan
SP
1 Pasien: mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
Orientasi :
“Assalamualaikum,bagaimana keadaan T hari ini
? T telihat segar “.
“Bagaimana
, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T
lakukan ? setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat T
lakukan dirumah sakit. Setelah
kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
“Dimana
kita duduk ? bagaimana kalau diruang tamu ?berapa lama ?bagaimana kalau 20
menit ?
Kerja
:
“T,
apa saja kemampuan yang T miliki ? bagus, apa lagi ? saya buat daftarnya ya!
Apa
pula kegiatan yang biasa T lakukan ? bagaimana dengan merapihkan kamar ?
menyapu? Mencuci piring ? ............dst”. “ wah bagus sekali ada lima
kemampuaun dan kegiatan yang T miliki “.
“T
, dari lima kegiatan/ kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
dirumah sakit ? coba kita lihat ? yang prtama bisakah, yang kedua
........sampai 5 (misalnya masih ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali
ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan dirumah sakit ini.
“sekarang,
coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini”. O
yang nomor satu, merapikan tempat tidur ? kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T”. Mari kita latihan tempat tidur
T . coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“
nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
“nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !
.sekarang sebelah kaki, tarik dan masukan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan , dan letakan disebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus!”
“T
sudah bisa merapihka tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapihkan? Bagus”
“
coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) bila diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.
Terminasi:
“
bagaimana perasaan T setelah bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat
tidur? Yah , T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah
sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sidah T praktikkan
dengan baik sekali. Nah kemampuan ini
dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang”.
“sekarang,
mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur . bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis
istirahat, jam 16.00”
“
Besok
lagi kita latihan kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan dirumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring ....kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi didapur ruangan ini sehabis makan pagi sampai jumpa ya “
1. Tindakan
keperawatan pada keluarga
keluaraga
di harapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah dirumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan:
1) keluarga
membantu pasien mengidentifikasi kemempuan yang dimiliki pasien
2) kelurga
memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih di miliki psien
3) keluarga
memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan
pujian atas keberhasilan pasien
4) keluarga
mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan
keperawatan
1) Diskusikan
masalah yang dihadapi kelurga dalam merawat pasien
2) jelaskan
kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) deskusi
dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas
kemampuannya
4) jelaskan
cara-cara merwat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan
cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri
kesempatan kepada keluaraga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan
harga diri rendahseperti yang telah perawat demostrasikan sebelumnya
7) Bantu
keluarga menyusun rencana kegiatan pasien drumah
SP 1 Keluarga: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien dirumah,menjelaskan tentang pengertian,tanda dan gejala harga diri
rendah,menjelaskan cra merawat pasien dengan harg diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan hara diri rendah,dan memberi
kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
Orientasi:
“assalamualaikum”
“Bgaimana keadaan bapak/ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita
bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama waktu Bp/ibu?30 menit ?
Baik,mari duduk diruangan wawancara !
Kerja:
“apa yang bapak/ibu ketahui tentang
masalah T”
“iya memng benar sekali pak/ibu T itu
memang terliahat tidak percya diri dan sering menyalahkan dirinya sndiri.
misalnya pada T , sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya paling
bodoh sedunia. dengan kata lain anak bapak/ibuk memiliki masalah harga diri
rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran pikiran negatif tentang diri
sendiri. bila kedaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah
yang lebih berat lagi,misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan
memilih mengurung diri dengan orang lain”
“sampai disini, bapak dan ibu mengerti
apa yang dimaksud harga harga diri rendah”
“bagus sekali bapak/ibu sudah mengerti”
“setelah kita mengerti bahwa msaalah T
dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik
untuk T”
“bpk/ibu, apa saja kemampuan yang di
miliki T ! Ya bener, dia juga mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan
kemampuan yang dikatakan T)
“ T itu telah berlatih dua kegiatan
yaitu merapikan tempat tidur dan cuci piring serta telah di buat jadwal untuk
melakukannya. untuk itu, bapak/ibu dapat mengongatkan T untuk melakukan
kegiatan tersebut sesuai jadwal. tolong bantu menyiapakan alat-alatnya, ia
pak/buk dan jangan lupa memberikan pujia agar harga dirinya meningkat. ajka
pula memberi tanda ceklis pada jadwal kegiatanya
“selain itu bila T sudah tidak dirawat
di rumah sakit, bapak/ibuk perlu memantau perkembangan T jiga masalah harga
dirinya kembali muncul dan tidak memantau perkembangan T jika masalah harga
dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bpk/ibu dapat membawa T kepuskesmat
ke puskesmas”
“Nah bagaimana kalau sekarang kita
praktekan cara memberi pujian kepada T”
“temui T dan tanyakan kegiatan yang
sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang mengatakan:Bagus sekali T,kamu sudah
terampil mencuci piriing:
“coba bapak/ibu praktekan sekarang.Bagus”
Terminasi:
“Bagaimana
perasaan bpk/ibu setelah percakapan kita ini ?”
“Dapatkah
bapak/ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?”
“bagus
sekali bapak/ibu dapat menjelaskan dengan baik.Nah tiap kali bapak/ibu kemari
lakukan seperti itu nanti dirumah juga demikian”
“bagaimana
kalau kita ketemu lagi dua hari mendatang untuk memberi cara pujian langsung
kepada T”
“Jam
berapa bapak/ibu deating?baik saya tunggu .sampaai jumpa”
E.Evaluasi
1. Kemampuan
pasien dan keluargga
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DENGAN
MASALAH HARGA DIRI RENFDAH
Nama pasien..............
Ruangan..............
Nama perawat.............
petunjuk
pengisian:
1.
Berilah tanda ( V ) Jika pasien mampu
melakukan kemampuan dibawah ini.
2.
tuliskan tanggal setiap dilakukan
superfisi
NO
|
kemampuan
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
A.
|
pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Menyebutkan kemampuan
dan aspek positf yang dimiliki
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Memilih kegiatan yang
akan dilatih sesuai dengan jadwal
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Melatih kemampuan
yang telah dipilih
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Melaksanakan
kemampuan yang telah dilatih
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Melakukan kegiatan
sesuai jadwal
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
|
keluarga
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Menjelaskan
pengertian serta tanda-tanda orang dengan harga diri rendah
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menyebutkan tiga cara
merawat pasien harga diri rendah(memberikan pujian,menyediakan fasilitas
untuk pasien,dan melatih pasien melakukan kemampuann)
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Mampu mempraktikan
cara merawat pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Melakukan follow up
sesuai rujukan
|
|
|
|
|
|
|
|
2.KEMAMPUAN
PERAWAT
PENILAIAN
KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
Ruangan...................
Nama perawat..................
Petunjuk
pasien:
penilaian
tindakan keperawaataan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian
kinerja.
Nilai
tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
NO.
|
Kemampuan
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
|
SP 1 P
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Membantu pasien
menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Membantu pasien
memilih kegiatn yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dilatih
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Memberikan pujian
yang wajar terhadap keberhasilan pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nilai SP 1 p
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP II p
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Mengavaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Melatih kemampuan
kedua
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nilai SP II p
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
|
Keluarga
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP 1 k
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga dalam merawt pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menjelaskan
pengertian ,tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nilai SP 1 k
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menjelaskan cara-cara
merawat pasien hargaa diri rendah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP II k
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Melatih keluarg
melakukan cara merawat langsung epada pasien harga diri rendah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nilai SP II k
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SP III k
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Membantu keluarga
membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menjelaskan follow up
psien setelah pulang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nilai SP III k
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total nilai: SP p +
SP k
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
F. DOKUMENTASIKAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pendokumentasikan dilakukan dengan
menggunakan format yang telah dibuat.
Latihan
4: Dokumentasikan hasil pengkajian saudara pada pasien dengan masalah haarga
diri rendah menggunakan format yang sudah disediaakan.
Berikut ini adalah contoh
pendokumentasian pasien harga diri rendah:
Coba saudara dokumentasikan pengkajian
dan diagnosa keperawatan pasien harga diri rendah menggunakan format yang sudah
disediakan.
Berikut ini adalaah
lingkup pengkjian pasien harga diri rendh :
a.Keluhan
utama:.................................................
b.Pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan.........................................
c.Konsep diri
Ø Gambaran
diri
Ø Ideal
diri
Ø Harga
diri
Ø Identitas
Ø Peran
Jelaskan......................................................
Masasalah
keperawatan..............................
d.Alam perasaan
[ ] sedih [ ] Putus asa
[
] Ketakutan
[ ] Gembira berlebihan
Jelaskan:....................................................
Masalah
keperawatan:................................
[ ] Bermusuhan [
] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung [
] Kontak mat kurang
[ ] Defensif [ ] Curiga
Jelaskan:............................................................
Masalah
keperawatan
:......................................
f.
Penampilan.
Jelaskan:...................................................................
Masalah
keperaawatan:................................................
|
G. terapi
aktifitas kelompok
TAK untuk pasien harga diri rendah
berbentuk TAK stimulasi persepsi yang terdiri dari:
·
Sesi I: identifikasi hal positif diri
·
Sesi II: melatih positif pada diri
H. Petemuan
kelompok keluarga
Asuhan keperawatan untuk kelompok
keluarga ini dapat diberiikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam
bentuk kelompok kecil dan besar.Leih
rinci panduaan pertemuan keluarg ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga
dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan dimodul khusus
yang membahas pertemuan keluarga.
ANALISA PROSES KEPERAWATAN JIWA
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama
Mahasiswa
Tanggal
Waktu
Tempat
Inisial
Klien
Interaksi
ke
Lingkungan
Deskripsi
pasien
Tujuan
komunikasi
|
: Meisapita
triandini
: 26 Maret
1993
: Pkl.
16.30 - 16.50 WIB (20 Menit)
: Ruang
Cendrawasih RSJ
: Tn. Fhatir.
: I (Fase
Perkenalan)
: Meja
makan, berhadapan dengan klien, suasana tenang
:
Penampilan kurang rapi, pakaian banyak lobang bekas rokok, pasien merokok
puntung,
menunduk.
: Klien
dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya
|
KOMUNIKASI
VERBAL
|
KOMUNIKASI
NON VERBAL
|
ANALISA
BERPUSAT PADA PERAWAT
|
ANALISA
BERPUSAT PADA KLIEN
|
RASIONAL
|
P : Selamat sore Pak, boleh
saya duduk di sebelah Bapak ?
K : Sore, silahkan.
|
P: Memandang K dan tersenyum
K: Ekpresi datar
K: Ekpresi datar
P: Memandang K
|
P : Ingin membuka percakapan
dengan klien dan berharap dengan sapaan sederhana P bisa diterima oleh K.
P merasa senang ada
tanggapan atas salam walaupun belum diekpresikan secara tulus
|
K masih ragu terhadap orang
baru yang masuk ke lingkungannya
K ragu terhadap orang baru
|
Salam merupakan kalimat
pembuka untuk memulai suatu percakapan sehingga dapat terjalin rasa percaya.
|
P : Wah, suasana sore ini
sejuk sekali ya Pak
K : (diam)
|
P : Memandang ke halaman
sambil melirik K
K : Ikut melihat ke halaman
lalu menghisap rokoknya dan menunduk lagi
|
P ingin memulai percakapan
dengan topik ringan sebelum masuk ke kondisi K
|
K memberikan respon sepintas
dan menunjukkan perhatian cukup terhadap P
|
Topik ringan akan memudahkan
interaksi lebih lanjut
|
P : Oh ya, perkenalkan saya
Made, saya mahasiswa praktek disini yang akan merawat Bapak.
K : (diam)
|
P : Memandang K sambil
menjulurkan tangan ke K
K : Mengalihkan rokok ke
tangan kiri lalu tanpa memandang P menerima uluran tangan P
|
P merasa bahwa K harus
diberikan penjelasan tentang kedatangan P
|
K masih memberikan tanggapan
secara ragu-ragu
|
Memperkenalkan diri dapat
menciptakan rasa percaya klien terhadap perawat
|
P : Nama Bapak siapa ?
K : Ong. Ong Tian Bian.
|
P : Masih menjabat tangan
pasien dan mendekatkan diri ke-K
K : Menoleh sebentar
K : Menyebut nama dengan
menunduk dan menarik tangannya
|
P ingin tahu nama pasien
P merasa pasien enggan
berkenalan
|
K ragu-ragu
K merasa perkenalan hanya
formalitas belaka
|
Mengenal nama pasien akan
memudahkan interaksi
|
P : Bapak senangnya
dipanggil dengan nama apa
K : Ong.
|
P : Memandang K
K : Menoleh ke halaman
K : Melihat ke arah P dan
menjawab singkat lalu menunduk lagi
|
P ingin menjalin kedekatan
dengan pasien
P senang walaupun jawaban
singkat
|
K mencoba mengingat nama
yang disukainya
K mulai tertarik dengan
perkenalan dengan P
|
Nama panggilan merupakan
nama akrab klien sehingga menciptakan rasa senang akan adanya pengakuan atas
namanya
|
P : Wah, kedengarannya enak
kalau saya manggil Pak Ong
K : Iya
|
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menunduk
K : Menoleh ke P
P : Memperhatikan K
|
P mencoba mengakrabkan
suasana
P merasa pertanyaan
mendapatkan respon
|
K berpikir sejenak,
mengngingat nama yang disukainya
K mulai merasa bahwa P
datang untuk membantu K
|
Pujian berguna untuk
mendekatkan perawat menjalin hubungan therapeutik dengan klien
|
P : Bapak asalnya dari mana
Pak Ong?
K : Salatiga, Jawa Tengah
|
P : Memandang K
K : Menunduk dan berpikir
K : Menoleh ke P dan
tersenyum lalu menunduk lagi
P : Memperhatikan K
|
P masih berusaha membangun
keakraban dengan topik sederhana
P senang karena K memberi
respon
|
K berpikir dan
mengingat-ingat
K senang karena ingat daerah
asalnya dan kembali membayangkan daerah asalnya tersebut
|
Topik sederhana membantu
menjalin kedekatan dengan klien
|
P : Wah, jauh juga ya. Bapak
Ong sudah berapa lama disini?
K : Lama! Dua puluh tahun.
|
P : Memandang K sambil
tersenyum
K : Menghisap rokok dan
melemparkannya karena sudah habis
K : Bicara tanpa menoleh P
P : Memandang K
|
P mulai mengkaji data umum
pasien
P khawatir kalau pertanyaan
membuat K tersinggung
|
K berpikir dan berusaha
mengingat
K membayangkan keadaan yang
telah lama dijalaninya
|
Lama rawat menentukan apakah
klien kronis atau akut
|
P : Sejak tahun berapa Bapak
disini ?
K : Yach, delapan puluh tiga
|
P : Menunjukkan perhatian
K : Menunduk sambil
memandang kakinya
K : Masih menunduk
P : Memperhatikan
|
P berharap dapat memperoleh
data lama rawat secara lebih pasti sambil mengkaji daya ingat pasien
P senang karena mendapat respon
dari K
|
K berusaha mengingat
K menjawab dengan sekedarnya
|
Daya ingat pasien dapat
dikaji dengan menanyakan data-data pasien yang sederhana
|
P : Sekarang Bapak Ong
umurnya berapa?
K : Em…56 tahun
|
P : Mendekatkan diri ke K
K : Menoleh ke halaman dan
terdiam beberapa lama
K : Menoleh P sebentar lalu
menunduk lagi
P : Tersenyum
|
P mengkaji daya ingat K
P merasa arah pertanyaan
sudah dapat dijawab jelas oleh K
|
K berusaha mengingat-ingat
K menjawab sesuai dengan
daya ingat yang dimilikinya
|
Umur mempengaruhi daya ingat
klien
|
P : Pak Ong ingat nggak,
kenapa pak Ong dirawat disini
K : Saraf, sakit saraf. ECT,
ini di ECT.
|
P : Menunjukkan keseriusan
K : Menunduk
K : Menoleh ke P dan
menepuk-nepuk kepalanya
|
P berhati-hati karena
pertanyaan tsb sangat spesifik dan takut menyinggung pasien
P lega karena K tidak
tersinggung
|
K mengingat-ingat
K menjawab ragu-ragu
|
Keluhan utama merupakan
dasar pasien dirawat di RS Jiwa
|
P : Pak Ong pernah ngamuk?
K : Nggak, nggak, saya suka
ngelamun. Enak sendirian. Kakak saya sudah meninggal tapi hidup lagi. Itu dia
!!
|
P : Bertanya pelahan
K : Menunduk
K : Menoleh ke halaman lalu
menunjuk-nunjuk
P : Memperhatikan respon
pasien
|
P mengkaji lebih jauh alasan
pasien dirawat
P kaget, dan sadar kalau
pasien mengalami halusinasi lihat
|
K mengingat-ingat
K mengalami halusinasi lihat
|
Halusinasi dapat terjadi
kapan saja karena adanya stimulus tertentu
|
P : -
K : Kakak saya orangnya
sukses, sayang mati, anak saya tujuh belas semuanya di Jerman.
|
P : Masih kaget
K : Memandang ke halaman
K : Menunjuk ke halaman dan
nyerocos
P : Memperhatikan
|
P mendiamkan karena belum
menemukan pertanyaan yang tepat untuk K
P menemukan adanya flight of
ideas dan berpikir tentang faktor penyebab
|
K melihat kakaknya dan
mencoba menceritakannya pada P
K teringat kondisi
keluarganya
|
Dengan diam therapeutik,
klien merasa didengarkan dan bercerita tentang keadaannya
|
P : Bapak Ong sudah
berkeluarga?
K : Anak saya di Jerman dan
di Peking. Saya profesor, ngajar di UI, bolak-balik dari Bandung ke Jerman.
|
P : Mendekatkan diri
K : Memandang kosong ke
halaman
K : Menunduk sambil nyerocos
P : Memperhatikan
|
P berusaha mengkaji data
yang terkait kata-katanya tadi
P menemukan adanya
kemungkinan waham kebesaran pada pasien
|
K membayangkan keadaan
keluarganya
K menikmati waham yang
dirasakannya
|
Waham kemungkinan terjadi
karena menarik diri
|
P : -
K : Keadaan diluar perang,
Ong pusing mikirin biaya anak-anak, pada kuliah.
|
P : Memperhatikan
K : Menunduk
K : Berbisik pada P dengan
nada sedih
P : Mendengarkan dengan
serius
|
P mendiamkan dengan harapan
pasien akan lebih terbuka tetang dirinya
P menemukan adanya fligt of
ideas
|
K membayangkan ank-anaknya
K sedih tentang anaknya
|
Diam therapeutik akan
membantu pasien mengungkapkan perasaannya pada perawat
|
P : Pak Ong, kegiatan bapak
sehari-hari ngapain saja Pak ?
K : Mandi, makan ehm…ya itu.
|
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh P
K : Menggaruk-garuk
kepalanya
P : Memperhatikan respon K
|
P mencoba mengalihkan pembicaraan
terkait waham
P merasa senang karena
pasien bisa beralih
|
K teralih karena pertanyaan
baru
K bingung tentang yang
dilakukannya sehari-hari
|
Pengalihan agar klien tidak
larut dalam waham dan halusinasinya
|
P : Kemudian?
K : Baca-baca buku. Saya kan
profesor.
|
P : Menekankan pertanyaan
K : Menunduk
K : Menoleh P
P : Memperhatikan
|
P mencoba menggali data
lebih dalam
P menemukan lagi adanya
kemungkinan waham
|
K mengingat-ingat
K merasa dirinya harus rajin
belajar
|
Tehnik ekplorasi berguna
untuk mendapatkan lebih banyak data terkait masalah klien
|
P : Bapak Ong betah tinggal
di sini?Suasananya enak ya!
K : Betah.
|
P : Melihat halaman
K : menunduk
K : Ikut melihat halaman
P : memperhatikan
|
P mengalihkan perhatian K dari
waham
P senang karena dapat
mengalihkan perhatian pasien
|
K masih terbawa oleh waham
K berusaha menjawab
sekenanya
|
Pengalihan agar pasien tidak
larut pada waham dan halusinasinya pada fase interaksi ini
|
P : Tentunya keluarga Bapak
Ong suka menjenguk kesini.
K : Sebulan sekali.
|
P : Memandang K sambil
tersenyum
K : Menoleh P
K : Menunduk lagi
P : Memperhatikan respon K
|
P ingin mengkaji
keterlibatan keluarga terhadap perawatan K
P senang mendapatkan jawaban
K
|
K berusaha mengingat keluarganya
K ingat terhadap keluarganya
|
Keluarga merupakan support
sistem bagi klien sehingga harus dikaji keterlibatannya
|
P : Kalau Pak Ong suka
pulang juga ya?
K : Ya, sebulan sekali juga
|
P : Memandang K
K : Menunduk
K : Menoleh P dan tersenyum
P : Memperhatikan
|
P mengkaji hubungan K dengan
keluarganya
P senang mendapatkan jawaban
sesuai pertanyaan
|
K mengingat hubungannya
dengan keluarga
K senang membayangkan pulang
|
Berada di lingkungan
keluarga akan membuat klien melihat realitas menyenangkan atau malahan
stressor
|
P : Kalau di rumah, ngapain
aja Pak Ong
K : Yah, tidur dan baca-baca
buku penelitian. Profesor harus banyak baca.
|
P : Memandang K sambil
tersenyum
K : Menoleh P lalu melihat
ke halaman
K : Memandang P
P : Memperhatikan respon K
|
P berusaha mengkaji
aktivitas K di rumah
P menemukan pengulangan
terhadap waham pada K
|
K mengingat aktivitasnya di
rumah
K menikmati waham yang
dialaminya
|
Aktivitas di rumah merupakan
data pantas tidaknya pasien dilibatkan dalam keluarga
|
P : Suka ngobrol nggak
dengan keluarga
K : Enakan diem, soalnya
mengganggu saya baca buku
|
P : Memandang K
K : Menunduk
K : Menunduk
P : Memperhatikan
|
P mengkaji peran keluarga
terhadap K
P mendapatkan data menarik
diri pada K
|
K mengingat aktivitasnya di
rumah
K menganggap ngobrol
mengganggu wahamnya
|
Menarik diri membuat K asyik
dengan dunianya sendiri
|
P : Bagaimana perasaan Pak
Ong sekarang?
K : Saraf, sakit saraf.
Kakak saya hidup lagi, itu dia.
|
P : Memandang K
K : Menunduk
K : Menggaruk-garuk kepala
P : Memperhatikan
|
P mengalihkan topik bahasan
P bingung harus ngobrol
tentang apa lagi
|
K bingung dengan pertanyaan
yang diberikan
K menjawab tentang
keadaannya
|
Pengalihan agar K tidak
larut dengan wahamnya
|
P : -
K : Dia sukses.
|
P : Memandang halaman
K : Ikut memandang halaman
K : Menunjuk ke halaman
P : Kaget dan memperhatikan
respon K
|
P memikirkan topik lain yang
terkait
P kaget karena kembali
menemukan adanya halusinasi pada K
|
K merenungkan keadaannya
K menikmati halusinasi
lihatnya
|
Diam berguna untuk
memikirkan interaksi selanjutnya
|
P : Pak Ong, kita tadi sudah
berkenalan, masih inget nggak nama saya?
K : Made
|
P : Memandang K
K : Menoleh
K : Memandang P dan
tersenyum
P : Memperhatikan
|
P ingin mengakhiri fase I
karena sudah cukup banyak data yang terkaji
P senang karena K ingat nama
P
|
K memperhatikan P
K mengingat-ingat nama P
|
Evaluasi fase I berhasil
jika K dapat mengingat nama P sehingga nantinya terjalin trust
|
P : Nah, saya senang sekali
bisa ngobrol dengan pak Ong. Bagaimana kalau selesai makan kita ngobrol lagi?
Sebentar saja kok, yach cukup 20 menit saja.
K : Boleh
|
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh dan tersenyum
K : Tersenyum
P : Tersenyum
|
P memberikan reinforcement
pada K
P senang karena K mau
menentukan kontrak berikutnya
|
K senang diberikan
reinforcement
K ikut menentukan kontrak
|
Kontrak berikutnya harus
ditentukan dan harus mendapatkan persetujuan klien agar klien ingat terhadap
kontrak
|
P : Nah kalau Pak Ong
setuju, nanti kita ngobrol tentang perasaan Pak Ong terhadap keluarga Pak
Ong. Sekalian saya periksa tekanan darahnya ya.
K : Ya, ya….
|
P : Memandang K
K : Menunduk
K : Mengangguk
P : Tersenyum
|
P menentukan topik dan
aktivitas pada kontrak berikutnya
P senang karena K setuju
dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
|
K memikirkan tentang
kegiatan yang ditawarkan
K setuju tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan
|
Kegiatan yang akan
dilaksanakan harus mendapat persetujuan K sehingga bila K keluar dari
kegiatan dimaksud, bisa diingatkan tentang batasan kegiatan sesuai kontrak
|
P : Terimakasih atas
kesediaan Pak Ong ngobrol dengan saya, selamat sore
K : Sore.
|
P : Menepuk bahu K dan
mengulurkan jabat tangan
K : Menoleh, menjabat tangan
P
K : Tersenyum lalu menunduk
P : Tersenyum
|
P menutup fase I
P senang karena K mau
berinteraksi dengan P
|
K menunjukkan rasa percaya
pada P
K menyambut salam P
|
Salam penutup merupakan
akhir fase yang harus dilakukan untuk mencegah tidak percaya pada klien
|
KESAN PERAWAT :
Fase awal yaitu fase I
(perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik.Klien cukup kooperatif walaupun
sering terganggu dengan halusinasinya. Data yang tergali adalah data mengenai
harga diri rendah kronik, halusinasi lihat, menarik diri, koping individu tidak
efektif, koping keluarga kurang efektif, flight of ideas dan ideal diri yang
tinggi. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima kontrak
tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase
berikutnya yaitu fase kerja.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RUANG RAWAT : R. Cendrawasih RSJ TANGGAL DIRAWAT : 26 Maret 1999
I.
IDENTITAS
KLIEN
Initial
: Tn. O. T. B.
Umur
: 56 Tahun
Informan
: Klien sendiri
Tanggal Pengkajian : 26 Maret 1999
RM
No
: -
II.
ALASAN MASUK
Klien mengatakan karena sakit
saraf
III.
FAKTOR
PREDISPOSISI
1.
Tidak pernah
mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien sudah dirawat sejak tahun 1983
2.
Pengobatan
sebelumnya tidak berhasil
3.
Aniaya
fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal
tidak ada
4.
Anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa : belum terkaji
5.
Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan : belum terkaji
IV.
FISIK
1. Tanda vital : TD 130/90 mmHg, N 84 x/menit, S 36,9 C, P 16 x/menit
2. Ukur : TB/BB belum terkaji
3. Keluhan fisik : Tidak ada
4. Masalah keperawatan : -
V.
PSIKOSOSIAL
1.
Genogram :
belum terkaji
2.
Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan puas terhadap tubuhnya
b. Identitas : Tidak ada gangguan
identitas
c. Peran : Klien tidak tahu perannya sebagai apa.
d. Ideal diri : Klien bercita-cita menjadi profesor, sehingga merasa harus
rajin baca buku. Klien merasa cita-citanya sudah tercapai sekarang (padahal
tidak)
e. Harga diri : Klien mengatakan
kakaknya sukses.
Masalah keperawatan :
-
Ideal diri
terlalu tinggi
-
Harga diri
rendah
3.
Hubungan
sosial
a. Orang yang berarti : Belum terkaji
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Belum terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau ngobrol
dengan sesama pasien atau dengan perawat, suka menyendiri.
Masalah keperawatan :
-
Isolasi
sosial : Menarik Diri
4.
Spiritual
a.
Nilai dan
keyakinan : Belum terkaji
b.
Kegiatan Ibadah : Belum terkaji
VI.
STATUS MENTAL
1.
Penampilan :
kurang rapi
Pasien berpakaian seadanya, celana bolong-bolong bekas rokok, kantung baju
coklat bekas tembakau yang berbau
Masalah
Keperawatan : Resiko kurangnya perawatan diri
2. Pembicaraan : Gagap, inkoheren
Pasien menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak jelas dan
terputus-putus, kadang-kadang tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan
Masalah Keperawatan : Gangguan pola komunikasi verbal
3.
Aktivitas
motorik : lemah dan lesu
Saat wawancara, pasien sedang duduk termenung dan memandang di kejauhan
serta terlihat loyo
Masalah Keperawatan : Kelemahan aktivitas
4.
Alam
perasaan : sedih
Ekpresi wajah pasien nampak sedih saat wawancara
Masalah Keperawatan : Depresi
5.
Afek : Datar
Afek pasien selama wawancara tidak terdapat perubahan yang berarti,
terkesan hambar
Masalah Keperawatan : Menarik diri
6.
Interaksi
selama wawancara : kontak mata kurang
Selama wawancara, pasien lebih banyak menunduk dan menjawab pertanyaan
dengan tidak melihat perawat
7.
Persepsi :
Halusinasi
Pasien mengatakan ia sering melihat kakaknya yang sudah mati tapi hidup
kembali dan lalu mereka ngobrol
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
8.
Proses pikir
: Flight of Ideas, Persevarasi
Pembicaraan klien tidak terarah dengan ide yang tidak nyambung satu sama
lain, klien sering mengulang pernyataan bahwa kakaknya hidup kembali
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi Sensori
9.
Isi pikir :
Waham kebesaran
Pasien mengaku dirinya sudah menjadi profesor dan guru besar di UI, ia juga
mengatakan bahwa situasi di dunia sudah perang semua
Masalah Keperawatan : Gangguan Orintasi Realitas : Waham Kebesaran
10. Tingkat kesadaran : CM, disorientasi waktu tempat dan orang tidak ada
Selama wawancara, pasien tampak sadar
Masalah Keperawatan : -
11. Memori : Ada gangguan daya ingat jangka panjang
Saat pasien diminta menyebutkan peristiwa di masa lalu, pasien tampak
bingung
Masalah Keperawan : Demensia
12. Tingkat konsetrasi dan berhitung : Mudah beralih, mampu berhitung sederhana
Sering saat wawancara klien menoleh ke satu arah, dan klien lupa pertanyaan
yang telah diberikan kepadanya
Masalah Keperawatan : Halusinasi lihat
13. Kemampuan penilaian : Belum terkaji
14. Daya tilik diri : Belum terkaji
VII.
KEBUTUHAN
PERSIAPAN PULANG
1.
Makan :
bantuan minimal
2.
BAB/BAK : bantuan minimal
3.
Mandi :
bantuan minimal
4.
Berpakaian/berhias
: bantuan minimal
5.
Istirahat dan tidur : tidak teratur, kegiatan sebelum tidur yaitu melamun
6.
Penggunaan
obat : bantuan minimal
7.
Pemeliharaan
kesehatan : belum terkaji
8.
Kegiatan dalam rumah : hanya berdiam diri saja
9.
Kegiatan di
luar rumah : tidak ada
Masalah
keperawatan : Koping keluarga kurang efektif
VIII.
MEKANISME
KOPING
Menghindari masalah, dan suka menyendiri
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
IX.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok : klien jarang bergaul dengan
sesama pasien, lebih senang menyendiri dan melamun
2. Masalah berhubungan dengan
lingkungan : teman-teman klien sesama pasien malas ngobrol dengan klien
3. Masalah berhubungan dengan pendidikan : klien mengatakan ia kuliah di
berbagai negara sehingga ia layak disebut professor
4. Masalah berhubungan dengan
pekerjaan : belum terkaji
5. Masalah berhubungan dengan perumahan : belum terkaji
6. Masalah berhubungan dengan ekonomi : belum terkaji
7. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan : belum terkaji
Masalah keperawatan :
- Isolasi sosial : menarik diri
- Waham kebesaran
X.
PENGETAHUAN
KURANG TENTANG
1. Penyakit jiwa
2. Koping
3. Sistem pendukung
4. Faktor presipitasi
Masalah keperawatan :
-
Kurang pengetahuan
XI.
ASPEK MEDIS
1.
Diagnosa
Medis : belum terkaji
2.
Therapi
Medik : belum terkaji
XII.
DAFTAR
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan harga diri : harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi lihat
4. Gangguan konsep diri : Ideal diri terlalu tinggi
5. Kurang pengetahuan
6. Gangguan orientasi realitas : Waham kebesaran
7. Koping individu tidak efektif
8. Koping keluarga tidak efektif
9. Gangguan komunikasi verbal
10. Resiko kurangnya perawatan
diri