MAKALAH
KEPERAWATAN JIWA
“ HDR KRONIK “
Pembimbing : Ns. Mamnu’ah, M.kep., Sp.kep. j.
Disusun
oleh : Kelompok B3
1.
Isnaini Fitra Utami
|
7.
M Fathir Sidiq
|
2.
Kurnia Sari
|
8.
Mei Sapita Triandini
|
3.
Lailatul Hasanah
|
9. Nanda Septiana
|
4.
Laili Najla
|
10. Nida Hidayati
|
5.
Lia Fitari
|
11. Nindi Sakina A
|
6.
Lita Suwarni
|
12. Nita Komalasari
13.
Novia Putri Handayani
|
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES
‘AISYIYAH YOGYAKARTA
SEMESTER
GENAP TA 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Pertama-tama kami panjatkan puja dan
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah keperawatan jiwa II mengenai
“Harga
Diri Rendah” dengan
lancar tanpa ada aral yang melintang.
Tugas ini kami
susun sebagai tugas
tutorial
keperawatan jiwa II dengan
tujuan yang lebih khusus dari kelompok kami, untuk menambah pengetahuan dan mengenal lebih
dalam tentang “Harga
Diri Rendah”
Pada
kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mmbantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami
juga menyampaikan rasa terimakasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberi tugas ini serta arahan dan bimbingan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Akhirnya, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca. Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan
makalah ini namun masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan tugas berikutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 4 Juni
2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah
..................................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................
2
D. Metode Penulisan
................................................................................................
2
BAB II PEMBAHSAN
Konsep Keperawatan Maternitas
A. Definisi
............................................................................................................... 2
B. Etiologi
............................................................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala ................................................................................................ 5
D. Proses terjadinya masalh ..................................................................................... 5
E.
Mekanisme Koping.............................................................................................. 5
F.
Rentang respon .................................................................................................... 6
G.
Pohon Masalah .................................................................................................... 8
H.
Akibat
dari HDR.................................................................................................. 9
I.
Faktor predisposisi dan presipitasi
...................................................................... 9
BAB III
ASKEP
.......................................................................................................................
11
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan
sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan
kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan
dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering
mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan
konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan
seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan
dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi
untuk menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor
itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri
rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku
seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan
jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa
bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak
mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang,
kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).
B.
Batasan
Masalah
Dalam
makalah ini, kami membatasi penyajian kami pada ruang lingkup yang meliputi :
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan Definisi HDR?
2. Mahasiswa
mampu menjelaskan Penyebab HDR?
3. Mahasiswa
mampu menyebutkan Tanda & gejala HDR?
4. Mahasiswa
mampu menjelaskan Proses terjadinya masalah?
5. Mahasiswa
mampu menjelaskan Mekanisme koping?
6. Mahasiswa
mampu menjelaskan Rentang Respon?
7. Mahasiswa
mampu menjelaskan Pohon masalah?
8. Mahasiswa
mampu menjelaskan Akibat HDR?
9. Mahasiswa
mampu menjelaskan Faktor predisposisi dan presipitasi?
10. Mahasiswa
mampu menjelaskan Asuhan keperawatan?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1.
Tujuan umum
Perawat
mampu mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah.
2.
Tujuan khusus
Untuk
mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien selama memberikan asuhan
keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan berusaha menyelesaikan
permasalahan tersebut.
D.
Metode
Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan
mencari referensi yang berkaitan dengan pokok bahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu
perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga diri
rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak
diri sendiri (Keliat, 1998).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Townsend, MC, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult
& Videbeck, 1998).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah
dapat terjadi secara:
1) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh KKN,
dipenjara tiba-tiba ).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena:
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya:
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (
pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal ).
b. Harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/
sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai,
misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
2) Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa.
B. Penyebab
Harga Diri Rendah
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal,
seperti: trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi
dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat
dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).
C. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah adalah:
1. Perasaan
malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah mendapat
terapi sinar pada kanker.
2. Rasa
bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan
martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya tidak tahu apa-apa
atau saya orang bodoh.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, suka menyendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
D. Proses
terjadinya Masalah
Individu yang kurang mengerti akan arti dan
tujuan hidup akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang
lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan
sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan
berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri
sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri
rendah dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang
tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu
dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya
kegagalan atau berduka disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini
mempunyai koping yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan
gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya
perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart dan
Sundeen, 1991 )
E. Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada
klien dengan gangguan konsep diri dibagi dua yaitu:
1. Koping jangka pendek
a.
Aktivitas yang
memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya : pemakaian obat,
ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton televisi.
b.
Aktivitas yang
memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut kelompok tertentu untuk
mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki kelompok tertentu,
atau pengikut kelompok tertentu.
c.
Aktivitas yang
memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri atau identitas
diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah raga, prestasi
akademik, kelompok anak muda.
d.
Aktivitas yang
memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang keisengan akan
menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek
dapat berkembang menjadi koping jangka panjang. Penyelesaian positif akan
menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan
rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti
sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang
positif. Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak
tidak baik”.
Individu dengan gangguan
konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme
pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping
yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin
berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut:
psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal,
persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.
F. RENTANG
RESPON KONSEP DIRI
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi Konsep
positif diri Harga diri Kerancuan identitas Depersonalisasi
a.
Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat di terima
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat di terima
b.
Konsep diri positif
Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menadari hal-hal positif maupun yang negative dari dirinya
Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menadari hal-hal positif maupun yang negative dari dirinya
c.
Harga diri
rendah
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain.
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d.
Kerancuan
identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e.
Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan , kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan , kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri
dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu
sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika
kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah
tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan
dari sumber internal dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian yang megancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan
peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga
jeis transisi peran :
a.
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
b.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat
pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan
oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi
tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
G. Pohon Masalah
H.
Akibat Harga Diri Rendah
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa
mengakibatkan gangguan interaksi sosial : menarik diri, perubahan penampilan
peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Keliat, 1998)
I. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
adalah pengalaman masa kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat
menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon
orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan
tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri, sehingga
individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan, gagal
menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang lain
serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak
dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen, 1991)
2. Faktor Presipitasi
Masalah
khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor dapat
mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri
dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang
berarti : pola asuh anak tidak tepat, misalnya: terlalu dilarang, dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang,
cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri
sendiri (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi
transisi peran yang dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu.
Stuart dan
Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Transisi
Perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan
yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
b. Transisi
Peran situasi.
Transisi
peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang
yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi
berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran
yang dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau
peran berlebihan.
c. Transisi
Peran Sehat-Sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran
diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi
semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga
diri. (Stuart & Sundeen, 1991)
BAB III
ASKEP
SKENARIO
Seorang
perempuan berusia 37 tahun, di rawat di ruang maintenance, tiga hari sebelum
masuk RS klien menendang bapaknya waktu shalat, diagnosa medis F20, hasil
pengkajian klien mengatkan menedang bapaknya karna di suruh oleh suara yang di
dengarnya. Klien baru pertama kali dirawat di rumah sakit, selama ini belum
pernah di periksakan. Saat ini klen mengatakan
malu karna belum menikah pada usianya sekarang. Klien mengatakan tidak
mendengar suara-suara lagi. Tidak ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga.
Klien orang yang tertutup. Pendidikan klie SMA, tidak bekerja dan belum
nenikah. Biya perawatan pasien ditanggung Jaminan Kesehatan (JAMKESMAS). Pasien
mendapatkan obat anti psikotik 3x1.
PENGKAJIAN
Identitas
Pasien
Nama : Nn. Y
Umur
: 37 th
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: -
Marital
: Belum Menikah
Jenis
Kelamin : Perempuan
Aksis 1 : F20 gangguan halusinasi
Aksis
2 : Halusinasi
Aksis
3 : -
Aksis
4 : Malu Belum Menikah, Belum Bekerja.
Aksis
5 : GAF 20
Nama Obat dan Dosis
·
Diazepam 5-10 mg injeksi IV
·
Propanolol dosis hingga 160 mg/hari
·
Benztropine dosis 1-2 mg 2xsehari dosis
maksimal 8 mg
·
Direnhidramin 25-50 mg 2xsehari
·
Chlorpromazine
Anak
>= 6 bulan : 0,5-1 mg /kg/dosis setiap 4-6 jam
Dewasa
30-2000 mg/hari dalam 1-4 dosis
Faktor prespitasi :
Faktor
prespitasi biologis : -
Faktor
prespitasi psikologis : Klien baru
dirawat pertama kali.
Faktor
prespitasi sosial : Malu karna
belum menikah.
Faktor predisposisi :
Faktor
predisposisi biologis : Tidak ada riwayang gangguan jiwa pada
keluarga.
Faktor
predisposisi psikologis : Klien malu mengatakan malu karna belum menikah pada usianya yang sekarang
Faktor
predisposisi sosial : SMA, belum
bekerja, belum menikah.
ANALISA DATA
DATA
|
MASALAH
|
DS :
-
Klien mengatakan malu karena
belum menikah.
DO :
-
Klien belum menikah.
-
Klien orang yang tertutup.
|
HDR Kronik
|
DS :
-
Klien mengatakan menendang
bapaknya karna di suruh suara yang di dengarnya.
DO :
-
Klien orang tertutup.
|
Halusinasi
|
DS :
-
Klien mengatakan menendang
bapaknya karna di suruh oleh suara yang di degarnya.
DO :
-
Dirawat di ruang Maintenance.
-
Klien menendang bapaknya waktu
shalat.
|
RPK terhadap orang lain
|
Prioritas
Diagnosa Keperawatan
1. HDR
2. Halusinasi
3. RPK
NCP
|
Perencanaan
|
|
|||
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien di harapkan dapat
meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri dengan ktriteria hasil :
Self Esteem
1.
Klien
mampu menguungkapkan secara verbal penerimaan terhadap diri sendiri (2).
2.
Klien
mampu melakukan komunikasi secara terbuka(2).
3.
Klien
mampu melakukan pemenuhan peran pribadi secara signifikan (2).
4.
Klien
mampu menerima kritik yang membangun (3).
5.
Kien
mampu menggambarkan kebanggaan terhadap diri sendiri(2).
6.
Klien
mampu mengenali perasaa terhadap rasa marah yang terjadi pada diri sendiri
(3).
|
Self Esteem Enhancement
1.
Monitor
pernyataan yang salah terhadap diri sendiri.
2.
Bantu
naikkan kekuatan mengidentifikasi diri pada klien.
3.
Dorong
pasien untuk berpartisifasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
4.
Anjurkan
klien untuk menahan diri dari kritikan negatif.
5.
Ajari
klien untuk mengidentifikasi respon positive dari orang lain.
6.
Anjurkan
klien menahan diri dari kritik negative.
7.
Anjurkan
klien menyampaikan kemampuan untuk mengenali situasi.
8.
Anjurkan
klien menentukan tujuan secara realistik untuk meningkatkan penghargaan
terhadap diri sendiri.
9.
Ajari
klien untuk menerima kepercayaan dari orang lain dengan tepat.
10. Ajari klien memeriksa kembali
persepsi negative terhadap diri sendiri.
11. Beri penghargaan/pujian pada
klien terhadap kemajuan dari tujuan yang diharapkan.
12. Fasilitasi Lingkungan dan
aktivitas akan kenaikan terhadap penghargaan pada diri sendiri.
13. Monitor level dari penghargaan
terhadap diri sendiri tiap waktu.
|
1. Setiap bertemu dengan klein
hindarkan pernyataan negatif.
2. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan nilai terhadap diri
sendiri klien.
3. Untuk mengatahui respon yang
positive terhadap diri sendiri.
4. Untuk
mencegah perasaan yang semakin negatif terhadap diri sendiri.
5. Untuk mencegah perasaan yang
semakin negative terhadap diri.
6. Untuk mengetahui cara mengenali
situasi yang positif.
7. Diskusikan tingkat kemampuan
klien meningkatkan penghargaan secara realistik.
8. Dengan
diketahuinya kemampuan dan aspek yang dimiliki klien akan lebih percaya diri terhadap orang lain
9. Untuk
mengetahui apakah peraaasn positif pada diri makin meningkat
10. Untuk mengetahui apakah perasaan
positive pada diri semakin meningkat.
11. Dengan
menghindarkan penilaian negatif diharapkan klien merasa punya kemampuan yang
lebih.
12. Untuk lebih meningkatkan peran dan gambaran diri
yang dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
13. Monitor level dari penghargaan terhadap diri sendiri
tiap waktu untuk mengetahui konsep diri dalam aspek positif dan negatif dalam
aktivitasnya
|
1.
Memonitor pernyataan
yang salah terhadap diri sendiri.
2.
Membantu pasien
untuk mengidentifikasi dalam meningkatkan harga diri.
3.
Mendorong
pasien untuk berpartisifasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
4.
Menganjurkan
untuk menahan diri dari kritikan negatif.
5.
Mengajari
respon positif terhadap orang lain.
6.
Menganjurkanklien
menahan diri pada kritik negatve.
7.
Menganjurkan
cara menyampaikan dalam menilai situasi secara benar.
8.
Menganjurkan
klien cara meningkatkan penghargaan secara realistik.
9.
Mengajari
cara menerima kepercayaan dari orang lain secara tepat.
10. Mengajari klien cara menilai
dirinya secara positif.
11. Memberikan pujian setiap
kemajuan yang dimuliki.
12. Memfasilitasi lingkungan yang
nyaman untuk meningkatkan kepercyaan diri klien.
13. Memonitor setiap perubahan yang
di lakukan klien.
|
Tgl
21 Mei
2013 pukul 13.00
S : Klin merasa lebih baik
O : Klien terlihat lebih opratif.
A : Msalah keperawatan HDR tertasi sebagian
P : Evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 klien di harapkan dapat mengganti
kebiasaan-kebiasaa mendengar suara yang menyimpang dengan keretria hasil :
Sensory Function Hering
1.
Klien
mendiskusikan dampak penurunan pendengaran terhadap gaya hidup (2).
2.
Klien
dapat mempertahankan orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.(2).
3.
Klien
mengungkapkan perasaan nyaman (3).
4.
Klien
menunjukkan ketertarikan terhadap lingkungan
eksternal(2).
5.
Klien
merencanakan untuk menggunakan sumber-sumber komunikasi untuk membantu
defisit pendengaran (2).
|
Preparatory Sensory Information
1.
Identifikasi
urutan dari peristiwa dan dengan cara menghubugkan dengan gambaran lingkungan
sekitar.
2.
Identifikasi
bentuk sensasi pendengaran secara umum dari gambaran pasien dan hubungkan
dengan tiap aspek.
3.
Gambaran
sensasi konkrit, bentuk objektif yang digunakan pasien untuk menggambarkan
kata dan lakukan evaluasi obektive peningkatan reflek dari sensasi/respon
marah.
4.
Tunjukkan
sensasi dan cara mengurutkan peristiwa yang paling mungkin untuk menjadi
pengalaman.
5.
Beri
kesempatan klien untuk bertanya dan mengklasifikasi ketidakpahaman.
|
|
|
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat mengontrol rasa
marahnya dengan kritria hasil :
Coping
1.
klien
mampu mengidentifikasi bentuk koping yang efektif.
2.
klien
mampu mengidentifikasi bentuk koping yang tidak efektif
3.
klien
mampu mengungkapkan perasaan dengan kata-kata.
4.
klien
mampu menerima situasi dengan mengungkapkan secara verbal.
5.
klien
mampu membiasakan untuk mengubah perilakunya.
6.
klien
mampu melaporkan kenaikan kenyamanan secara psikologis.
|
Coping Enhancement
1.
berikan
penghargaan kepada klien antas indikasi dari perubahan gambaran terhadap
dirinya sendiri.
2.
dorong
klien untuk mengidentifikasi gambaran nyata dari perubahan peran.
3.
berikan
suasana lingkungan yang menyenangkan.
4.
ajarkan
klien untuk mengembangkan penilaian secara objektiv terhadap peristiwa.
5.
ajarkan
klien untuk mengudentifikasi respon positif dari orang lain.
6.
dorong
klien untuk melakukan aktivitas sosial dan kelompok.
7.
ajarkan
klien untuk menggunakan tehnik relaksasi.
|
|
|
|
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Salah satu
gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga diri rendah, yang
mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini
tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih
berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap
diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan
hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai
mencederai diri (Townsend, 1998).
Daftar
Pustaka
Maslim Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK-Unika Atmaja
Herdman, T Heather. 2012. Nanda 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar