KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Pertama-tama kami panjatkan puja dan
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah keperawatan jiwa II mengenai
“
SKIZOFRENIA ” dengan
lancar tanpa ada aral yang melintang.
Tugas ini kami
susun sebagai tugas
tutorial
keperawatan jiwa II dengan
tujuan yang lebih khusus dari kelompok kami, untuk menambah pengetahuan dan mengenal lebih
dalam tentang “SKIZOFRENIA”
Pada
kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mmbantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami
juga menyampaikan rasa terimakasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberi tugas ini serta arahan dan bimbingan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Akhirnya, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca. Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan
makalah ini namun masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan tugas berikutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 15 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHSAN
Konsep Keperawatan Maternitas
A. Definisi
............................................................................................................... 2
B. Etiologi
............................................................................................................... 2
C. Gejala .................................................................................................................. 3
D. Penatalaksanaan .................................................................................................. 5
E.
Patofisiologi ........................................................................................................ 8
F.
Dampak lebih lanjut.............................................................................................. 9
G.
Kekambuhan (Relaps).......................................................................................... 9
H.
Askep
.................................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
----Skizofrenia merupakan suatu
deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating")
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang
jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
---- ----Skizofrenia adalah sama-sama
prevalensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi, dua jenis kelamin tersebut
menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai
onset lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai
25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia
sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.
B.
Tujuan
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan
depinisi dari skizoprenia
2.
Mahasiswa mampu menyebutkan Penyebab skizofrenia
3.
Mahasiswa mampu menjelaskan Kenapa skizofrenia
bisa berlanjut ke depresi
4.
Mahasiswa mampu menjelaskan sistem syaraf
apa yang terganggu sehingga menimbulkan
skizofrenia?
5.
Mahasiswa mampu menjelaskan terapi modalitas
pada skizofrenia
6.
Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme koping
yang diberikan perawat pada pasien dan keluarganya?
7.
Mahasiswa mampu menjelaskan dampak lebih lanjut
dari skizofrenia
8.
Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dan cara
kerja obat pada pasien skizofrenia
9.
Mahasiswa mampu menjelaskan mengapa peran
keluarga sangat penting dalam memberikan perawatan pada pasien skizofrenia
10.
Mahasiswa mampu penyebab tibulnya kekambuhan
pada pasien skizofrenia
BAB II
PEMBAHASAAN
A.
Definisi
----Skizofrenia merupakan suatu
deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating")
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya.
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan
psikologi dengan gangguan dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir
yang ditandai dengan proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga
terjadi perubahan kepribadian seseorang yang reversible dan menuju kehancuran
serta tidak berguna sama sekali ( Dep. Kes. , 1995 ).
Terjadinya
serangan skizofrenia pada umumnya sebelum usia 45 tahun dan berlangsung paling
sedikit 1 bulan. Penderita skizofrenia banyak ditemukan dikalangan golongan
ekonomi rendah , sehingga hal ini diperkirakan merupakan factor predisposisi
penyebab timbulnya skizofrenia (Dep. Kes., 1995 ).
Skizofrenia adalah
gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan
perilaku pikiran yang terganggu, di mana berbagai pikiran tidak berhubung
secara logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek yang datar atau tidak
sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre. Pasien
skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering sekali masuk ke
dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi (Davison, 2006).
Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia menyatakan bahwa skizofrenia
merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan
penyakit yang luas serta akibat yang tergantung pada perimbangan antara
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
B.
Etiologi
Karena belum ada definisi yang pasti
tentang skizofrenia , maka sampai saat ini etiologi skizofrenia masih belum jelas
dan masih dan penelitian para sarjana. Kemungkinan besar skizofrenia adalah
suatu gangguan yang heterogen. Yang menonjol pada gangguan skizofrenia adalah
adanya stressor psikososial yang mendahuluinya. Seseorang yang mempunyai
kepekaan spesifik bila mendapat tekanan tertentu dari lingkungan akan timbul
gejala skizofrenia . Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori
yaitu :
1). Teori Somatogenetik
Teori yang menganggap bahwa penyebab
skizofrenia karena factor kelainan organik atau badaniyah .
2). Teori Psikogenik
Teori yang
menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan fungsional. Dan penyebab
utamanya adalah konflik, stres psikologik dan hubungan antar manusia yang mengecewakan
.Selain itu banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia.
antara lain teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu
interaksi beberapa gen penyebab skizofrenia . Dan ada pula teori yang
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh metabolisme yang disebut dengan “
inborn error of metabolissm “ (Maramis, 1980).
C.
Gejala
Gejala pokok dari skizofrenia dapat dikelompokkan menjadi empat gangguan
pada :
1). Alam Pikiran
Gangguan
alam pikiran pada penderita skizofrenia berupa gangguan bentuk arus pikiran dan
gangguan isi pikiran (Roan , 1997). Pada penderita skizofrenia inti gangguan
memang terdapat pada proses pikiran dan yang terganggu terutama adalah proses
asosiasi , yaitu :
a.
Penderita kadang-kadang mempunyai satu ide
yang belum selesai diutarakan tetapi sudah timbul ide yang lainnya.
b.
Penderita skizofrenia tidak jarang menggunakan
arti simbolik , sehingga jalan pikiran penderita skizofrenia tidak dapat
diikuti dan dimengerti oleh orang lain.
c.
Pada penderita skizofrenia sering juga
ditemukan apa yang disebut dengan bloking, yaitu isi pikiran yang kadang-kadang
berhenti dan tidak timbul ide lagi.
d.
Gejala
lain adalah halusinasi yaitu penderita merasa ada suara-suara ditelinganya.
e.
Cara berpikir yang aneh (ambivalensi).
f.
Adanya
waham yang menguasai dirinya .
g.
Merasa dirinya tidak sakit dan merasa dirinya
paling benar (egosentris ). ( Yusuf dan Ismed, 1991 ).
2). Daya Tanggap ( Perseption )
Gangguan
daya tanggap sebagai suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat
terjadi ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari suatu stimulus dari
luar. Ataupun suatu tanggapan tanpa adanya rangsang dari luar. Gangguan utama
dari gangguan persepsi ini adalah berbagai jenis halusinasi benar ( Roan , 1997
).
3). Alam Perasaan
Pada awal
dari gangguan suasana penderita, biasanya lebih peka dari orang normal. Yang
tampak adalah penderita mudah tersinggung, mudah marah dan peka terhadap
hal-hal yang kecilkecil yang seharusnya tidak perlu tersinggung atau marah. Pada
keadaan gangguan lebih lanjut atau lebih parah, suasana penderita justru akan acuh
terhadap sekitarnya (Yusuf dan Ismed, 1991). Gangguan perasaan atau emosi pada
penderita skizofrenia dapat digolongkan dalam dua hal yaitu :
a.
Gangguan alam perasaan.
b.
Gangguan pengungkapan perasaan.
Pada
kehidupan sehari-hari gangguan perasaan tersebut tampak dalam tingkah laku.,
biasanya di ekspresikan sebagai :
a.
Riang gembira ( nood elevasion ).
b.
Sedih (
depression ).
c.
Hilang akal ( perplekxity ).
d.
Emosi
berlebihan.
e.
Hilangnya emosional rapport.
f.
. Ambivalaensi ( terpecah-pecahnya kepribadian
). ( Hardiman , 1988 ).
4). Gangguan Tingkah Laku
Gangguan
tingkah laku ( psikomotor ) yang beraneka ragam sering terlihat , khususnya
pada bentuk serangan akut dan nyata. Tingkah laku penderita skizofrenia sering
aneh dan tidak dapat dimengerti . seperti :
a.
Dapat terjadi pengurangan hebat dari
reaktivitas terhadap lingkungan yang berupa berkurangnya pergerakan dan
aktivitas spontan, penderita akan bersikap kaku dan menolak usaha-usaha untuk menggerakkannya.
b.
Gerakan
motorik yang berlebihan ( exited ), dan nampak tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi
oleh stimulus luar ( seperti ada kegaduhan / furor katatonik ).
Banyak
sekali tingkah laku yang dapat ditemukan pada penderita skizofrenia, tetapi
yang paling sering adalah :
a.
Gaduh gelisah ( exitement ).
b.
Stupor.
c.
Tingkah laku impulsive.( Wibisono, S. 1998 ).
D.
Penatalaksanaan Skizofrenia
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)
--- - Obat-obatan yang digunakan
untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja
mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada
Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat
mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi
obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama
diperkenalkan 50 tahun
yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mngobati
Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu
antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril
(Clozapine).3,4,5,6
a. Antipsikotik Konvensional3,4,5,6
--- -Obat
antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun
sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius.
Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
·
Haldol (haloperidol)
·
Stelazine ( trifluoperazine)
·
Mellaril (thioridazine)
·
Thorazine ( chlorpromazine)
·
Navane (thiothixene)
·
Trilafon (perphenazine)
·
Prolixin (fluphenazine)
---- Akibat
berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak
ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
b.
Newer Atypcal Antipsycotic
--- -Obat-obat
yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda,
serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik
konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia,
antara lain :
·
Risperdal (risperidone)
·
Seroquel (quetiapine)
·
Zyprexa (olanzopine)
Para
ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan
Skizofrenia.
c. Clozaril
---- Clozaril
mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril
dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping
yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),
Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar
sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril
bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil. Sediaan
Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran1,2,3,8
No
Nama generik Sediaan Dosis
1.
Klorpromazin Tablet
25 dan 100 mg,
injeksi
25 mg/ml 150 - 600 mg/hari
2.
Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg,5
mg
Injeksi
5 mg/ml 5 - 15 mg/hari
3.
Perfenazin Tablet
2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari
4.
Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari
5.
Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
6.
Levomeprazin Tablet 25 mg
Injeksi
25 mg/ml 25 - 50 mg/hari
7.
Trifluperazin Tablet
1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari
8.
Tioridazin Tablet
50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari
9.
Sulpirid Tablet 200 mg 300 - 600 mg/hari 1 -4 mg/hari
Injeksi
50 mg/ml
10.
Pimozid
Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari
11.
Risperidon Tablet
1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari
2. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku2
--- -Teknik
perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan
kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat
ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di
rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang
seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh
aneh dapat diturunkan.
b. Terapi
berorintasi-keluarga2
---- Terapi
ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap
hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam
terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.
Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya
yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana
yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat
skizofreniadan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
---- Ahli
terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi
keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol,
penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi
keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
--- -Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan
dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,
terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok
efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin
dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling
membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
--- -Penelitian
yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien
skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien
sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi
seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
--- -Hubungan
antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan
pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien
skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan
dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang
mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,
kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih
disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang
merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak
tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
E.
Patofisiologi
Secara terminologi, schizophrenia
berarti skizo adalah pecah dan frenia adalahkepribadian. Scizophrenia adalah
sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar padakepribadian, distorsi
perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal.Meskipun
demikian kesadaran yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak
terganggu,mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial dan
waktu senggang).
Patofisiologi schizophrenia dihubungkan
dengan genetic dan lingkungan. Faktor geneticdan lingkungan saling berhubungan
dalam patofisiologi terjadinya schizophrenia.Neurotransmitter yang berperan
dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT, Glutamat, peptide,norepinefrin (Price,
2006). Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas system
dopaminergik (hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik → berkaitan
dengan gejala positif, danhipodopaminergia pada sistem mesocortis dan
nigrostriatal → bertanggungjawab terhadap gejalanegatif dan gejala ekstrapiramidal)
Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2(D2) yang akan
dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasienskizoprenia.
Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik
yangbertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan peningkatan aktivitas
serotonergik akanmenurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang
bertanggung-jawab terhadapgejala negatif (Ikawati, 2009).
F. Dampak lebih lanjut
Dampak Penderita
Skizofrenia Pada saat penyakitnya berkembang lebih lanjut dan akibat
psikososialnya meningkat, dapat berakibat depresi sekunder dan timbul gagasan
bunuh diri. Pasien seperti ini berada dalam resiko tinggi bukan karena
psikosisnya itu tetapi akibat demoralisasi yang terasa.Banyak gejala akut dan
gejala yang lebih dramatik hilang dengan berjalannya waktu, tetapi pasien
secara kronis membutuhkan perlindungan atau menghabiskan waktunya
bertahun-tahun di rumah sakit jiwa. Keterlibatan dengan hukum untuk pelanggaran
ringan sering terjadi (misal, menggelandang atau mengganggu kedamaian) dan
sering dikaitkan dengan penyalahgunaan obat. Sebagian kecil pasien menjadi
dimensia kemudian secara keseluruhan harapan hidupnya memendek terutama akibat
kecelakaan, bunuh diri, dan ketidakmampuan merawat diri (Tomb, 2002)
Derajat keparahan pada skizofrenia dipercepat oleh penyalahgunaan obat. Ketergantungan terhadap zat kimia mengenai hampir separohnya pasien skizofrenia dalam beberapa situasi dan mempunyai dampak merusak baik secara langsung maupun tidak langsung (Kaplan,1998).
Derajat keparahan pada skizofrenia dipercepat oleh penyalahgunaan obat. Ketergantungan terhadap zat kimia mengenai hampir separohnya pasien skizofrenia dalam beberapa situasi dan mempunyai dampak merusak baik secara langsung maupun tidak langsung (Kaplan,1998).
G. Kekambuhan
( relaps )
Relaps padas
kizofrenia Relaps atau kambuh merupakan kondisi dimana pasien kembali
menunjukan gejala-gejala skizofrenia setelah keluar dari rumah sakit. Penderita
yang mengalami relaps diikuti oleh pemburukan sosial lebih lanjut pada fungsi
dasar pasien. Peningkatan angka relaps berhubungan secara bermakna dengan emosi
yang berlebihan di lingkungan rumah, terutama dalam di dalam keluarga yang
tidak harmonis, ketidaktahuan keluarga dalam menghadapi penderita dan juga
pengobatan yang adekuat yang dilakukan oleh keluarga terhadap penderita,
(Kaplan, 1998). Secara umum, istilah relaps ditujukan untuk gejala perburukan
atau rekuensi gejala positif daripada gejala negatif ( Simanjutak, 2008).
Skizofrenia memerlukan
rehabilitasi intensif, sosial, industrial, dan jumlah rangsangan harus cocok
dengan kebutuhan individu. Rangsangan yang berlebihan telah terbukti
menyebabkan kekambuhan, sedangkan rangsangan yang terlalu kecil terbukti
meneruskan penarikan diri dan kronitas, relaps (kekambuhan) seringkali timbul
setelah adanya peningkatan “peristiwa hidup”. Kebanyakan dari pasien mengalami
peristiwa hidup itu dengan frekuensi tinggi dalam tiga minggu sebelum kambuh
dan hal ini akan terjadi lebih sering bila pasien menjadi sasaran permusuhan
dalam konflik keluarga. Anggota keluarga dapat bereaksi negative terhadap
anggota keluarga lainnya yang menderita skizofrenia yaitu dengan menunjukkan
sikap bingung, marah, tidak mengerti, bermusuhan, overprotektif. Reaksi
keluarga ini disebut sebagai “high expressed emotion” (HEE). Keluarga dengan
ekspresi emosi yang rendah dikatakan sebagai keluarga yang supportif,
menunjukkan simpati, kasih sayang, perhatian, tanpa menjadi overprotektif.
Pasien yang tinggal dengan keluarga yang memiliki ekspresi emosi yang tinggi
memiliki resiko terjadinya relaps makin besar. Jika keluarga skizofrenia
memperlihatkan emosi yang diekspresikan (EE) secara berlebihan, misalnya pasien
sering diomeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan-aturan yang berlebihan,
maka kemungkinan kambuh juga akan semakin besar. Jika pasien tidak mendapat
neuropletik (obat). Angka kekambuhan di rumah dengan EE rendah dan pasien minum
obat teratur, sebesar 12%; dengan EE rendah dan tanpa obat 42%; EE tinggi tanpa
obat, angka kekambuhan 92%(riset oleh Leff dan Wing dalam Sani, 2002)
Program perawatan secara menyeluruh dengan mengombinasikan terapi obat dengan terapi psikologis serta terapi psikososial ternyata terbukti secara signifikan bisa mengurangi kekambuhan, sehingga jika yang terjadi sebaliknya maka kekambuhan akan seringkali muncul. Kebanyakan pasien akan mencapai plateu (kelelahan, kehilangan motivasi), lebih mengerti tentang gangguannya, dan tidak memerlukan hospitalisasi karena eksaserbasi bila perawatan jalannya dilaksanakan dengan baik namun demikian, keruntuhan pada sistem pendukungnya, seperti kematian salah seorang orangtuanya, dapat berakibat kambuhnya yang hebat (Kaplan, 1998).
Program perawatan secara menyeluruh dengan mengombinasikan terapi obat dengan terapi psikologis serta terapi psikososial ternyata terbukti secara signifikan bisa mengurangi kekambuhan, sehingga jika yang terjadi sebaliknya maka kekambuhan akan seringkali muncul. Kebanyakan pasien akan mencapai plateu (kelelahan, kehilangan motivasi), lebih mengerti tentang gangguannya, dan tidak memerlukan hospitalisasi karena eksaserbasi bila perawatan jalannya dilaksanakan dengan baik namun demikian, keruntuhan pada sistem pendukungnya, seperti kematian salah seorang orangtuanya, dapat berakibat kambuhnya yang hebat (Kaplan, 1998).
H. Askep
Kasus
Seorang laki-laki berusia 25 tahun, datang ke IGD
dengan diagnosa medis axis:F20, dibawa kerumah sakit karena merusak barng-
barang dirumah. Saat ini pasien tanpak bicara sendiri, tidak berespon ketika
ditaya, cendrung diam tatapan mata tajam, mondar mandir, dan bersikap menyerang
jika didekati. Keluarga mengatakan 2 bualn sebelumnya di PHK dan mulai sjak itu
tidak mau minum obat, 3 hari yang lalu perilakunya mulai berubah, bicara
sendiri, nyayi- nyanyi, teriak-triak, tidak mau merawat diri, dan jarang tidur.
Ini adalh kekambuhan yang kedua kalinya. Tantenya mengalami gangguan jiwa.
Pasien belum menikah, pendidikan SMP, dan kepribadian tertutup.
Pengkajian :
Identitas
Pasien :
Nama
: Tn x
Umur : 25 th
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Marital : Belum Menikah
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Aksis
1 : F20
Aksis
2 : - Pasien tampak bicara sendiri
-
Pasien tidak berespon ketika ditanya
-
Pasien cenderung diam tatapan mata tajam
-
Pasien mondar-mandir
-
Pasien bersikap menyerang jika didekati
Aksis
3 : Tidak terdiagnosa
Aksis
4 : 2 bulan sebelumnya di PHK
Aksis 5 : GAF 20-11 ( Bahaya mencederai diri/orang lain,
disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri )
Alasan masuk rumah sakit : Merusak barang-barang di rumah
Terapi Medis :
1.
Konvensional, atau tipikal antipsikotik.
Pengobatan ini umumnya efektif dalam mengelola gejala-gejala positif
schizophrenia. Pengobatan ini kerap dan berpotensi menimbulkan efek samping
neurologis, termasuk kemungkinan tardive dyskinesia atau gerakan menyentak
tanpa sadar. Kelompok pengobatan ini termasuk:
• Haloperidol(Haldol)
• Thioridazine
• Fluphenazine
Tipikal antipsikotik ini umumnya harganya lebih murah dari obat lain yang terbaru, khususnya untuk obat generik, yang amat pantas dipertimbangkan khususnya untuk pengobatan jangka panjang jika diperlukan.
• Haloperidol(Haldol)
• Thioridazine
• Fluphenazine
Tipikal antipsikotik ini umumnya harganya lebih murah dari obat lain yang terbaru, khususnya untuk obat generik, yang amat pantas dipertimbangkan khususnya untuk pengobatan jangka panjang jika diperlukan.
2.
Generasi baru, atau disebut juga atipikal
antipsikotik. Pengobatan antipsikotik terbaru ini positif dalam mengelola
gejala negatif dan positif. Yang termasuk obat jenis ini antaralain:
• Clozapine(Clozaril)
• Risperidone(Risperdal)
• Olanzapine(Zyprexa)
• Quetiapine(Seroquel)
• Ziprasidone(Geodon)
• Aripiprazole(Abilify)
• Paliperidone (Invega)
• Clozapine(Clozaril)
• Risperidone(Risperdal)
• Olanzapine(Zyprexa)
• Quetiapine(Seroquel)
• Ziprasidone(Geodon)
• Aripiprazole(Abilify)
• Paliperidone (Invega)
Faktor presipitasi :
Faktor
presipitasi biologis : Putus
minum obat
Faktor
presipitasi psikologis : Riwayat
penyakit sebelumnya
Faktor
presipitasi sosial : 2
bulan sebelumnya di PHK
Faktor predisposisi :
Faktor
presipitasi biologis :
Tantenya mengalami gangguan jiwa
Faktor
presipitasi psikologis : Kepribadian tertutup
Faktor
presipitasi sosial : - Belum menikah
-Pendidikan
SMP
Analisis Data
DATA
|
MASALAH KEPERAWATAN
|
DS : - 3 hari yang lalu perilakunya mulai
berubah, bicara sendiri, nyanyi-nyanyi, teriak-teriak
DO : - Pasien bersikap menyerang jika di
dekati
|
Perilaku kekerasan terhadap orang lain
|
DS :
- 3 hari yang lalu perilakunya mulai berubah, bicara sendiri, nyanyi-nyanyi,
teriak-teriak, tidak mau merawat diri
dan jarang tidur.
DO : - Pasien tampak bicara sendiri
- Pasien tidak berespon ketika ditannya
- Pasien cenderung diam tatapan mata tajam
- pasien mondar-mandir dan bersikap
menyerang jika didekati
|
Ketidakefektifan koping individu
|
Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1.
Ketidakefektifan Koping
2.
Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
NCP
Dx Keperawatan
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
Evaluasi
|
||
Tujuan
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasionalisasi
|
|||
1.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam: Klien mampu menggunakan mekanisme koping, dengan kriteria
hasil :
·
Coping
-
Klien mampu mengidentifikasi
ketidakefektifan pola koping ( 2 )
-
Klien mampu mengontrol perasaan dengan
mengungkapkan secara verbal ( 2 )
-
Klien mampu menggunakan strategi koping yang
effektive (3)
-
Klien mampu melaporkan kenaikan kenyamanan
secara psikologi ( 3 )
|
Coping
Enhancement
-bina hubungan
saling percaya
- Ajari pasien untuk mengembangkan penilaian
secara objektif terhadap peristiwa
-Bantu pasien mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
- Nilai dan diskusikan respon alternatif
terhadap situasi
- dorong aktivitas sosial dan kelompok
|
- Untuk
memperlancar komunikasi
-
Mengajari pasien untuk berfikir secara realistik terhadap peristiwa yang
terjadi. Seperti memahami hubungan antara kenyataan dan logika
-Pasien skizofrenia kesulitan dalam mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
- Di perlukan respon alternatif sehingga
pasien dapat menerima perilaku posif
- Kemampuan --- interaksi sosial yang baik
akan maningkatkan harga diri melalui penguatan sosial. Berupa dukungan dan
penerimaan dari lingkungan sosial
|
mengjarkan pasien untuk mengembangkan
penilaian secara objektif terhadap peristiwa
|
Tgl :12 april 2013
Pkl. 09.00
S : klien mengatakan sudah mulai mampu
mengidentifikasi masalahnya
O: kien terlihat mulai mampu
mengidentifikasi masalahnya
A: mekanisme koping individu teratasi
sebagian
P:
Perawat :
-bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain
-
Evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
Pasien :
- lakukan tindakan yang sudah diajarkan
|
2.
|
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama
2 x 24:
Klien mampu mengontrol rasa marahnya
, dengan kriteria hasil :
·
Aggression
Self Control
-
Klien mampu menggidentifikasi ketika akan marah (3)
-
Klien mampu menggidentifikasi penyebab
terjadinya penyerangan
( 3 )
-
Klien mampu mengontrol apabila terdorong
hatinya untuk memukul ( 2 )
-
Klien mampu menahan diri dari rasa ingin
menyerang orang lain ( 2 )
|
Behavior
Management
-Komunikasikan harapan agar pasien dapat
mengontrol perilakunya
- Hindari dari debat / tawar menawar tentang
penetapan batas perilaku dengan pasien
- Tetapkan rutinitas
- Tingkatkan aktivitas fisik dengan tepat
- Gunakan suara bicara dengan pelan dan
lembut
- Hindari gangguan
- Beri perhatian secara tidak langsung untuk
mengatasi sumber rasa marah
- Abaikan perilaku yang tidak tepat
-
Ajarkan pasien cara mengontrol marah dengan
cara nafas dalam dan memukul bantal
|
- Mengkomunikasikan dengan pasien tentang
perilakunya dengan harapan pasien dapat mengubah perilaku negatifnya
- Perdebadatan dan tawar menawar hanya akan
memicu timbulnya perilaku maladaptif pasien
- Misalnya dengan membuat JKH sesuai
rutinitas yang diinginkan pasien
- Misalnya seperti berolah raga, berkebun
agar kekuatan fisik yang dimilikinya dapat tersalurkan kehal-hal yang
bermanfaat
- Melakukan komunikasi yang terapeutik kepada
pasien agar pasien merasa nyaman
- Jauhkan pasien dari suasana yang bising
dan tidak kondusif karena itu dapat memicu timbulnya sikap maladaptif pasien
- Dengan cara membina hubungan saling
percaya dengan pasien, mengkaji saat marahnya timbul, mengajarkan cara
mengontrol marah secara verbal dengan sharing dengan orang laindan berlatih
asertif
- untuk mengalihkan rasa marah
- untuk mengendalikan kemarahan klien tidak
menyakititi dirinya sendiri dan orang lain
|
- mengajarkan klien cara mengontrol marah
dengan cara nafas dalam dan memukul bantal
|
Tgl:12 April 2013
Pkl: 09.00
S: klien mengatakan merasa lebih tenang
dengan napas dalam dan memukul bantal apabila akan marah
O: klien terlihat mampu mengontrol marah
dengan napas dalam dan memukul bantal
A: perilaku mencederai diri teratasi
sebagian
P:
perawat: bantu klien mengatasi masalah
dengan cara napas dalm dan memukul bantal
-
Evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
Pasien :
- lakukan tindakan yang sudah diajarkan
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar