Senin, 11 Februari 2013

MAKALAH KPERAWATAN DEWASA I ( ILEUS )


MAKALAH KPERAWATAN DEWASA I
( ILEUS )



Pembimbing          : Edi Suprayitno S.Kep,Ns
Disusun oleh         : semester 3b / Kelompok B2
1.   Dheta Ernilia Puspita                          7. Elina Ernawati                               
2.    Dian Puspasari                                    8. Eva Ariandini         
3.    Dini Aggraini                                      9. Fathul Azmi                       
4.    Dwiyani Syahning Prasetia                 10. Fitri Lestari
5.    Divika Ariftiya Dewi                          11. Fitrianingsi                       
6.    Eka Fatmawati                                    12. Harni Tri Astuti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
SEMESTER GANJIL TA 2012/2013

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
                Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar 2 mengenai “ILEUS” dengan lancar tanpa ada aral yang melintang.
Tugas ini disusun sebagai tugas  Keperawatan Dewasa I dengan tujuan yang lebih khusus dari kelompok kami untuk menambah pengetahuan tentang ILEUS dan lebih mengenal pentingnya bagi tubuh kita.
            Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
            Kami juga menyampaikan  rasa terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi tugas ini serta arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
            Akhirnya, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca. Kami telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini namun masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini dan tugas berikutnya.
            Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Yogyakarta, 11 Januari 2012

Penyusun



DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................................... 4
Daftar Isi................................................................................................................................ 5
Bab I PENDAHULUAN
                               I.            Latar Belakang............................................................................................... 6
                            II.            Rumusan Masalah.......................................................................................... 6
                         III.            Tujuan............................................................................................................ 7
Bab II PEMBAHASAN
A.    Definisi ......................................................................................................... 7
B.     Anatomi Sistem Pencernaan.......................................................................... 7
C.     Fisiologi Sistem Pencernaan.......................................................................... 10
D.    Klasifikasi Ileus............................................................................................. 13
E.     Etiologi .........................................................................................................  13
F.      Patofisiologi ..................................................................................................  14
G.    Tanda dan gejala ...........................................................................................  14
H.    Manifestasi klinik........................................................................................... 15
I.       Penatalaksanaan............................................................................................. 16
J.       Komplikasi..................................................................................................... 16
K.    Diagnose yang mungkin muncul ...................................................................  18
L.     Rencana keperawatan.................................................................................... 18

Bab III PENUTUP
                               I.            Kesimpulan.................................................................................................... 26
                            II.            Saran.............................................................................................................. 26
                         III.            Daftar pustaka............................................................................................... 27




BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis.

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif.

B.      RUMUSAN MASALAH

1.                     Apayang dimaksud dengan ileus?
2.                     Setruktur sistem pencernaan?
3.                     Bagaimana fungsi sistem pencernaan?
4.                     Klasifikasi ileus?
5.                     Apa yang menyebabkan ileus?
6.                     Bagaimana patofisisologi ileus?
7.                     Bagaimana tanda dan gejala ileus?
8.                     Bagaimana manifestasi klinik ileus?
9.                     Bagaimana cara penatalaksanaan ileus?
10.                 Bagaimana cara pencegahan ileus?

C.     TUJUAN

1.      Mahasiswa mampu memahami pengertian ileus
2.      Mahasiswa mampu memahami penyebab penyakit ileus
3.      Mahasiswa mampu memahami pathofisiologi ileus
4.      Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala penyakit ileus
5.      Mahasiswa mampu memahami klinik penyakit ileus
6.      Mahasiswa mampu memahami cara penatalaksanaan penyakit ileus
7.      Mahasiswa mampu memahami cara pencegahan penyakit ileus

















BAB II
PEMBAHASAN


A.    DEFINISI
Ileus adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penyumbatan sebagian atau seluruhnya pada usus, karena isi dari usus tidak dapat melewati usus. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan ileus, termasuk ketidakseimbangan elektrolit, gastroenteritis (peradangan pada lambung atau usus), appendisitis, dan pankreatitis (peradangan pada pankreas). Hal ini terjadi ketika otot-otot usus tidak aktif, memperlambat gerak peristaltik dan karena itu, menyebabkan sumbatan fungsional pada usus. Peristaltik adalah proses dimana terjadi kontraksi otot guna mendorong makanan supaya dapat melalui saluran pencernaan. Ada 2 tipe ileus yang utama: pasca operasi dan paralitik. Ileus pasca operasi adalah kelumpuhan sementara pada bagian dari usus terutama setelah pembedahan perut. Kondisi ini biasanya sembuh setelah dua sampai tiga hari. Ileus paralitik adalah kelumpuhan pada usus, menghambat pergerakan makanan yang melalui usus. Tipe ini lebih berat dan berlangsung lebih dari tiga hari. Ini adalah suatu kondisi medis yang serius yang memerlukan perawatan secepatnya
B.     ANATOMI  SISTEM PENCERNAAN
1.   Mulut
   Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:
a.       Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi.
b.      Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan faring.
c.       Faring.
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang
2.  Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
3.     Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain:
a.       Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
b.      Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah notura minor.
c.       Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter pilorus.
d.      Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi pilorus.
4.      Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior.
Fungsi lambung
·         Menampung makanan.
·         Getah cerna lambung yang dihasilkan pepsin, asam garam, renin dan lipak.
5.      Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan.
a.      Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.
b.    Yeyunum dan ileum
Panjangnya sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyunum dengan ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5 meter. Lekukan yeyunum dan ileum melekat pada dinding abdomen fasterior dengan perantara lipatan peritoneum yang berbentuk kipas disebut mesentrium.
6.      Mukosa usus halus
Permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi memudahkan penernaan dan absorpasi
Fungsi usus halus:
·      Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler  darah dan saluran-saluran limfe.
·      Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
·      Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.
7.      Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 7 bagian:
1.   Sekum.
2.   Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm.
3.   Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4.   Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm.
5.   Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
6.      Kolon sigmoid
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf “S” ujung bawah `berhubungan dengan rektum.
7.      Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar.
C.     FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan – bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat – zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat –zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan – bahan makanan dapat berlangsung secara maksimal. Pergerakan usus halus terdiri dari :
1.                  Pergerakan mencampur (mixing) atau pergerakan segmentasi yang mencampur makanan dengan enzim – enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi
2.                  Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah usus besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2 lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1 – 4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju ke arah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur oleh adanya gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh adanya sel – sel pace maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana aktifitas dari sel – sel ini dipengaruhi oleh sistem saraf dan hormonal.
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan refleks peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin, CCK, serotonin, dan insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat pergerakan usus halus.
Setelah mencapai katup ileocaecal, makanan kadang – kadang terhambat selama beberapa jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks gastrileal meningkatkan aktifitas peristaltik dan mendorong makanan melewati katup ileocaecal menuju ke kolon. Makanan yang menetap untuk beberapa lama pada daerah ileum oleh adanya sfingter ileocaecal berfungsi agar makanan dapat diabsorbsi pada daerah ini. Katup ileocaecal berfungsi untuk mencegah makanan kembali dari caecum masuk ke ileum.
Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di dalam caecum meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal akan meningkat dan gerakan peristaltik ileum akan berkurang sehingga memperlambat pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan pada caecum atau pada appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami spasme, dan ileum akan mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat terhambat.

D.    KLASIFIKASI ILEUS
1.    Ileus Obstruktif : ileus yang disebabkan adanya sumbatan saluran  pencernaan.Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu (Ullah et al., 2009).
Obstruksi intestinal secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isiintestinal untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi Intestinalini merujuk pada adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik parsial atau totaldari usus besar dan usus halus (Thompson, 2005).
2.      Ileus Paralitik : Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal (peristaltik) dinding usus untuk sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.

E.  ETIOLOGI

1.      Suatu infeksi atau bekuan  darah di dalam perut
2.      Atherosclerosis  yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke usus
3.      Cendera pada pembulu darah usus
4.      Kelenjar tiroid yg kurang aktif
5.      Obat obatan tertentu
6.      Kelainan di luar usus seperti gagal ginjal atau kadar elektrolit darah yang abnormal (rendah kalium tinggi kalsium)


F.   PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian
G.    TANDA DAN GEJALA

1.         Mekanika sederhana , usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2.         Mekanika sederhana ,  usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah , sedikit atau tidak ada ± kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi ‘hush´ meningkat, nyeri tekandifus minimal.
3.      Mekanika sederhana , kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal

4.      Obstruksi mekanik parsialDapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kramnyeri abdomen, distensi ringan dan diare.


5.      Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensisedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandungdarah samar

H.       MANIFESTASI KLINIK

1.obstruksi sederhana
pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakain fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.
Pada pemeriksaan radiologist, dengan posisi tegak dan telentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anaka tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air-fluis level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
2.         obstruksi disertai proses strangulasi
kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

I.    PENATALAKSANAAN
  1. Dekompresi dengan pipa lambung
  2. Pemasangan infus untuk koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga keseimbangan asam-basa.
  3. Koreksi bedah. Tindakan bedah yang dilakukan sesuai dengan kelainan patologinya.
  4. Antibiotika profilaksis atau terapeutik tergantung proses patologi penyebabnya.
J.    KOMPLIKASI

1.      Peritonitis septicemia
Inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas peritoneal oleg bakteri atau kimia. Peritonitis primer tidak berhubungan dengan gangguan usus dasar (contoh sirosis dengan asites, sistem urinarius). Sumber inflamasi dari gangguan GI, ovarium/uterus. Cesera traumatik atau kontaminasi bedah. Interfensi bedah kuratif pada lokasi peritonotis contoh apendicitis, plikasi ulkus, dan reseksi usus. Bila peritonitis menyebar, perlu penatalaksanaan medik sebelum atau pada tindakan bedah.
2.   Syok hipofolemia
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat di mana perdarahan parah dan hilangnya cairan membuat jantung tidak mampu memompa cukup darah ke tubuh. Jenis syok ini dapat menyebabkan banyak organ berhenti bekerja.
3.      Syok Sepsis
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Ditandai dengan panas, takikardia,takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah


K.         MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan ataudiforesis.
2.      Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.
3.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan ataukekakuan.
4.      Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan


L.    RENCANA KEPERAWATAN1.

1.               Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.
-          Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
-          Kriteria hasil :
·         Tanda vital normal
·         Masukan dan haluaran seimbang
-          Intervensi :
·         Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok 
·         Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamine.
·         Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten.
·         Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensif.
·         Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada posisi yang benar 
·         Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jamh.
·         Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam 
·         Pantau elektrolit, Hb dan Htk.
·         Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasil.
·         Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telahdiukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat

2.      Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
-          Tujuan :
·         rasa nyeri teratasi atau terkontrol
-          Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
-          Intervensi :
·         Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut. 
·         Kaji lokasi, berat dan tipe nyeric.
·         Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfind.
·         Berikan periode istirahat terencana.
·         Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
·         Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
·         Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
·         Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.


3.         Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan kekakuan.
-          Tujuan :
·         pola nafas menjadi efektif.
-          Kriteria hasil :
·                        pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan  pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan.

-          Intervensi :
·         Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, ³pernafasan cepat´ 
·         Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
·         Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif 
·         Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalamsetiap jam
·         Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam

4.         Konstipasi berhubungan dengan kelemahan fungsi abdomen
-          Tujuan : konstipasi teratasi

-          Kriteria hasil : pasien BAB dalam batas normal dlam bentuk feses lunak.
-          Intervensi :
·         indentifikasi factor-faktor yang menyebabkan konstipasi 
·         monitor tanda-tanda rupture bowel/peritonitis
·         jelaskan dan rasionalisasi tindakan pada pasien
·         konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising ususe
·         kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
·         jelaskan pada keluarga pasien tentang manfaat diet terhadap eliminasi

·         kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan


5.      Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
-          Tujuan : ansietas teratasi
-          Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
-          Intervensi :
·      Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu. 
·      Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan penenangan.
·      Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit,tindakan dan prognosis.
·      Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
·      Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat














BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
            Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
             Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
B.        SARAN
“SAYANGI USUSMU DENGAN MINUM YAKULT TIAP HARI”

2 komentar:

  1. ramuan tradisional untuk obat asam urat adalah obat yang banyak dicari oleh wanita, dan pria yang berumur di atas 30 tahun, karena banyak yang terkena penyakit asam urat. bahkan sekarang di bawah umur 30 tahun sudah terkena asam urat akut. jika penyakit sudah parah akan mengakibatkan persendian tidak bisa bergerak. tetapi anda tidak usah khawatir, karena sekarang sudah muncul obat untuk asam urat herbal tradisional berkhasiat tinggi. obat asam urat yang alami ampuh dari dulu tradisional ini adalah salah satu obat herbal asam urat dan kolesterol menahun tradisional berkhasiat tinggi, dan obat asam urat herbal tradisional terbaik alami ampuh dari dulu. tidak hanya bisa dijadikan untuk obat asam urat dan testimoni penderita asam urat, tetapi bisa juga mengobati kolesterol tinggi.
    jika anda mencari obat untuk mengobati asam urat dan kolesterol tinggi, disini tempatnya menjual cari obat untuk mengobati asam urat paling ampuh. sedikit bahasan tentang jual herbal obat untuk penyakit asam urat, obat untuk mengobati asam urat tanpa zat kimia ini adalah obat untuk penyakit asam urat terbaik tanpa zat kimia. jika anda sudah bosan dengan obat kimia, jangan khawatir karena ini adalah obat tradisional untuk penyakit asam urat akut tanpa zat kimia. produk kami menjual obat asam urat kualitas terjamin terbaik. banyak yang sudah menggunakan info tentang obat untuk penyakit asam urat dan memberikan testimoni yang positif.

    BalasHapus