BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkolosus
adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh,
mikrobakterium tuberkolosis. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi
mungkin mengenai semua organ atau jaringan ditubuh. Biasanya dibagian tengan
granuloma tubrekular mengalami nirkosis perkijuan.Penyakit TBC atau istilah
kedokterannya dikenal sebagai Tuberkulosis merupakan penyakit menahun dan
menular. TBC dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jenis kelamin,
namun penyakit ini banyak menyerang usia produktif usia 15-35 tahun. Risiko
penyakit TBC meningkat terutama bagi mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi
atau yang tinggal satu rumah dengan penderita TBC. Lingkungan yang lembab dan
tidak memiliki ventilasi yang baik juga memberikan andil besar bagi seseorang
terjangkit TBC.
Penyakit TBC atau sering juga di sebut dengan TB adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Bakteri TBC merupakan
bakteri yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus
menyerang organ tubuh lain .
Berdasarkan data WHO 1993 didapatkan sepertiga penduduk
dunia telah diserang oleh penyakit TBC yaitu sekitar 8 juta orang dengan
kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1
miliar manusia terinfeksi TBC serta sekitar 5-10 % berkembang menjadi penyakit
dan 40 % yang terkena penyakit berakhir dengan kematian.
Epidemilogi,
mereka yang secara medis dan ekonomis diseluruh dunia, tuberkolosis tetap
menjadi penyebab utama kematian. Diperkirakan diseluruh dunia 1,7miliar orang
terinfeksi, dengan 8 hingga 10 juta kasus baru dan 3 juta kematian pertahun.
WHO memperkirakan tuberkolosis menyebabkan 6% dari semua kematian diseluruh dunia, yang menyebabkannya menjadi penyebab tersering kematian akibat infeksi tunggal didunia barat kematian akibat tuberkolosis memuncak pada tahun 1800 dan secara terus menerus turun sepanjang tahun 1800-an dan 1900-an.
WHO memperkirakan tuberkolosis menyebabkan 6% dari semua kematian diseluruh dunia, yang menyebabkannya menjadi penyebab tersering kematian akibat infeksi tunggal didunia barat kematian akibat tuberkolosis memuncak pada tahun 1800 dan secara terus menerus turun sepanjang tahun 1800-an dan 1900-an.
namun,
pada tahun 1984 penurunan pada kasus baru berhenti mendadak, suatu perubahan
yang terjadi akibat peningkatan insiden tuberkolosis pada pengidap hiv. Setelah
survielan intensif dan profilaksis tuberkolosis
diantara individu dengan penekanan kekeblan, insiden tuberkolosis yang
terjadi pada orang yang lahir diAS telah berkurang sejak tahun 1992. Saat ini,
diperkirakan sekitar 25.000 kasus baru
dengan tuberkolosis aktif terjadi diamerika setip tahun,dan hampir 40% terjadi
pada imigran dari negara yang frefalensi tuberkolosisnya tinggi.
B.
Tujuan
Pembelajaran
1. Mahasiswa
mampu definisikan pengerian TBC.
2. Mahasiswa
mampu menjelaskan etiologi TBC.
3. Mahasiswa
mampu mendefinisikan tanda dan gejala TBC.
4. Mahasiswa
mampu menjelaskan pathofisiologi TBC.
5. Mahasiswa
mampu menyebutkan komplikasi TBC.
6. Mahasiswa
mampu menjelaskan pencegahan dan pengobatan TBC.
7. Mahasiswa
mampu menjelaskan strategi pengobatan, penanganan dengan DOTS dan PMO.
8. Mahasiswa
mampu menjelaskan faktor resiko TBC.
9. Mahasiswa
mampu menjelaskan cara pnularan TBC.
10. Mahasiswa
mampu mendefinisikan macam – macam gangguan sistem respiratory
11. Mahasiswa
mampu menjelaskan program kesehatan untuk orang-orang yang sehat.
12. Mahasiswa
mampu mengetahui nutrisi yang tepat untuk pasien TBC.
13. Mahasiswa
mampu mengetahui pemeriksaan penunjang.
BAB 11
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Tuberculosis merupakan penyakit
infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium
tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang
ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru /
berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi
awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon
B.
Etiologi TBC
TB paru
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri
yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M.
Avium.
C. TANDA
DAN GEJALA
Tanda:
1.
Keringat
malam
2.
Nafsu
makan berkurang
3.
Penurunan
berat badan
4.
Batuk
produktif disertai nyeri dada pada fisologi aktif
5.
Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning
6.
Dahak berupa lendir
7.
Anoreksia
8.
Dispneu
Gejala:
1.
Demam di siang hari
2.
Batuk yang ditandai dengan adanya darah
3.
Sesak Nafas
4.
Malese
5.
Nyeri Dada
D. PATHOFISIOLOGY
Infeksi dimulai ketika droplet airosol yang berisi
organisme hidup terinhalasi oleh yang rentan terhadap penyakit ketika kuman
mencapai paru-paru organisme di makan oleh makrofag dan keduanya akan mati atau
bertahan dan kemudian berkembang, penyebaran organisme secara limfogen dan
hematogen terjadi sebelum respon imun
berkembang secara efektif.
E. KOMPLIKASI
1. Kerusakan
tulang dan sendi
2. Kerusakan
otak
3. Kerusakan
hati dan ginjal
4. Kerusakan
jantung
5. Gangguan mata
6. Restensi kuman
7. Peuritis
8. Hepatitis
karena efek terapi obat-obatan
9. TB
miliaris
10. Dermatitis
11. Gangguan
GI
12. Hiperurisemia
13. Neuritis
optika
14. Meningitis TBC
15. TBC tulang
16. Potts disease :
rusaknya tulang belakang
17. Distroyed lung (
Pulmonary distruction )
18. Effusi pleura
F. PENANGANAN
Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu
TBC
2. Pemberitahuan baik melalui
spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor
resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di
masyarakat.
4.
Saat batuk tutupi mulut
5.
Saat batuk memalingkan muka agar tidak terkena orang
6.
Membuang ludah di tempat tertutup
7.
Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih
setelah digunakan penderita
8. Jangan mengkonsumsi susu sapi
mentah
Preventif
a. Vaksinasi
BCG (Bayi
yang baru lahir harus diimunisasi dengan faksin BCG)
b. Menggunakan isoniazid (INH)
c. Membersihkan
lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
d. Bila ada
gejala-gejala TBC, seperti sesak nafas, batuk berdarah, segera dibawa ke Puskesmas/Rumah Sakit
terdekat, agar dapat diketahui secara dini.
Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama
pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama. Obat-obat dapat
juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang
sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat
minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat.
Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat =
INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang
dewasa biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60
hari, kemudian 15 mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol
adalah Neuritis retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji
ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat
diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling
berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah
usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati,
seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan
pada 10-20% yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah
konversi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan
terapi dengan INH saja selama satu tahun.
Baru-baru ini CDC dan American
Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi
jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru
pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH dan
RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien
tuberkulosis paru tanpa komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain
seperti diabetes, silikosis atau kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah,
padahal mengalami batu dan mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.
Agens
umum yang digunakan
|
Dosis
harian dewasa *
|
Efek
samping yang paling umum
|
Interaksi
obat
|
Keterangan*
|
Isoniasid (INH)
|
300 mg*
|
Neuritis perifer, hepatitis,
hipersensitivitas
|
-
Fenition-sinergistik
- Antabuse
- alkohol
|
- bakterisid
-piridoksin sebagai profilaktik
terhadap neuritis pantau SGOT (AST) dan SGPT (ALT)
|
Rifampin (RIF)
|
600 mg*
|
Hepatitis, reaksi fibris, purpura
(jarang), mual, muntah.
|
Rifampin meningkatkan metabolism
kontrasiptif oral, quinidin, obar” koumarin dan metadon, digoksin,
hipoglikemik oral, PAS dapat menggangu penyerapan rifampin.
|
Bakterisid, urin dan sekresi tubuh
lainnya akan berwarna oranye, perubahan warna pada lensa kontak. Pantau SGOT
dan SGPT
|
Streptomisin (SM)
|
15 mg/kg* (maks 1 gm)*
|
Kerusakan saraf cranial ke-8 (dapat
mengarah pada ketulian), nefrotoksisitas
|
Agens penyekat neuromuscular dapat
menguatkan sehingga menyebabkan paralisis berkepanjangan.
|
Bakterisid dalam ph alkali (basa).
Gunakan dengan hati-hati pada lansia dan mereka yang mempunyai penyakit
ginjal. Pantau fungsi vestibular , audiogram, BUN/kreatinin
|
Parasinamid (PZA)
|
25 mg/kg* (maks 2,5g)*
|
Hipererurisemia, hepatoksisitas, ruam
kulit, artralgia, distress Gl
|
|
Bakterisid, pantau asam urat, SGOT dan
SGPT
|
G.
Strategi pencegahan
Strategi DOTS,
sesuai rekomendasi WHO
1.
Komitmen politis dari para pengambil
keputusan (tripartite), termasuk dukungan dana.
2.
Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak
secara mikroskopik
3.
Pengobatan dengan panduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
4.
Pencatatan dan pelaporan secara baku
untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC
Peningkatan mutu pelayanan
1.
Pelatihan seluruh tenaga pelaksana
2.
Mengembangkan materi pendidikan kesehatan
tentang pengendalian TBC mengunakan media yang cocok untuk tempat kerja
3.
Ketepatan diagnosis TBC dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopik
4.
Kualitas laboratorium diawasi melalui
pemeriksaan uji silang (cross check)
5.
Untuk menjaga kualitas pemeriksaan
laboratorium, dibentuk KPP (Kelompok Puskesmas Pelaksana) terdiri dari 1 (satu)
PRM (Puskesmas Rujukan Mikroskopik) dan beberapa PS (Puskesmas Satelit). Untuk
daerah dengan geografis sulit dapat dibentuk PPM (Puskesmas Pelaksana mandiri).
6.
Ketersediaan OAT bagi semua penderita
TBC yang ditemukan
7.
Pengawasan kualitas OAT dilaksanakan
secara berkala dan terus menerus.
8.
Keteraturan menelan obat sehari-hari diawasi
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
9.
Pencatatan pelaporan dilaksanakan dengan
teratur lengkap dan benar.
10. Pengembangan
program dilakukan secara bertahap
11. Advokasi
sosialisasi kepada para pimpinan perusahaan , organisasi pekerja mengenai dasar
pemikiran dan kebutuhan untuk TBC kontrol yang efektif, mencakup kontribusinya
dalam pengendalian TBC di tempat kerja.
12. Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
13. Membuat
peta TBC sehingga ada daerah-daerah yang perlu di monitor penanggulangan bagi
para pekerja.
14. Memperhatikan
komitmen internasional.
H.
Faktor
Resiko
1. Anggota
keluarga pasien
2. Anak-anak
3. Tenaga
kesehatan
4. Mereka
yang menggunakan fasilitas peralatan klinik atau RS yang digunakan oleh
penderita
5. Klien
dengan tergantungan alkohol dan zat kimia yang menurunkan kesehatan
6. Penurunan
imun seperti HIV+,terapi SEROID
7. Orang yang kontak dengan penderita
TBC
8. Orang tua
9. Orang yang bertaraf hidup rendah
10. Orang yang berada di negara yang
terkena epidemi TBC
11. Orang yang sedang sakit
12. Orang yang daya tahan tubuhnya
sedang lemah atau turun
I.
Cara
Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya
menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa
yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi
TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Pada anak
anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun
saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari
lingkungan di sekitar rumah.
Meningkatnya
penularan TBC banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan seperti memburuknya
kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal.
Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah dan jumlah kuman TBC merupakan faktor
yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
J.
Macam-Macam Gangguan Respiratory
1.
Asma, merupakan penyakit
penyumbatan saluran Pernafasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu
atau kotoran.
2.
TBC, penyakit paru-paru yang
diakibatkan oleh serangan bakteri Mycobacterium tuberculosa. Difusi oksigen
akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding
alveolus. Tuberkolosis atau TBC adalah infeksi karena bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem
saraf sentral (meningitis, sistem lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB),
sistem genitourinary, tulang dan sendi.
3.
Asfiksi, gangguan Pernafasan pada
waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh jaringan, akibat tenggelam,
pneumonia dan keracunan.
4.
Asidosis, kenaikan
kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah.
5.
Difteri, penyumbatan
oleh lendir pada rongga faring yang dihasilkan oleh infeksi kuman difteri.
6.
Pneumonia, infeksi
yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan
terjadinya radang paru-paru.
K. Promosi
Kesehatan
BAGI PENDERITA TBC
Jika seseorang memiliki tbc aktif.
Berikut membantu pencegahan penyakit tbc kepada teman dan keluarga :
1. Selama beberapa minggu pertama
pengobatan sebaiknya tinggal di rumah dan tidak sekamar dengan orang lain
2. Selama penderita TBC minum obat
dengan benar, maka risiko menularkan akan hilang. Jadi aktifitas sosial dan
harian tidak ada yang perlu dibatasi.
3. Gunakan masker untuk menutup mulut
4. Menutup mulut dengan tissue waktu
batuk atau bersin kemudian simpan tissue dalam tempat tertutup dan buang di
tempat sampah
5. Jangan meludah di sembarang tempat,
meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah di beri cairan desinfektan
6. Sirkulasi dalam kamar harus baik,
jika perlu tambahkan kipas angin untuk membuang udara di dalam kamar. Usahakan
tinggal dalam kamar atau rumah yang memiliki ventilasi cahaya baik karena kuman
TBC mudah menyebar dalam ruangan tertutup dan tidak ada sirkulasi udara.
7. Mengusahakan sinar matahari dan
udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur
8. Menjemur kasur, bantal,dan tempat
tidur terutama pagi hari
9. Jangan lupa untuk secara teratur
minum obat setiap harinya, sesuai anjuran dokter
10. Menyelesaikan seluruh pengobatan
hingga di nyatakan sembuh oleh dokter, karena bila tidak tuntas pengobatannya
memungkinkan kuman TBC bertahan hidup walau sudah diberikan obat TBC yang
paling kuat sekalipun
PENCEGAHAN
PENULARAN
berikut
berguna untuk mencegah tertular penyakit TBC:
1. Jaga kesehatan badan agar senantiasa
sehat dengan olahraga teratur, istirahat cukup dan makan makanan dengan gizi
yang baik dan seimbang
2. Hindari melakukan hal-hal yang dapat
melemahkan sistem daya tahan tubuh seperti begadang, kurang istirahat dan stres
3. Lakukan imunisasi BCG pada bayi
4. Jaga jarak aman ketika berhadapan
dengan penderita TBC
L.
Nutrisi
untuk penyakit TBC
1. Makanlah
berbagai macam buah segar dan sayuran setiap hari, tetapi tetap dalam jumlah
kalori yang direkomendasikan dokter.Pilih sayuran yang berbeda dari berbagai
jenis seperti sayuran hijau tua, sayuran berwarna oranye, kacang, dll.
2. Susu
atau produk susu harus dikonsumsi setidaknya 3 kali sehari.
Kalsium dalam susu sangat penting dalam membangun kesehatan tulang pasien TBC.
Kalsium dalam susu sangat penting dalam membangun kesehatan tulang pasien TBC.
3. Untuk
produk daging, pilihlah daging tanpa lemak atau rendah lemak. 10 persen asupan
kalori harian harus berasal dari lemak jenuh dan sekitar 200 mg kolesterol.
4. Jagalah
asupan total lemak dan minyak antara 25 - 30 persen kalori harian. Sebagian
besar lemak harus berasal dari lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal yang
ditemukan dalam makanan seperti ikan, kacang-kacangan dan minyak sayur.
5. Makanlah berbagai macam makanan yang kaya
protein seperti kacang-kacangan dan biji-bijian.Makanlah makanan kecil
sepanjang hari dengan rentang waktu yang singkat. Pastikan agar tubuh mendapat
cukup asupan cairan dan garam dalam makanan.
6. Makanan untuk pasien TB harus sederhana,
dipersiapkan dengan baik dan mudah dicerna. Makanan yang lebih berat baru dapat
diberikan kepada pasien setelah kondisinya sangat membaik.
M.
Penmeriksaan Penunjang
a. Laboratorium:
LED
b. Microbiologis:
BTA sputum, kultur resistensi sputum terhadap M. tuberculosis
·
Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir
bulan ke 2,4 dan 6.
·
Pada kategori 2: spuntum BTA diulani pada akhir bulan
ke 2.5 dan 8.
·
Kultur BTA spuntum diulangi pada akhir bulan ke 2 dan
akhir terapi.
c. Radiologis:
foto toraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir terapi.
d. Selama
terapi: evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.
e. Imuno-Serologis:
·
Uji kulit dengan tuberculin (mantoux)
·
Tes PAP, ICT-TBC PCR-TB dari sputum
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
SKENARIO IV
Tn. F ( 50 thn ) seorang pekerja serabutan tinggal di sebuah
rumah yang sederhana dengan ventilasi yang tidak baik/tertutup, pencahayaan
kurang dan tidak rapi. Setiap hari klien mengeluh berkeringat dingin dan demam
pada malam hari dan batuk-batuk lebih dari 3 minggu serta mengalami penurunan
berat badan ( 5 kg ) secara drastis. Disamping itu Tn. F mengeluh mudah capek
dan sesak napas saat melakukan aktivitas. Tn. F tinggal bersama istrinya Ny. W
( 45 tahun ). Ny. W dan Anaknya Sdr. Y ( 21 thn ). Ny. W juga mengeluh
batuk-batuk tanpa disertai keringat dingin. Klien merasa takut dengan kondisi
yang dialaminya dan memutuskan untuk memeriksakan diri ke RS.
I. PENGKAJIAN
I.
IDENTITAS
Nama :
Tn. F
Umur :
50tahun
Jeniskelamin :
Laki-Laki
Suku/bangsa :
Indonesia
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Pekerja Serabutan
Pendidikan :
SMP
Alamat :
Cilacap
AlasanDirawat :
Merasa takut dengan kondisi yang dialaminya
KeluhanUtama : Klienmengeluh berat badan menurun
DS :
-
Klien tinggal di rumah yang
sederhana dengan ventilasi yang tidak baik atau tertutup, pencahayaan kurang,
dan tidak rapi.
-
Setiap hari klien mengeluh
berkeringat dingin dan demam pada malam hari.
-
Klien mengeluh batuk lebih dari 3
minggu.
-
Klien mengeluh mengalami penurunan
BB (5 kg) secara drastis.
-
Klien mengeluh mudah capek dan
sesak napas saat melakukan aktivitas.
DO :
-
Laki – laki 50 th
-
Tinggal bersama isteri dan anaknya.
DATA
|
EGTILOGI
|
PROBLEM
|
DS :
-
Klien mengeluh mengalami penurunan BB (5 kg) secara drastis.
-
Klien mengeluh mudah capek dan sesak nafas saat melakukan
aktivitas.
DO :
-
Laki – laki 50 th
-
Tinggal bersama isteri dan anaknya.
|
Kelemahan
umum
|
Intoleransi
Aktivitas
|
DS :
-
Setiap hari klien mengeluh berkeringat dingin dan demam pada
malam hari.
DS :
-
Laki – laki 50 th
-
Tinggal bersama isteri dan anaknya.
|
Penyakit
|
Hipertermi
|
II
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan umum
ditandai dengan :
DS :
-
Klien mengeluh mengalami penurunan BB (5 kg)
secara drastis.
-
Klien mengeluh mudah capek dan sesak nafas saat
melakukan aktivitas.
DO :
-
Laki – laki 50 th
Tinggal bersama isteri dan anaknya.
2.
Hipertermi b/d penyakit ditandai dengan :
DS :
-
Setiap hari klien mengeluh berkeringat dingin
dan demam pada malam hari.
DS :
-
Laki – laki 50 th
-
Tinggal
bersama isteri dan anaknya.
III. PRIORITAS
1.
Intoleransi
Aktivitas b/d Kelemahan umum.
2.
Hipertermi
b/d penyakit.
IV. NCP
NO
|
DX
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Intoleransi Aktivitas
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam, klien diharapkan mampu mentoleransi aktivitasnya dengan kriteria
hasil :
1.
Klien mamapu mengurangi aktivitas yang berlebihan.
2.
Klien mampu melakukan aktivitas sehari – hari.
3.
Kekuatan tubuh meningkat.
4.
|
Activity Teraphy
·
Bantu klien untuk memilih aktivitas tetap dengan kesanggupan
fisik, psikologi, dan sosial.
·
Bantu klien untuk mengidentifi-kasi pilihan untuk beraktivitas.
·
Bantu klien/keluarga untuk mengenal kekurangan di tingkat
aktifitasnya.
·
Bantu klien untuk mengembangkan motivasi pribadinya.
·
Bantu klien/ keluarga untuk memonitor kemajuannya.
|
§ Untuk mengurangi kelemahn
yang dialami pasien.
· Agar pasien dapat melakukan
tindakan sesuai
kemampuan.
§ Dengan adanya motivasi yang
besar, pasien dapat lebih bersemangat
|
2.
|
Hipertermi
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam, klien diharapkan mampu mengontrol resiko terjadinya hipertermi
dengan kriteria hasil :
1.
Klien mampu mengontrol kenaikan suhu kulit.
2.
Klien dapat mengontrol perubahan warna kulitnya.
3.
Klien dapat mengatur kecepatan pernafasannya.
|
Temperature Regulation
·
Monitor dan laporkan tanda dan gejala dari hipertermi.
·
Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi.
·
Dorong keadekuatan masukan cairan dan nutrisi.
·
Monitor warna kulit dan suhu.
|
§
Dengan memonitor tanda dan gejala hipertermi, kita dapat
melakukan penanganan yang tepat.
§
Dengan tercukupinya asupan nutrisi dan cairan diharapkan BB
pasien dapat mencapai BB yang ideal.
|
V. IMPLEMENTASI
HARI/TANGGAL
JAM
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
Jumat, 1
01/02/2012
07.00
|
Ø Membantu
klien untuk memilih aktivitas tetap dengan kesanggupan fisik, psikologi, dan
sosial.
Ø
Membantu klien untuk mengidentifi-kasi pilihan untuk
beraktivitas.
Ø Membantu
klien/keluarga untuk mengenal kekurangan di tingkat aktifitasnya.
|
S :
-
Klien mengatakan masih lelah saat melakukan aktifitas.
O :
-
Klien masih terlihat lemas dan nafsu makan masih berkurang.
A :
-
Diagnosa keperawatan teratasi sebagian.
P :
-
Akan dilakukan pemeriksaan TTV dan pemberian obat sesuai anjuran
(Rifampisin,
Streptomisin, Pirasinamid, Kanamisin,Kulnolon) pada pukul 18.00.
|
Jumat, 1
01/02/2012
13.00
|
Ø Membantu
klien untuk memilih aktivitas tetap dengan kesanggupan fisik, psikologi, dan
sosial.
Ø
Membantu klien untuk mengidentifi-kasi pilihan untuk
beraktivitas.
Ø
Membantu klien/keluarga untuk mengenal kekurangan di tingkat
aktifitasnya.
Ø
Monitor dan laporkan tanda dan gejala dari hipertermi.
|
S :
-
Klien mengatakan panas sudah berkurang.
O :
-
Klien dapat melakukan aktivitas yang yang ringan (duduk, pergi ke
KM secara mandiri)
A :
-
Masalah diagnosa keperawatan teratasi sebagian.
P :
-
Akan dilakukan pemeriksaan TTV dan pemberian obat sesuai anjuran
(Rifampisin,
Streptomisin, Pirasinamid, Kanamisin,Kulnolon) pada pukul 18.00.
|
Jumat, 1
01/02/2012
18.00
|
Ø Memonitor
dan laporkan tanda dan gejala dari hipertermi.
Ø
Memonitor tekanan darah, nadi, dan respirasi.
Ø
Memonitor warna kulit dan suhu.
|
S :
-
Klien mengatakan lemas sudah berkurang dan nafsu makan sudah sedikit meningkat.
O :
-
Nafsu makan klien sudah meningkat (3 sdm)
A :
-
Masalah diagnosa keperawatan teratasi sebagian.
P :
-
Akan dilakukan pemeriksaan TTV dan pemberian obat sesuai anjuran
(Rifampisin,
Streptomisin, Pirasinamid, Kanamisin,Kulnolon) pada pukul 24.00.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium
tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang
ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru /
berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi
awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon
B.
Saran
-
Hentikan merokok
Merokok adalah kebiasaan buruk yang mendatangkan
banyak penyakit , termasuk gangguan pernafasan . Berhentilah merokok untuk
menghindari berbagai gangguan peraafasan seperti asma juga TBC. Berhentilah
merokok sebelum rokok memberhentikan anda.
-
Hentikan
kebiasaan meludah sembarangan
Bagi anda yang suka meludah sembarangan, perhatikan
ini Seperti halnya bersin dan batuk , meludahpun dapat menyebarkan bakteri penyebab
TBC . Oleh karenanya usahakan meludah pada tempat yang telah diberi desinfektan
-
Menjemur bantal dan kasur terutama pada pagi hari
Menjemur bantal dan kasur dapat mengusir berbagai
bakteri yang ada di dalamnya termasuk juga mycobacterium tuberculosis.
Karenanya jemur bantal dan kasur anda untuk menghindari berbagai penyakit.
Lakukanlah secara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar