Sabtu, 08 Juni 2013

ASKEP SKIZOFRENIA



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
                Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah keperawatan jiwa II mengenai SKIZOFRENIA dengan lancar tanpa ada aral yang melintang.
Tugas ini kami susun sebagai tugas tutorial keperawatan jiwa II dengan tujuan yang lebih khusus dari kelompok kami, untuk menambah pengetahuan dan mengenal lebih dalam tentang “SKIZOFRENIA”
            Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah mmbantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
            Kami juga menyampaikan  rasa terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi tugas ini serta arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
            Akhirnya, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca. Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini namun masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini dan tugas berikutnya.
            Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Yogyakarta, 15 April  2013

Penyusun






DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................................   1  
BAB II PEMBAHSAN
Konsep Keperawatan Maternitas
A.    Definisi ...............................................................................................................   2
B.     Etiologi ...............................................................................................................   2
C.     Gejala ..................................................................................................................   3  
D.    Penatalaksanaan ..................................................................................................   5
E.     Patofisiologi ........................................................................................................   8
F.      Dampak lebih lanjut..............................................................................................  9
G.    Kekambuhan (Relaps)..........................................................................................  9
H.    Askep ..................................................................................................................  10
BAB III PENUTUP
            Kesimpulan...............................................................................................................   13
DAFTAR PUSTAKA





















BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
----Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
---- ----Skizofrenia adalah sama-sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.
B.      Tujuan
1.       Mahasiswa mampu menjelaskan depinisi dari skizoprenia
2.       Mahasiswa mampu menyebutkan Penyebab skizofrenia
3.       Mahasiswa mampu menjelaskan Kenapa skizofrenia bisa berlanjut ke depresi
4.       Mahasiswa mampu menjelaskan sistem syaraf apa  yang terganggu sehingga menimbulkan skizofrenia?
5.       Mahasiswa mampu menjelaskan terapi modalitas pada skizofrenia
6.       Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme koping yang diberikan perawat pada pasien dan keluarganya?
7.       Mahasiswa mampu menjelaskan dampak lebih lanjut dari skizofrenia
8.       Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan cara kerja obat pada pasien skizofrenia
9.       Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa peran keluarga sangat penting dalam memberikan perawatan pada pasien skizofrenia
10.   Mahasiswa mampu penyebab tibulnya kekambuhan pada pasien skizofrenia








BAB II
PEMBAHASAAN
A.      Definisi
----Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan kepribadian seseorang yang reversible dan menuju kehancuran serta tidak berguna sama sekali ( Dep. Kes. , 1995 ).
Terjadinya serangan skizofrenia pada umumnya sebelum usia 45 tahun dan berlangsung paling sedikit 1 bulan. Penderita skizofrenia banyak ditemukan dikalangan golongan ekonomi rendah , sehingga hal ini diperkirakan merupakan factor predisposisi penyebab timbulnya skizofrenia (Dep. Kes., 1995 ).
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku pikiran yang terganggu, di mana berbagai pikiran tidak berhubung secara logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre. Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering sekali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi (Davison, 2006).
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia menyatakan bahwa skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas serta akibat yang tergantung pada perimbangan antara pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.




B.      Etiologi
Karena belum ada definisi yang pasti tentang skizofrenia , maka sampai saat ini etiologi skizofrenia masih belum jelas dan masih dan penelitian para sarjana. Kemungkinan besar skizofrenia adalah suatu gangguan yang heterogen. Yang menonjol pada gangguan skizofrenia adalah adanya stressor psikososial yang mendahuluinya. Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat tekanan tertentu dari lingkungan akan timbul gejala skizofrenia . Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori yaitu :
1). Teori Somatogenetik
Teori yang menganggap bahwa penyebab skizofrenia karena factor kelainan organik atau badaniyah .
2). Teori Psikogenik
Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan fungsional. Dan penyebab utamanya adalah konflik, stres psikologik dan hubungan antar manusia yang mengecewakan .Selain itu banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia. antara lain teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu interaksi beberapa gen penyebab skizofrenia . Dan ada pula teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh metabolisme yang disebut dengan “ inborn error of metabolissm “ (Maramis, 1980).
C.      Gejala
Gejala pokok dari skizofrenia dapat dikelompokkan menjadi empat gangguan pada :
1). Alam Pikiran
Gangguan alam pikiran pada penderita skizofrenia berupa gangguan bentuk arus pikiran dan gangguan isi pikiran (Roan , 1997). Pada penderita skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran dan yang terganggu terutama adalah proses asosiasi , yaitu :
a.       Penderita kadang-kadang mempunyai satu ide yang belum selesai diutarakan tetapi sudah timbul ide yang lainnya.
b.      Penderita skizofrenia tidak jarang menggunakan arti simbolik , sehingga jalan pikiran penderita skizofrenia tidak dapat diikuti dan dimengerti oleh orang lain.
c.       Pada penderita skizofrenia sering juga ditemukan apa yang disebut dengan bloking, yaitu isi pikiran yang kadang-kadang berhenti dan tidak timbul ide lagi.
d.       Gejala lain adalah halusinasi yaitu penderita merasa ada suara-suara ditelinganya.
e.      Cara berpikir yang aneh (ambivalensi).
f.         Adanya waham yang menguasai dirinya .
g.       Merasa dirinya tidak sakit dan merasa dirinya paling benar (egosentris ). ( Yusuf dan Ismed, 1991 ).
2). Daya Tanggap ( Perseption )
Gangguan daya tanggap sebagai suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat terjadi ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari suatu stimulus dari luar. Ataupun suatu tanggapan tanpa adanya rangsang dari luar. Gangguan utama dari gangguan persepsi ini adalah berbagai jenis halusinasi benar ( Roan , 1997 ).
3). Alam Perasaan
Pada awal dari gangguan suasana penderita, biasanya lebih peka dari orang normal. Yang tampak adalah penderita mudah tersinggung, mudah marah dan peka terhadap hal-hal yang kecilkecil yang seharusnya tidak perlu tersinggung atau marah. Pada keadaan gangguan lebih lanjut atau lebih parah, suasana penderita justru akan acuh terhadap sekitarnya (Yusuf dan Ismed, 1991). Gangguan perasaan atau emosi pada penderita skizofrenia dapat digolongkan dalam dua hal yaitu :
a.       Gangguan alam perasaan.
b.      Gangguan pengungkapan perasaan.
Pada kehidupan sehari-hari gangguan perasaan tersebut tampak dalam tingkah laku., biasanya di ekspresikan sebagai :
a.       Riang gembira ( nood elevasion ).
b.       Sedih ( depression ).
c.       Hilang akal ( perplekxity ).
d.       Emosi berlebihan.
e.      Hilangnya emosional rapport.
f.        . Ambivalaensi ( terpecah-pecahnya kepribadian ). ( Hardiman , 1988 ).
4). Gangguan Tingkah Laku
Gangguan tingkah laku ( psikomotor ) yang beraneka ragam sering terlihat , khususnya pada bentuk serangan akut dan nyata. Tingkah laku penderita skizofrenia sering aneh dan tidak dapat dimengerti . seperti :
a.       Dapat terjadi pengurangan hebat dari reaktivitas terhadap lingkungan yang berupa berkurangnya pergerakan dan aktivitas spontan, penderita akan bersikap kaku dan menolak usaha-usaha untuk menggerakkannya.
b.       Gerakan motorik yang berlebihan ( exited ), dan nampak tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh stimulus luar ( seperti ada kegaduhan / furor katatonik ).
Banyak sekali tingkah laku yang dapat ditemukan pada penderita skizofrenia, tetapi yang paling sering adalah :
a.       Gaduh gelisah ( exitement ).
b.       Stupor.
c.       Tingkah laku impulsive.( Wibisono, S. 1998 ).

D.      Penatalaksanaan Skizofrenia
1.       Terapi Somatik (Medikamentosa)
---   -                              Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).3,4,5,6
a.       Antipsikotik Konvensional3,4,5,6
---                           -Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
·         Haldol (haloperidol)
·          Stelazine ( trifluoperazine)
·         Mellaril (thioridazine)
·         Thorazine ( chlorpromazine)
·         Navane (thiothixene)
·         Trilafon (perphenazine)
·         Prolixin (fluphenazine)
----                   Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
b.      Newer Atypcal Antipsycotic
---                           -Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
·         Risperdal (risperidone)
·         Seroquel (quetiapine)
·         Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.
c.       Clozaril
----                         Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil. Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran1,2,3,8

No Nama generik                     Sediaan                                Dosis
1.       Klorpromazin                     Tablet 25 dan                     100 mg,
injeksi 25 mg/ml               150 - 600 mg/hari
2.       Haloperidol                         Tablet 0,5 mg, 1,5 mg,5 mg
Injeksi 5 mg/ml                 5 - 15 mg/hari
3.        Perfenazin                         Tablet 2, 4, 8 mg               12 - 24 mg/hari
4.       Flufenazin                           Tablet 2,5 mg, 5 mg         10 - 15 mg/hari
5.       Flufenazin dekanoat       Inj 25 mg/ml                       25 mg/2-4 minggu
6.       Levomeprazin                   Tablet 25 mg
Injeksi 25 mg/ml               25 - 50 mg/hari
7.        Trifluperazin                      Tablet 1 mg dan 5 mg     10 - 15 mg/hari
8.        Tioridazin                            Tablet 50 dan 100 mg      150 - 600 mg/hari
9.       Sulpirid                                 Tablet 200 mg                    300 - 600 mg/hari 1 -4 mg/hari
Injeksi 50 mg/ml
10.    Pimozid                               Tablet 1 dan 4 mg            1 - 4 mg/hari
11.    Risperidon                         Tablet 1, 2, 3 mg               2 - 6 mg/hari
2.       Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku2
---                           -Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga2
----                         Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
----                         Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
---                           -Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
---                           -Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
---                           -Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
E.      Patofisiologi
Secara terminologi, schizophrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalahkepribadian. Scizophrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar padakepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal.Meskipun demikian kesadaran yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu,mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial dan waktu senggang).
Patofisiologi schizophrenia dihubungkan dengan genetic dan lingkungan. Faktor geneticdan lingkungan saling berhubungan dalam patofisiologi terjadinya schizophrenia.Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT, Glutamat, peptide,norepinefrin (Price, 2006). Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas system dopaminergik (hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik → berkaitan dengan gejala positif, danhipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal → bertanggungjawab terhadap gejalanegatif dan gejala ekstrapiramidal) Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2(D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasienskizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik yangbertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan peningkatan aktivitas serotonergik akanmenurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang bertanggung-jawab terhadapgejala negatif (Ikawati, 2009).

F.       Dampak lebih lanjut
Dampak Penderita Skizofrenia Pada saat penyakitnya berkembang lebih lanjut dan akibat psikososialnya meningkat, dapat berakibat depresi sekunder dan timbul gagasan bunuh diri. Pasien seperti ini berada dalam resiko tinggi bukan karena psikosisnya itu tetapi akibat demoralisasi yang terasa.Banyak gejala akut dan gejala yang lebih dramatik hilang dengan berjalannya waktu, tetapi pasien secara kronis membutuhkan perlindungan atau menghabiskan waktunya bertahun-tahun di rumah sakit jiwa. Keterlibatan dengan hukum untuk pelanggaran ringan sering terjadi (misal, menggelandang atau mengganggu kedamaian) dan sering dikaitkan dengan penyalahgunaan obat. Sebagian kecil pasien menjadi dimensia kemudian secara keseluruhan harapan hidupnya memendek terutama akibat kecelakaan, bunuh diri, dan ketidakmampuan merawat diri (Tomb, 2002)
Derajat keparahan pada skizofrenia dipercepat oleh penyalahgunaan obat. Ketergantungan terhadap zat kimia mengenai hampir separohnya pasien skizofrenia dalam beberapa situasi dan mempunyai dampak merusak baik secara langsung maupun tidak langsung (Kaplan,1998).
G.     Kekambuhan ( relaps )
Relaps padas kizofrenia Relaps atau kambuh merupakan kondisi dimana pasien kembali menunjukan gejala-gejala skizofrenia setelah keluar dari rumah sakit. Penderita yang mengalami relaps diikuti oleh pemburukan sosial lebih lanjut pada fungsi dasar pasien. Peningkatan angka relaps berhubungan secara bermakna dengan emosi yang berlebihan di lingkungan rumah, terutama dalam di dalam keluarga yang tidak harmonis, ketidaktahuan keluarga dalam menghadapi penderita dan juga pengobatan yang adekuat yang dilakukan oleh keluarga terhadap penderita, (Kaplan, 1998). Secara umum, istilah relaps ditujukan untuk gejala perburukan atau rekuensi gejala positif daripada gejala negatif ( Simanjutak, 2008).
Skizofrenia memerlukan rehabilitasi intensif, sosial, industrial, dan jumlah rangsangan harus cocok dengan kebutuhan individu. Rangsangan yang berlebihan telah terbukti menyebabkan kekambuhan, sedangkan rangsangan yang terlalu kecil terbukti meneruskan penarikan diri dan kronitas, relaps (kekambuhan) seringkali timbul setelah adanya peningkatan “peristiwa hidup”. Kebanyakan dari pasien mengalami peristiwa hidup itu dengan frekuensi tinggi dalam tiga minggu sebelum kambuh dan hal ini akan terjadi lebih sering bila pasien menjadi sasaran permusuhan dalam konflik keluarga. Anggota keluarga dapat bereaksi negative terhadap anggota keluarga lainnya yang menderita skizofrenia yaitu dengan menunjukkan sikap bingung, marah, tidak mengerti, bermusuhan, overprotektif. Reaksi keluarga ini disebut sebagai “high expressed emotion” (HEE). Keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah dikatakan sebagai keluarga yang supportif, menunjukkan simpati, kasih sayang, perhatian, tanpa menjadi overprotektif. Pasien yang tinggal dengan keluarga yang memiliki ekspresi emosi yang tinggi memiliki resiko terjadinya relaps makin besar. Jika keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan (EE) secara berlebihan, misalnya pasien sering diomeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan-aturan yang berlebihan, maka kemungkinan kambuh juga akan semakin besar. Jika pasien tidak mendapat neuropletik (obat). Angka kekambuhan di rumah dengan EE rendah dan pasien minum obat teratur, sebesar 12%; dengan EE rendah dan tanpa obat 42%; EE tinggi tanpa obat, angka kekambuhan 92%(riset oleh Leff dan Wing dalam Sani, 2002)
Program perawatan secara menyeluruh dengan mengombinasikan terapi obat dengan terapi psikologis serta terapi psikososial ternyata terbukti secara signifikan bisa mengurangi kekambuhan, sehingga jika yang terjadi sebaliknya maka kekambuhan akan seringkali muncul. Kebanyakan pasien akan mencapai plateu (kelelahan, kehilangan motivasi), lebih mengerti tentang gangguannya, dan tidak memerlukan hospitalisasi karena eksaserbasi bila perawatan jalannya dilaksanakan dengan baik namun demikian, keruntuhan pada sistem pendukungnya, seperti kematian salah seorang orangtuanya, dapat berakibat kambuhnya yang hebat (Kaplan, 1998).


H.     Askep
Kasus
Seorang laki-laki berusia 25 tahun, datang ke IGD dengan diagnosa medis axis:F20, dibawa kerumah sakit karena merusak barng- barang dirumah. Saat ini pasien tanpak bicara sendiri, tidak berespon ketika ditaya, cendrung diam tatapan mata tajam, mondar mandir, dan bersikap menyerang jika didekati. Keluarga mengatakan 2 bualn sebelumnya di PHK dan mulai sjak itu tidak mau minum obat, 3 hari yang lalu perilakunya mulai berubah, bicara sendiri, nyayi- nyanyi, teriak-triak, tidak mau merawat diri, dan jarang tidur. Ini adalh kekambuhan yang kedua kalinya. Tantenya mengalami gangguan jiwa. Pasien belum menikah, pendidikan SMP, dan kepribadian tertutup.
Pengkajian :
Identitas Pasien :
Nama                    : Tn x
Umur                    : 25 th
Pendidikan         : SMP
Pekerjaan           : Tidak Bekerja
Marital                  : Belum Menikah
Jenis Kelamin     : Laki-laki

Aksis 1 : F20
Aksis 2 : - Pasien tampak bicara sendiri
-     Pasien tidak berespon ketika ditanya
-     Pasien cenderung diam tatapan mata tajam
-     Pasien mondar-mandir
-     Pasien bersikap menyerang jika didekati
Aksis 3 : Tidak terdiagnosa
Aksis 4 : 2 bulan sebelumnya di PHK
Aksis 5 : GAF 20-11 ( Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri )
Alasan masuk rumah sakit : Merusak barang-barang di rumah
Terapi Medis :
1.       Konvensional,  atau tipikal antipsikotik. Pengobatan ini umumnya efektif dalam mengelola gejala-gejala positif schizophrenia. Pengobatan ini kerap dan berpotensi menimbulkan efek samping neurologis, termasuk kemungkinan tardive dyskinesia atau gerakan menyentak tanpa sadar. Kelompok pengobatan ini termasuk:
•   Haloperidol(Haldol)
•   Thioridazine
•   Fluphenazine
Tipikal antipsikotik ini umumnya harganya lebih murah dari obat lain yang terbaru, khususnya untuk obat generik, yang amat pantas dipertimbangkan khususnya untuk pengobatan jangka panjang jika diperlukan.
2.         Generasi baru, atau disebut juga atipikal antipsikotik. Pengobatan antipsikotik terbaru ini positif dalam mengelola gejala negatif dan positif. Yang termasuk obat jenis ini antaralain:
•   Clozapine(Clozaril)
•   Risperidone(Risperdal)
•   Olanzapine(Zyprexa)
•   Quetiapine(Seroquel)
•   Ziprasidone(Geodon)
•   Aripiprazole(Abilify)
•    Paliperidone (Invega)
Faktor presipitasi :
Faktor presipitasi biologis             : Putus minum obat
Faktor presipitasi psikologis         : Riwayat penyakit sebelumnya
Faktor presipitasi sosial                 : 2 bulan sebelumnya di PHK
Faktor predisposisi :
Faktor presipitasi biologis             : Tantenya mengalami gangguan jiwa
Faktor presipitasi psikologis         :  Kepribadian tertutup
Faktor presipitasi sosial                 : - Belum menikah
-Pendidikan SMP
Analisis Data
DATA
MASALAH KEPERAWATAN
DS : - 3 hari yang lalu perilakunya mulai berubah, bicara sendiri, nyanyi-nyanyi, teriak-teriak
DO : - Pasien bersikap menyerang jika di dekati
 Perilaku kekerasan terhadap orang lain
DS  : - 3 hari yang lalu perilakunya mulai berubah, bicara sendiri, nyanyi-nyanyi, teriak-teriak, tidak mau merawat diri  dan jarang tidur.
DO : - Pasien tampak bicara sendiri
- Pasien tidak berespon ketika ditannya
- Pasien cenderung diam tatapan mata tajam
- pasien mondar-mandir dan bersikap menyerang jika didekati
Ketidakefektifan koping individu

Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1.       Ketidakefektifan Koping
2.       Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
 NCP

Dx Keperawatan
Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi
Tujuan
Tindakan Keperawatan
Rasionalisasi
1.        
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam: Klien mampu menggunakan mekanisme koping, dengan kriteria hasil :
·         Coping
-   Klien mampu mengidentifikasi ketidakefektifan pola koping ( 2 )
-   Klien mampu mengontrol perasaan dengan mengungkapkan secara verbal ( 2 )
-   Klien mampu menggunakan strategi koping yang effektive (3)
-   Klien mampu melaporkan kenaikan kenyamanan secara psikologi ( 3 )
Coping Enhancement
-bina hubungan saling percaya


- Ajari pasien untuk mengembangkan penilaian secara objektif terhadap peristiwa





-Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain
- Nilai dan diskusikan respon alternatif terhadap situasi


- dorong aktivitas sosial dan kelompok


-  Untuk memperlancar komunikasi

- Mengajari pasien untuk berfikir secara realistik terhadap peristiwa yang terjadi. Seperti memahami hubungan antara kenyataan dan logika


-Pasien skizofrenia kesulitan dalam mengidentifikasi respon positif dari orang lain
- Di perlukan respon alternatif sehingga pasien dapat menerima perilaku posif


- Kemampuan --- interaksi sosial yang baik akan maningkatkan harga diri melalui penguatan sosial. Berupa dukungan dan penerimaan dari lingkungan sosial
mengjarkan pasien untuk mengembangkan penilaian secara objektif terhadap peristiwa
Tgl :12 april 2013 
Pkl. 09.00
S : klien mengatakan sudah mulai mampu mengidentifikasi masalahnya  
O: kien terlihat mulai mampu mengidentifikasi masalahnya
A: mekanisme koping individu teratasi sebagian
P:
 Perawat :
-bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain
-   Evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
Pasien :  - lakukan tindakan yang sudah diajarkan
2.        
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 2 x 24:
Klien mampu mengontrol rasa marahnya
, dengan kriteria hasil :
·      Aggression Self Control
-   Klien mampu menggidentifikasi  ketika akan marah (3)
-   Klien mampu menggidentifikasi penyebab terjadinya penyerangan
( 3 )
-   Klien mampu mengontrol apabila terdorong hatinya untuk memukul ( 2 )
-   Klien mampu menahan diri dari rasa ingin menyerang orang lain ( 2 )

Behavior Management
-Komunikasikan harapan agar pasien dapat mengontrol perilakunya




- Hindari dari debat / tawar menawar tentang penetapan batas perilaku dengan pasien



- Tetapkan rutinitas





- Tingkatkan aktivitas fisik dengan tepat








- Gunakan suara bicara dengan pelan dan lembut





- Hindari gangguan









- Beri perhatian secara tidak langsung untuk mengatasi sumber rasa marah










- Abaikan perilaku yang tidak tepat


-    Ajarkan pasien cara mengontrol marah dengan cara nafas dalam dan memukul bantal


- Mengkomunikasikan dengan pasien tentang perilakunya dengan harapan pasien dapat mengubah perilaku negatifnya
- Perdebadatan dan tawar menawar hanya akan memicu timbulnya perilaku maladaptif pasien
- Misalnya dengan membuat JKH sesuai rutinitas yang diinginkan pasien
- Misalnya seperti berolah raga, berkebun agar kekuatan fisik yang dimilikinya dapat tersalurkan kehal-hal yang bermanfaat
- Melakukan komunikasi yang terapeutik kepada pasien agar pasien merasa nyaman

- Jauhkan pasien dari suasana yang bising dan tidak kondusif karena itu dapat memicu timbulnya sikap maladaptif pasien
- Dengan cara membina hubungan saling percaya dengan pasien, mengkaji saat marahnya timbul, mengajarkan cara mengontrol marah secara verbal dengan sharing dengan orang laindan berlatih asertif
- untuk mengalihkan rasa marah


-  untuk mengendalikan kemarahan klien tidak menyakititi dirinya sendiri dan orang lain


- mengajarkan klien cara mengontrol marah dengan cara nafas dalam dan memukul bantal
Tgl:12 April 2013
Pkl: 09.00
S: klien mengatakan merasa lebih tenang dengan napas dalam dan memukul bantal apabila akan marah
O: klien terlihat mampu mengontrol marah dengan napas dalam dan memukul bantal
A: perilaku mencederai diri teratasi sebagian
P:
perawat: bantu klien mengatasi masalah dengan cara napas dalm dan memukul bantal
-   Evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
Pasien :  - lakukan tindakan yang sudah diajarkan



























BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
B.      SARAN
REFERENSI
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar